Pekong Lima Medan, Bangunan Tua Dibalik Kisah Dibunuhnya 5 Pemuda Tionghoa oleh Jepang
Ayu Prasandi October 21, 2024 06:31 PM

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Pekong Lima Medan yang digunakan sebagai tempat sembahyang umat Buddha ternyata memiliki kisah tersendiri di dalamnya.

Bangunan tua dengan ukuran yang tidak terlalu luas tersebut berada di Jalan Sutomo, Medan. 

Selain kecil dan berada di kawasan sibuk pasar sentral Medan, ornamen luar yang terkesan tidak terawan membuat tempat tersebut luput dari perhatian.

Ketika dikunjungi, sekilas tempat tersebut tampak biasa saja. Namun siapa sangka bangunan yang didominasi warna merah tersebut menyisakan kisah mencekam didalamnya.

Diketahui Pekong Lima merupakan tempat peristirahatan terakhir 5 orang Hoakiaw Tionghoa yang dibunuh secara kejam oleh bangsa Jepang di zamannya. Hal tersebut dapat dilihat dari tulisan relief di dalam Pekong Lima tersebut.

Catatan nama 5 Hoakiaw yang dibunuh dan dikubur di Pekong Lima Medan.
Catatan nama 5 Hoakiaw yang dibunuh dan dikubur di Pekong Lima Medan.

"Lima Hoakiaw djadi korban keboesan Djepang waktoe tentera Djepang datang meroesak di Kepoelauan Selatan lam yang ini banjak Hoakiaw menderita kekejaman dan kesedihan," sepenggal tulisan dengan ejaan kuno salahsatu relief di Pekong Lima Medan.

Hoakiaw merupakan sebutan untuk orang Tiongkok perantauan. Diceritakan pula kelima pemuda tersebut dibunuh secara sadis, yakni dengan cara dipotong lehernya pada, Minggu 15 Maret 1942 silam.

Adapun sosok kelima Hoakiaw tersebut diabadikan dalam sebuah catatan dan ukiran di Pekong Lima Medan.

1. Huangjin Bang, seorang laki-laki yang dibunuh berkisar diusia 19 tahun.

2. Xu Shuiling, seorang pria yang dibunuh berkisar diusia 27 tahun.

3. Liu Yunkan, seorang pria yang dibunuh pada berkisar diusia 30 tahun.

4. Huang Yayan, seorang pria yang dibunuh berkisar diusia 35.

5. Huang Wenzan, seorang pria yang dibunuh pada diusia 23.

Catatan nama 5 Hoakiaw yang dibunuh dan dikubur di Pekong Lima Medan.
Catatan nama 5 Hoakiaw yang dibunuh dan dikubur di Pekong Lima Medan. (Mag/Iqbal)

Namun hingga saat ini belum dapat dipastikan terkait sejarah resmi dari Pekong Lima tersebut. Selain keadaan yang terkesan tidak terawat, bangunan tersebut sulit ditemui meski berada di area keramaian.

Ketika didatangi pada, (21/10/24) siang, area depan Pekong Lima didominasi oleh lahan parkiran pasar.

Hanya ada terlihat tulisan "Pekong Lima" dan pedagang eceran didepannya sebagai penanda.  

Bahkan para penghuni Pekong Lima yang berada dilokasi pun tidak mengetahui persis historis bangunan tersebut.

"Kalau saya kurang tahu juga (sejarah) ini. Yang jaga dan mengetahui ini tidak ada disini. Tapi yang jelas saat ini masih ada juga yang datang untuk sembahyang," ujar Rey, seorang pria yang berada di Pekong Lima ketika berbincang dengan Tribun Medan di lokasi.

Sama halnya seperti tempat sembahyang umat Buddha lainnya, Pekong Lima juga diisi oleh lampion, dupa dan ornamen khas Buddha lainnya. 

(Mag/Iqbal)

 

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.