BRUSSEL - Warga Uni Eropa (UE) harus mulai menimbun barang-barang kebutuhan pokok untuk tiga hari agar siap menghadapi berbagai potensi bencana, termasuk konflik nuklir.
Peringatan itu muncul pada hari Rabu (30/10/2024) oleh mantan Presiden Finlandia Sauli Niinisto.
Inisiatif tersebut merupakan bagian dari upaya UE membuat blok tersebut lebih tangguh dalam menghadapi ancaman yang konon meningkat, mulai dari bencana alam hingga konflik militer besar.
Laporan tersebut menghimbau rumah tangga UE untuk menimbun barang-barang "kemandirian dasar" yang akan bertahan setidaknya selama 72 jam karena khawatir akan potensi kekurangan jika terjadi "agresi bersenjata melalui cara konvensional" atau aktivitas permusuhan lainnya seperti "serangan siber atau penggunaan senjata kimia, biologi, radiologi, atau nuklir."
Brussels telah menugaskan mantan presiden Finlandia awal tahun ini untuk menilai kebutuhan keamanan UE menyusul eskalasi konflik Ukraina, "terutama menanggapi operasi hibrida Rusia yang semakin intensif."
"Satu klik dapat mematikan jaringan listrik dan membuat seluruh kota gelap gulita," ungkap Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen saat presentasi laporan tersebut.
Dokumen tersebut juga menyerukan UE meningkatkan pertahanannya dan menghabiskan sekitar 20% dari anggaran umumnya, yang saat ini bernilai sekitar 1 triliun euro (USD1,08 triliun) selama tujuh tahun, untuk keamanan dan kesiapsiagaan krisis.
"Negara-negara Anggota harus memperkuat kerja sama mereka dalam pertahanan Eropa, bersama-sama berinvestasi lebih banyak untuk menutup kesenjangan yang sudah berlangsung lama dalam kesiapan industri militer dan pertahanan kita," ungkap Niinisto, menegaskan kembali komitmen UE memberikan bantuan bagi Ukraina dalam jangka panjang.
Blok tersebut juga perlu membangun jaringan anti-sabotase untuk menangkal ancaman melalui pembagian informasi yang lebih besar, menurut mantan pemimpin Finlandia, dengan mengutip meningkatnya kekhawatiran atas ancaman yang dirasakan dari Rusia.
"Mengingat meningkatnya penggunaan sabotase oleh negara-negara ketiga yang bermusuhan, terutama Rusia, ini adalah area di mana keamanan internal dan keamanan militer sangat terkait," ungkap laporan tersebut.
Niinisto juga mendesak untuk "memperkuat struktur intelijen Uni Eropa selangkah demi selangkah menuju layanan Uni Eropa yang lengkap untuk kerja sama intelijen."
Laporan tersebut muncul di tengah peringatan Barat mengenai dugaan rencana Rusia untuk menyerang Eropa Barat jika Rusia berhasil menang atas Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin menepis klaim tersebut sebagai "omong kosong." Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga menggambarkan tuduhan tersebut sebagai "cerita horor," dan menyatakan tuduhan tersebut dibuat-buat para pemimpin Barat untuk mengalihkan perhatian orang dari masalah di negara mereka sendiri.