Membongkar Konstruksi Realitas Sosial: Analisis Film 'Siksa Kubur'
bambangsryo September 30, 2024 01:20 AM
Film "Siksa Kubur," karya sutradara Joko Anwar, telah mencuri perhatian publik sejak tayang perdana pada 11 April 2024. Menggabungkan elemen budaya lokal dengan cerita yang menegangkan, film ini menjadi salah satu yang paling dinantikan setelah kesuksesan "Pengabdi Setan." Berbeda dengan film horor lainnya, "Siksa Kubur" hadir dengan minim kemunculan hantu, namun tetap mampu menegangkan penonton dengan narasi yang fresh, mengambil latar belakang dari berita yang menghebohkan Indonesia beberapa tahun lalu. Artikel ini akan membahas bagaimana film ini mengilustrasikan proses konstruksi realitas sosial melalui konsep eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi, serta menjelaskan konsep realitas sosial objektif, simbolik, dan subjektif.
Teori Konstruksi Realitas Sosial
Konsep konstruksi sosial memiliki makna yang luas dalam berbagai disiplin ilmu sosial, umumnya mengacu pada dampak interaksi sosial terhadap pengalaman individu. Asumsi mendasar yang terkait adalah keyakinan bahwa realitas merupakan hasil dari interaksi sosial, sebagaimana yang disampaikan oleh Berger dan Luckman dalam karya mereka yang berjudul "The Social Construction of Reality". Dalam pandangan tersebut, realitas sosial mencakup aspek-aspek yang mungkin tersembunyi atau diabaikan dari suatu sudut pandang tertentu, melampaui gagasan tentang objektivitas atau unsur-unsur yang dianggap sebagai fakta. Proses internalisasi realitas ini terjadi melalui proses belajar dan mengajar. Oleh karena itu, konstruksi sosial menjadi dasar untuk memahami bagaimana realitas sosial terbentuk, diakui, dan diterima secara personal melalui interaksi individu dalam konteks masyarakat. (Bungin, 2018: 194)
Berikut adalah penjelasan mengenai realitas sosial objektif, simbolik, dan subjektif, bersama dengan hubungannya dengan konsep eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi dalam konteks film "Siksa Kubur":
Definisi Realitas Sosial Objektif, Simbolik dan Subjektif
1. Realitas Sosial Objektif
Definisi: Realitas sosial objektif mengacu pada aspek-aspek dari realitas yang dapat diukur dan diamati secara langsung. Ini termasuk struktur sosial, institusi, dan kondisi yang ada di masyarakat, seperti hukum, sistem pendidikan, dan faktor-faktor ekonomi.
Contoh dalam "Siksa Kubur":
Dalam film, mungkin ada representasi dari institusi hukum atau kepolisian yang menangani kasus tertentu. Ketika karakter mengalami interaksi dengan sistem ini, realitas sosial objektif ini tercermin melalui prosedur hukum yang digambarkan dalam film, memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat beroperasi secara struktural.
2. Realitas Sosial Simbolik
Definisi: Realitas sosial simbolik berhubungan dengan makna dan nilai yang dibentuk melalui interaksi sosial. Ini mencakup simbol, bahasa, dan norma yang mengatur bagaimana individu dan kelompok memahami dunia di sekitar mereka.
Contoh dalam "Siksa Kubur":
Film ini mungkin menggunakan simbol-simbol tertentu, seperti lokasi-lokasi yang dianggap angker atau objek yang memiliki makna khusus, untuk mengekspresikan ketakutan dan trauma. Misalnya, penggunaan gambar atau elemen budaya lokal dapat berfungsi sebagai simbol yang merefleksikan nilai-nilai masyarakat terkait kematian dan kesedihan, memperkuat tema yang ada dalam narasi.
3. Realitas Sosial Subjektif
Definisi: Realitas sosial subjektif mengacu pada pengalaman dan persepsi individu terhadap realitas. Ini mencakup bagaimana seseorang memahami, merasakan, dan menafsirkan situasi berdasarkan latar belakang, pengalaman, dan konteks pribadi mereka.
Contoh dalam "Siksa Kubur":
Setiap penonton film mungkin memiliki reaksi dan interpretasi yang berbeda terhadap alur cerita dan karakter. Misalnya, seseorang yang pernah mengalami trauma mungkin lebih merasakan kedalaman emosional karakter yang berjuang dengan ketakutan. Realitas sosial subjektif ini memperkaya pengalaman menonton dan dapat memicu diskusi lebih lanjut tentang isu-isu yang diangkat dalam film.
Proses Eksternalisasi, Objektivasi dan Internalisasi
Berikut adalah penjelasan tentang konstruksi realitas sosial dengan fokus pada tiga konsep kunci: eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi, beserta contohnya dalam konteks film "Siksa Kubur":
1. Eksternalisasi
Definisi: Eksternalisasi adalah proses di mana individu atau kelompok mengungkapkan ide, pandangan, atau pengalaman mereka ke dunia luar. Dalam konteks ini, individu mulai membagikan pemahaman dan pengalaman mereka tentang realitas sosial.
Contoh dalam "Siksa Kubur":
Dalam film ini, karakter mungkin menyampaikan pandangan mereka tentang ketakutan dan trauma yang diakibatkan oleh peristiwa tertentu. Misalnya, seorang karakter mungkin menceritakan pengalaman buruk terkait kejadian yang menginspirasi film, yang mengungkapkan ketakutan sosial terhadap tema kematian atau hukuman yang tidak adil. Penggambaran ini memberikan konteks bagi audiens mengenai dampak psikologis dari situasi yang dihadapi.
2. Objektivasi
Definisi: Objektivasi adalah proses di mana ide, nilai, atau pengalaman yang di eksternalisasi menjadi sesuatu yang diterima secara sosial dan diakui sebagai realitas. Hal ini menciptakan norma atau pemahaman yang lebih luas di masyarakat.
Contoh dalam "Siksa Kubur":
Ketika film ini mendapatkan perhatian luas dan mulai dibicarakan di berbagai platform, tema-tema yang diangkat, seperti dampak dari kejadian yang menghebohkan dan kesehatan mental, mulai dianggap sebagai bagian dari narasi sosial yang lebih besar. Audiens mungkin mulai melihat kekuatan film dalam mencerminkan isu-isu yang dihadapi masyarakat, seperti trauma dan stigma, yang sebelumnya mungkin tidak terlalu diakui atau dibahas.
3. Internalisasi
Definisi: Internalisasi adalah proses di mana individu mengadopsi pemahaman dan nilai yang telah dibentuk melalui eksternalisasi dan objektivasi. Ini berarti bahwa individu mulai menginternalisasi makna dan mengintegrasikannya ke dalam pemikiran dan perilaku mereka.
Contoh dalam "Siksa Kubur":
Setelah menonton film, penonton mungkin mulai merenungkan dan merasakan empati terhadap isu-isu yang diangkat, seperti trauma dan kehilangan. Mereka mungkin lebih terbuka untuk mendiskusikan pengalaman mereka sendiri terkait kesehatan mental, atau bahkan mulai mencari bantuan profesional jika mereka merasa terpengaruh. Pemahaman tentang isu-isu ini menjadi bagian dari cara mereka melihat dunia dan bertindak dalam masyarakat.
Kesimpulan
Proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi dalam konteks film "Siksa Kubur" menunjukkan bagaimana film tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk membentuk dan mengubah pemahaman sosial. Film ini mampu mengekspresikan ketakutan dan trauma, kemudian membentuk norma-norma baru di masyarakat, dan akhirnya mendorong individu untuk menginternalisasi dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.