5 Tradisi Menjaga Bumi Berbagai Daerah di Indonesia: Wiwitan sampai Buka Egek
kumparanTRAVEL September 25, 2024 09:27 PM
Menjaga bumi tidak hanya dilakukan dengan menanam pohon dan membuang sampah pada tempatnya saja. Beberapa daerah di Indonesia juga memiliki tradisi atau budaya untuk berterima kasih kepada bumi, yang telah memberikan berkah yang melimpah.
Praktik ini mencerminkan nilai-nilai pelestarian alam, penghormatan terhadap lingkungan, serta tanggung jawab manusia sebagai penjaga bumi.
Dilansir akun Instagram resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), berikut tradisi-tradisi unik di Indonesia yang dilakukan untuk menjaga kelestarian alam secara menyeluruh, sekaligus berterima kasih kepada bumi.

1. Tradisi Wiwitan

Tradisi wiwitan. Foto: Shutterstock
Tradisi wiwitan dilakukan sebagai bentuk syukur sebelum memulai panen, terutama padi.
Upacara ini mencerminkan hubungan spiritual dan budaya antara petani dan alam, serta penghormatan terhadap Dewi Sri, dewi kesuburan dan padi dalam mitologi Jawa.
Tradisi Wiwitan juga mengandung harapan, agar panen yang akan datang berlimpah dan berhasil.

2. Ngertakeun Bumi Lamba

Sejumlah warga dari berbagai suku dan agama mengikuti tradisi Ngertakeun Bumi Lamba di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Minggu (23/6/2024). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Ngertakeun Bumi Lamba adalah sebuah tradisi atau upacara adat yang berasal dari masyarakat Sunda, Jawa Barat.
Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas keberkahan yang diberikan kepada tanah dan bumi.
Secara harfiah "Ngertakeun Bumi Lamba" berarti "menjaga bumi yang luas" atau "menghormati bumi yang subur", yang mencerminkan filosofi masyarakat Sunda tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan keharmonisan dengan lingkungan.

3. Paca Goya

Ilustrasi Tidore. Foto: Shutterstock
Dilakukan masyarakat Kampung Kalaodi, Tidore, dalam bahasa Tidore, Paca Goya diartikan sebagai tempat membersihkan keramat.
Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun sebagai bentuk syukur kepada Yang Maha Kuasa, atas hasil panen yang melimpah.
Di samping itu, tradisi Paca Goya juga dilakukan sebagai pengingat warga Kalaodi untuk tidak merusak maupun mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Bahkan, sebagai bentuk komitmen, masyarakat lokal memegang sumpah Bobeto yang artinya, "siapa merusak alam, akan dirusak alam".

4. Buka Egek

Ilustrasi suku di Papua. Foto: Shutterstock
Tradisi yang dilakukan oleh Suku Moi, Papua, ini merupakan tradisi untuk menjaga alam dengan mengambil secukupnya, dan tidak mengeskploitasi kekayaan alam secara berlebihan.
Menariknya, dalam tradisi Buka Egek, ada beberapa jenis sumber daya alam yang dilarang dieksploitasi oleh siapa pun, dalam rentang waktu tertentu atau antara 6-12 bulan. Larangan dalam rentang waktu tersebut dibuat, agar sejumlah sumber daya alam mempunyai kesempatan untuk berkembang dan terjaga dengan baik.

5. Festival Jatiluwih

Dua warga menampilkan Tari Jatayu saat pembukaan Jatiluwih Festival 2024 di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Tabanan, Bali, Sabtu (6/7/2024). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO
Kalau membahas Desa Jatiluwih, Bali, mungkin kita hanya akan mengingat keindahan Subak Jatiluwih yang dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2012. Namun, ada satu lagi daya tarik dari Desa Jatiluwih, yakni Festival Jatiluwih.
Festival berbalut tradisi ini dilakukan dengan memadukan kebudayaan dan kesenian tradisional, seni pertunjukan, seni rupa, seni musik, hingga memamerkan produk-produk kreatif khas Jatiluwih.
Menurut kepercayaan, tradisi Jatiluwih dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas ketersediaan pangan di Bumi, terutama persediaan padi.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.