Ada Kampung Lestari di Kota Malang, Lahirkan Solusi untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan Masyarakat
Eko Darmoko November 05, 2024 06:32 PM

SURYAMALANG.COM, MALANG - Pertanian perkotaan atau urban farming menjadi solusi memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di Kota Malang. Salah satu tempat di Kota Malang yang menerapkan urban farming di RT 1, Kelurahan Kebonsari, Kota Malang.

Di tempat yang tak begitu luas, berada di pinggir aliran sungai, masyarakat di RT 1 sangat kreatif untuk membudidayakan tanaman yang cocok dalam urban farming. Ada tomat, terong, lombok, sawi muda, bawang prei, kacang tanah, jambu, anggur, dan banyak lainnya. Selain itu, mereka juga membudidayakan lele dan nila.

Husni Audi (39) warga setempat yang ditemui menjelaskan, dahulu sempat ada ternak ayam di lingkungannya. Di kawasan yang bernama Kampung Lestari itu, 32 KK menerapkan urban farming.

Husni bercerita, awalnya lingkungan tempat tinggalnya berdekatan dengan hamparan sawah. Tak jauh dari rumahnya, terlihat jalur rel kereta api. Kemudian, pada 2017, pemberdayaan warga dimulai saat mereka mengikuti perlombaan.

Kekompakan warga RT 1 melahirkan ide untuk menggerakkan urban farming. Gayung bersambut, ada program dari bank yang mengucurkan dana untuk pengembangan urban farming tersebut.

Husni mengatakan, warga sekitar, termasuk dirinya tidak memiliki dasar ilmu atau pengalaman pertanian. Warga belajar secara otodidak. Belajar lewat YouTube serta mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Dispangtan.

"Saya ini dasarnya lulusan elektro, jadi saya belajar otodidak. Saya juga bantu teknologi pertanian di sini," ujar Husni, Selasa (5/11/2024).

Sebagai lulusan sarjana teknik elektro, Husni mengembangkan alat yang dapat membantu warga menyiram tanaman secara otomatis. Alat siram itu juga bisa dikontrol melalui aplikasi.

Dengan alat tersebut, warga tak perlu repot untuk langsung datang ke lokasi jika ingin menyiram lahan. Alat tersebut menggunakan tenaga listrik yang bersumber dari matahari. Sangat ramah lingkungan.

"Jadi bisa diperkirakan kapan harus siram, karena kalau kelebihan air, tanaman juga tidak bagus," ungkap Husni.

Ketika urban farming berkembang, warga merasakan dampaknya. Tak perlu repot lagi mencari sayuran untuk kebutuhan dapur.

Kalau ada warga yang ingin bikin sambal, tinggal petik cabai di belakang rumah. Semua warga RT 1 bebas memetik cabai di manapun berada.

"Panennya setiap dua minggu sekali, jadi yang dipetik sekarang nanti akan tumbuh lagi," kata Husni.

Keberlangsungan urban farming cukup menjanjikan karena proses pertanian ini tidak begitu rumit. Media tanah dimasukan ke polybag, lalu bibit tanaman dimasukan. Dibiarkan dengan perawatan pupuk dan kebutuhan air, tanaman akan tumbuh.

Bahkan pohon jambu yang banyak berbuah tumbuh dari polybag di Kampung Lestari. Buahnya manis dan higienis. Ya, pertanian urban farming di Kampung Lestari tanpa pupuk kimia. Sangat organik.

"Kami juga dapat dukungan pupuk dan benih dari Dispangtan," ungkapnya.

Di lingkungan itu, juga ada green house yang berisi stroberi dan melon. Ada juga sayuran yang ditanam.

Faisal Rizal (73), warga lainnya mengatakan bahwa kegiatan urban farming telah mengubah kehidupan warga. Kini, mulai banyak warga luar yang datang untuk mengenal Kampung Lestari.

Ia mengatakan, warga pun mulai memantaskan diri agar ketika tamu datang, pelayanannya sesuai harapan. Selain warga lain yang berkunjung, sejumlah perwakilan pemerintah daerah juga kerap datang ke sana.

"Beberapa waktu lalu ada dari pemerintah daerah luar Kota Malang datang ke sini. Kami memang harus menyesuaikan dengan kebutuhan mereka," ujarnya.

Faisal mengatakan, tempatnya harus memiliki keunikan dari yang lain agar warga yang datang bisa senang. Selain itu, ke depannya juga diharapkan bisa membuka potensi untuk pemasukan masyarakat sekitar dari kunjungan yang dibuka.

Sejauh ini, kunjungan bersifat gratis. Siapapun yang datang tidak dipungut biaya. Namun, pengunjung bisa memesan makanan dari warga. Pengunjung hanya membayar makanan atau minuman yang dipesan saja.

"Kami kembangkan teknologi, kami harus punya perbedaan dengan yang lain. Kami pun berharap nanti bisa menjadi pemasukan," katanya.

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.