Bagaimana Kesopanan Remaja Zaman Sekarang Sudah berubah dibanding Zaman Dulu?
Fatikah Turromah September 30, 2024 09:20 PM
Perubahan Gaya Komunikasi dan Teknologi
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perubahan cara berkomunikasi generasi muda adalah perkembangan teknologi informasi. Di masa lalu, sebagian besar komunikasi dilakukan secara tatap muka, melalui surat, atau melalui panggilan telepon kecil. Jenis komunikasi ini berarti seseorang harus sangat berhati-hati dalam memilih kata, karena nada dan ekspresi wajah berperan penting dalam menyampaikan pesan. Akibatnya, ada aturan praktis tidak tertulis yang diikuti secara ketat baik dalam percakapan formal maupun informal. Berbeda dengan sekarang, ketika teknologi memungkinkan generasi muda berkomunikasi melalui berbagai platform digital seperti media sosial, pesan instan, atau panggilan video. Pada platform ini, komunikasi menjadi lebih cepat dan mudah. Budaya chatting juga semakin berkembang dengan penggunaan singkatan atau kata-kata yang merusak makna pembicaraan. Akibatnya, beberapa orang melihat perubahan ini sebagai kemunduran kearifan, seiring dengan hilangnya norma kesopanan atau metode komunikasi yang sudah lama ada. Penggunaan simbol, meme dan stiker dapat mempengaruhi cara anak muda mengekspresikan perasaan atau pikirannya. Meski komunikasi lebih mudah, namun sebagian orang menganggap anak muda kurang terampil dalam membentuk kalimat atau sopan santun, terutama saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua.
Peran Media Sosial dalam Merubah Etika Percakapan
Media sosial telah memainkan peran besar dalam mengubah cara generasi muda berkomunikasi. Di era digital ini, media sosial seperti Instagram, Tik Tok, Twitter, dan lainnya menyediakan platform bebas untuk berekspresi. “Pengaruh media sosial terhadap remaja saat ini menjadi pekerjaan rumah untuk para orang tua karena media sosial dapat menghipnotis penggunanya untuk terus menggunakannya dan membuat lupa bagaimana belajar tata krama atau sopan santun yang baik dan benar di dunia nyata". Kasetyaningsih (2017:2). Di lingkungan seperti ini, banyak generasi muda yang lebih banyak bicara, terkadang tidak tertarik pada moral dan etika. Batasan antara formal dan informal menjadi kabur.
Percakapan yang dulunya diatur oleh norma-norma rasa hormat kini menjadi lebih terbuka, termasuk kritik, lelucon, atau kata-kata kotor. Anonimitas Internet memungkinkan sebagian anak muda untuk berbicara tanpa takut akan konsekuensi langsungnya. Remaja masa kini sepertinya kurang menghargai rasa hormat dalam berkomunikasi, terutama di ruang virtual.
Situasi seperti cyber-bullying dan ujaran kebencian yang terjadi di jejaring sosial dapat menjadi contoh utama hilangnya keterampilan komunikasi di internet. Di sisi lain, media sosial juga memperkenalkan budaya baru yang menekankan kecepatan dan singkatnya pesan. Dalam konteks ini, seringkali dianggap terlalu formal atau memakan waktu. Bahasa menjadi lebih pendek, penuh singkatan, dan terkadang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang benar. Misalnya, kata-kata seperti "tolong" dan "terima kasih" sering kali diabaikan dalam obrolan online karena dianggap memperlambat waktu respons yang cepat. 
Perbedaan Nilai-nilai Budaya
Perubahan cara berkomunikasi generasi muda berkaitan dengan perubahan norma budaya masa kini. Secara historis, masyarakat telah mempertahankan status sosial dan budaya tingkat tinggi, terutama di kalangan lansia. Kaum muda hendaknya bijaksana dalam berbicara, menggunakan bahasa formal dan menunjukkan kesopanan. 
Namun, generasi saat ini hidup di dunia yang egaliter, dengan tingkat usia dan status sosial yang berbeda dari sebelumnya. Dalam beberapa kasus, anak muda merasa mempunyai hak untuk berbicara dengan seseorang tanpa harus terlalu ketat terhadap aturan. Meskipun hal ini mungkin mendorong keberanian dan kejujuran dalam berpikir, ada pula yang berpendapat bahwa hal ini juga mengurangi tingkat sopan santun dalam percakapan.
Budaya pop dan media sosial berdampak pada cara anak muda berbicara. Pemaparan generasi muda terhadap budaya Barat melalui film, musik, dan Internet telah meningkatkan kemudahan dan keakuratan komunikasi. Sikap ini terkadang bertolak belakang dengan norma Kesopanan. Gaya ini kadang bertentangan dapat berlaku di budaya timur, termasuk di Indonesia, di mana penghormatan kepada orang yang lebih tua masih sangat dihargai.
Perubahan Peran Pendidikan dan Keluarga
Pendidikan dan keluarga memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku komunikasi remaja. Dibandingkan masa lalu, metode pendidikan dan pola pengasuhan keluarga juga mengalami perubahan yang signifikan. Dahulu, pendidikan dan moral lebih penting dibandingkan sekolah dan rumah.
Namun, dalam konteks modern, pendidikan berfokus pada prestasi akademik dan keterampilan teknis, bukan pada pelatihan manusia.Beberapa orang tua dan guru merasa kesulitan untuk menyeimbangkan antara mendidik anak-anak dengan tata krama yang baik dan memberikan kebebasan bagi mereka untuk mengekspresikan diri. Akibatnya, beberapa remaja tumbuh dengan pemahaman yang berbeda tentang bagaimana seharusnya berbicara dengan orang lain.
Akibatnya, beberapa anak muda tumbuh dengan pemahaman berbeda tentang cara berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, keinginan kuat untuk menjadi “keren” di kalangan anak muda seringkali membuat mereka berpikir bahwa mereka perlu mengubah cara bicaranya agar teman-temannya bisa berpikir lebih baik. Bahasa gaul atau bahasa informal yang digunakan antar teman seringkali digunakan sebagai cara untuk mengungkapkan kekerabatan atau hubungan dalam suatu kelompok. Namun, hal ini dapat menciptakan kesenjangan saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua atau dalam situasi yang lebih formal. 
Tantangan dan Peluang
Meski banyak kritik terhadap menurunnya perilaku komunikasi di kalangan generasi muda, perubahan ini juga mempunyai peluang. Generasi muda saat ini lebih terbuka dalam mengutarakan pendapatnya. Kebebasan berpendapat memudahkan mereka untuk membicarakan isu-isu yang penting bagi mereka, seperti keadilan sosial, lingkungan hidup, dan hak asasi manusia. 
Dalam konteks ini, kebebasan berpendapat dapat menjadi alat untuk memobilisasi perubahan dan mempromosikan isu-isu global. Namun, penting bagi remaja ntuk memahami bahwa kebebasan berekspresi harus diimbangi dengan tanggung jawab. Prinsip Kesopanan dalam berbicara bukan hanya tentang formalitas, tetapi juga tentang rasa hormat terhadap orang lain. Dalam situasi apa pun, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, komunikasi yang baik adalah yang tetap menghargai perasaan dan hak orang lain.
Jadi, Kesopanan dalam percakapan remaja memang mengalami perubahan signifikan jika dibandingkan dengan zaman dulu. Perkembangan teknologi, media sosial, dan perubahan nilai-nilai budaya telah mengubah cara remaja berkomunikasi. Meskipun gaya percakapan menjadi lebih bebas dan santai, penting untuk diingat bahwa kesopanan tidak boleh diabaikan begitu saja. Komunikasi yang efektif tidak hanya tentang seberapa cepat atau bebasnya seseorang berbicara, tetapi juga tentang bagaimana menghargai orang lain dalam setiap percakapan.Generasi sekarang memiliki tantangan untuk menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dengan etika komunikasi. Dalam dunia yang semakin terbuka, kemampuan untuk berbicara dengan sopan dan menghormati orang lain tetap menjadi keterampilan yang sangat berharga, tidak hanya untuk menjaga hubungan pribadi, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan sosial yang lebih harmonis.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.