Diversifikasi Pangan Sebagai Strategi Menunjang Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Ricky Rikardo October 03, 2024 02:22 PM
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati melimpah, seperti sayuran, buah-buahan, dan rempah yang menjadi produk unggulan dalam perdagangan internasional yang berpotensi dalam memenuhi kebutuhan pangan, namun iklim mempunyai peranan dalam ketahanan pangan karena peningkatan suhu, perubahan musim, bencana alam seperti banjir, pemanasan global dan pengalihan fungsi lahan yang berdampak pada kerawanan dalam ketahanan pangan sehingga diperlukan upaya dalam peningkatan ketersediaan pangan dalam menunjang ketahanan pangan yang berkelanjutan. Kesejahteraan petani adalah upaya pendekatan terhadap keberlanjutan program ketahanan pangan dengan bentuk peningkatan keragaman pangan lokal sebagai pemanfaatan sumber daya alam yang memberikan pengaruh terhadap jumlah produksi pangan.
Ketersediaan pangan yang aman, bergizi, dan sehat menjadi hal yang sangat penting dalam menunjang keberlanjutan hidup masyarakat. Di Indonesia pola konsumsi beras sebagai sumber karbohidrat menjadi produk utama bagi masyarakat. Tingkat ketergantungan tinggi pada beras yang menyebabkan permasalahan pangan ketika terjadi penurunan hasil panen sehingga peran seorang ahli pangan dapat melakukan diversifikasi pangan dalam upaya peningkatan ketersediaan bahan pangan yang bervariasi dalam menjaga ketahanan pangan, namun masyarakat Indonesia sampai saat ini masih belum banyak mengenal lebih jauh mengenai produk pangan diversifikasi seperti beras analog yang memanfaatkan sumber daya alam seperti singkong, ubi jalar, kentang, sagu, porang, dan lainnya peran ahli pangan diperlukan dalam peningkatan teknologi dan wawasan terhadap produk diversifikasi dalam upaya mendukung keanekaragaman pangan pokok terutama sumber karbohidrat.
Pandangan masyarakat Indonesia:
Jika Makan Tanpa Nasi Artinya Belum Makan.
Peranan Scince, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics diperlukan sebagai ahli pangan dalam upaya meningkatkan dan mendukung ketahanan dan ketersediaan pangan berkelanjutan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan. Beras analog berasal dari umbi-umbian atau serealia yang mempunyai bentuk maupun komposisi gizi yang mirip seperti beras bahkan dapat melebihi beras dengan metode pembutiran atau granulasi dan metode ekstrusi. Penelitian melaporkan bahwa formula beras analog terbuat dari tepung jagung (70): tepung kacang merah (30) dengan kadar karbohidrat sebesar 78,95%, sehingga dengan demikian menunjukan bahwa konsumsi beras dapat digantikan dengan beras analog hal ini juga didukung pada kandungan indeks glikemik beras analog yang lebih rendah dibandingkan beras karena sumber bahan beras analog berupa umbi dan kacang-kacangan. Proses pengolahan beras analog mampu meningkatkan sumber gizi melalui fortifikasi senyawa biaoktif.
Kontribusi beras analog sebagai produk diversifikasi pangan dapat dikembangkan untuk mengatasi permasalahan pangan. Namun sebagai seorang ahli ilmu pangan, evaluasi sensoris sangat penting dan krusial karena pada bahan baku beras analog terdapat kandungan amilosa dan amilopektin yang dapat berpengaruh pada tekstur, jika kandungan amilosa dan amilopektin tinggi maka tekstur beras menjadi keras sehingga diperlukan dalam menentukan formulasi yang tepat sehingga menghasilkan beras analog yang sehat, aman, bergizi dan enak di makan. Kepercayaan konsumen terhadap produk diversifikasi pangan merupakan tantangan bagi para ahli ilmu pangan untuk meningkatkan penjualan. Sertifikasi halal adalah upaya dalam meningkatkan kepercayaan konsumen sehingga produk diversifikasi dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.
Ricky Rikardo, Mahasiswa Magister Ilmu Pangan IPB University
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.