TANJUNGPANDAN, BABEL NEWS - Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2024 kembali digelar di Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Program tahunan yang diprakarsai oleh Kementerian Kebudayaan ini bertujuan memajukan kebudayaan sesuai amanat UU Pemajuan Kebudayaan.
Komunitas Seni Sarong Budaye (SaBud Entertainment) kembali dipercaya sebagai Hub Sumatra, bersama Komunitas Gubuak Kopi dari Solok, Sumatera Barat, dan Sekolah Seni Tubaba dari Tulang Bawang Barat, Lampung.
"Alhamdulillah, tahun ini kami kembali dipercaya untuk menjalankan program PKN 2024. Tahun lalu, Belitung berhasil menjalankan tugas di fase Panen, yang membuka peluang bagi kami seniman Belitong untuk membawa nama baik kampung halaman," ujar Rafiq Ikhsan, Direktur Komunitas Sarong Budaye, Selasa (29/10).
Tahun ini, PKN 2024 memasuki Fase Rawat, dengan wilayah kerja SaBud Entertainment meliputi Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, dan Kepulauan Riau. Sebanyak 15 komunitas turut berpartisipasi dalam lokakarya bertema Ragam Keroncong Sumatra, yang bertujuan memperkuat jejaring Sumatra melalui pendidikan kontekstual kebudayaan.
"Sejak September, kami melakukan kunjungan ke beberapa komunitas di Jambi dan Kepulauan Riau. Kami akhirnya melibatkan 15 komunitas yang memenuhi kriteria untuk kerja kebudayaan ini," jelas Renny Destiani, Koordinator Hub Sumatra sekaligus Wakil Ketua Dewan Kesenian Kepulauan Bangka Belitung.
Lokakarya yang berlangsung 25-31 Oktober 2024 di Green Tropical Village Hotel & Resort Tanjungpandan ini menghadirkan musisi dari berbagai daerah. Di antaranya adalah Suherman dari Suak Gual, Belitung; Lucki Febrian dari Selat Nasik, dan Idham Khunaifi dari Manggar, Belitung Timur. Peserta lainnya datang dari Jambi, Pulau Bangka, dan Kepulauan Riau dengan berbagai latar seni.
Fasilitator kegiatan, Irwansyah menjelaskan, bahwa setiap peserta mendalami kesenian daerah masing-masing sebagai bekal.
Peserta Provinsi Kepulauan Riau mengkaji Ghazal, Jambi mendalami Jeruk Purut, Bangka mempelajari Bedaek, sementara Belitung dan Belitung Timur fokus pada Keroncong Stambul Fajar dan Keroncong Indung-Indung.
"Penguatan kesenian lokal ini penting sebagai dasar pemahaman kebudayaan yang lebih dalam," ujar Irwansyah.
Program ini juga merupakan upaya penelusuran sejarah keroncong di Sumatra.
"Keroncong adalah hibriditas musikal dengan pengaruh kolonialisme, Indianisasi, dan masuknya Islam sejak ratusan tahun silam," kata Iqbal H. Saputra, Ketua Dewan Kesenian Belitung. "Lokakarya ini meliputi presentasi musikal, eksplorasi konsep, laboratorium kreatif, hingga pertunjukan hasil," paparnya.
Melalui PKN 2024, SaBud Entertainment berharap dapat mendorong musisi dan komunitas untuk berkolaborasi serta memperkaya pemahaman musik keroncong yang kaya akan sejarah dan makna budaya. (del)