Apa yang akan Menjadi Tantangan Terbesar Anda dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka di Satuan Pendidikan Anda?
Moh. Habib Asyhad October 21, 2024 11:34 AM

Artikel ini tentang apa yang akan menjadi tantangan terbesar Anda dalam menerapkan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan Anda? Semoga bermanfaat.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Kurikulum Merdeka, sebagaimana sistem kurikulum di Indonesia yang lainnya, bukan tanpa halangan dan tantangan. Terlebih lagi, sistem kurikulum ini terasa "baru" bagi dunia pendidikan Indonesia.

Lalu apa yang akan menjadi tantangan terbesar Anda dalam menerapkan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan Anda?

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.

Tantangan dan halangan Kurikulum Merdeka

Tantangan terbesar dalam menerapkan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan bisa bervariasi, namun beberapa tantangan umum yang sering dihadapi meliputi:

1. Kesiapan Guru dan Tenaga Pendidik

Guru dituntut untuk lebih kreatif dan fleksibel dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran.

Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan dalam menentukan materi pembelajaran, tetapi hal ini juga bisa menjadi tantangan jika guru belum terbiasa dengan konsep ini atau kekurangan pelatihan dan dukungan yang memadai.

2. Perubahan Pola Pikir (Mindset Shift)

Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang berpusat pada murid dan pengembangan potensi mereka, sehingga memerlukan perubahan mindset dari pembelajaran berbasis kurikulum yang kaku menjadi lebih fleksibel dan adaptif.

Mengubah kebiasaan ini bisa memakan waktu dan menghadapi resistensi dari guru yang sudah nyaman dengan metode lama.

3. Fasilitas dan Sumber Daya yang Terbatas

Tidak semua sekolah memiliki sumber daya dan fasilitas yang cukup untuk mendukung pembelajaran berbasis proyek, penilaian formatif, atau berbagai pendekatan pembelajaran inovatif lainnya yang didorong oleh Kurikulum Merdeka.

4. Partisipasi dan Pemahaman Orangtua

Karena Kurikulum Merdeka menuntut pendekatan yang berbeda dari kurikulum tradisional, orang tua perlu memahami perubahan ini agar dapat mendukung pembelajaran anak di rumah. Komunikasi yang efektif antara guru dan orang tua menjadi kunci.

5. Evaluasi dan Penilaian yang Fleksibel

Penilaian dalam Kurikulum Merdeka lebih fleksibel dan fokus pada proses daripada hasil akhir. Namun, banyak sekolah masih bergantung pada penilaian berbasis tes. Mengubah paradigma penilaian menjadi lebih holistik bisa menjadi tantangan, terutama dalam menentukan indikator keberhasilan pembelajaran.

Tantangan-tantangan ini membutuhkan dukungan berkelanjutan, pelatihan, serta kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, dan pemangku kepentingan di sekolah.

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.