Heboh Spanduk Jasa Kilat Gelar Akademik di UI Pajang Wajah Bahlil Lahadalia Ramai Jadi Sorotan
Moch Krisna November 05, 2024 10:30 PM

TRIBUNSUMSEL.COM -- Media sosial dihebohkan dengan spanduk bergambar wajah menteri ESDM Bahlil Lahadalia terpampang di stasiun Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat,

Pada spanduk yang dibentangkan tepat di depan pintu masuk dan keluar stasiun tersebut tertulis kata menggelitik.

Disamping foto Bahlil erdapat tulisan penawaran sebuah jasa kilat gelar akademik UI.

"Jasa Kilat Gelar Akademik UI"

"Testimoni Bahlil Lahadalia +62 84717 8390," tulis akun tersebut.

Video tersebut dibagikan oleh akun @papa_loren di X (dulu Twitter). 

"Apa tuh? Jasa kilat gelar akademik UI? Emangnya bisa kayak gitu ya? Tapi udah ada testimoninya tuh, Bahlil Lahadalia. Wah, menarik sih ini bisa dinego sampai jadi lagi," ujar perekam video tersebut melansir dari Tribunjakarta.com, Selasa (5/11/2024).

Sosok Bahlil Lahadalia resmi dilantik menjadi ketua Umum (Ketum) Partai Golkar terpilih disorot singgung  'Raja Jawa' di pidato perdananya
Sosok Bahlil Lahadalia resmi dilantik menjadi ketua Umum (Ketum) Partai Golkar terpilih disorot singgung 'Raja Jawa' di pidato perdananya (YouTube Golkar Indonesia)

 Unggahan itu pun banyak menuai komentar di warga net. 

"Daftar ah," tulis @areev_r

"Program doktoral jalur karir," tulis @drenalin35.

"Malu bukan budaya wakanda, budaya wakanda ijazah palsu," tulis @ShiElita19.

Sempat dipertanyakan Refly Harun

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia belakangan menjadi sorotan publik. 

Pasalnya, Bahlil, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Golkar itu, meraih gelar doktor di Universitas Indonesia (UI) dengan relatif singkat, yaitu 1 tahun 8 bulan. 

Ia pun meraih gelar doktornya setelah dinyatakan lulus dalam ujian terbuka doktor Kajian Strategik dan Global di Universitas Indonesia (UI), Depok, Rabu (16/10/2024).

Bahlil mengangkat disertasi berjudul “Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia", sesuai dengan bidang yang ia tekuni selama beberapa tahun terakhir sebagai menteri.

Namun, pakar hukum tata negara, Refly Harun, mempertanyakan bagaimana cara Bahlil bisa menggarap disertasi di tengah kesibukannya sebagai menteri dan ketua umum partai. 

Ia pun menyindir apakah Bahlil tidak bekerja dan lebih fokus mencurahkan waktunya untuk mengerjakan disertasi.

"Saya membayangkan ya dalam waktu kita ketat bekerja bisa menggarap disertasi. Itu hebat sekali. Jangan-jangan menteri ini enggak kerja."

"Kok, bisa ya seorang menteri yang sibuknya minta ampun kemudian ada gonjang-ganjing menjadi ketua umum partai pula, bisa menyelesaikan disertasi dalam 1 setengah tahun, how come?" tanya Refly seperti dikutip dari Youtube Channelnya yang tayang pada Jumat (18/10/2024). 

Refly mengaku masih sangsi dengan kemampuan Bahlil itu. 

Kredibilitas Pihak Universitas Indonesia, yang memberikan gelar doktor itu kepada Bahlil pun dipertaruhkan karena menimbulkan banyak keraguan dari berbagai pihak.

"Apakah iya dia menuliskan sendiri? Apakah benar dia melakukan penelitian sendiri? Kan kacau jadinya dunia akademik kita ya jadi dunia akademik bisa menjadi dunia 'pelacuran'. Kita ingin segala sesuatu itu berjalan secara normal bukan tidak normal," ujarnya. 

Jika memang bisa mengatur waktunya, Refly Harun penasaran apa 'resep' Bahlil agar bisa menyelesaikan disertasi secara cepat.

"Tapi ya enggak apa-apa juga sih ya, nanti dibilang iri lagi. Dasar buzzer. Padahal kita kan, ini normal question, how come mungkin dia punya kiat-kiat yang biasa di luar biasa gitu," tambahnya. 

Penjelasan Bahlil

Di hadapan wartawan, Bahlil mengatakan, kesulitan utamanya selama kuliah dan menjadi pejabat publik adalah soal membagi waktu.

Namun, ia merasa sukses mengatasi itu karena fokus dan konsisten.

Ia mengaku dirinya adalah orang yang sangat konsisten soal waktu jika menyangkut urusan pendidikan.

"Agak susah tapi saya harus lakukan. Karena saya dari sejak saya masih mahasiswa di S1 kan udah konsisten menyangkut dengan waktu sekolah," kata Bahlil seperti dikutip Kompas.com. 

Dalam disertasinya, Bahlil mengidentifikasi empat masalah utama dari dampak hilirisasi yang membutuhkan penyesuaian kebijakan.

Keempat masalah itu adalah dana transfer daerah, keterlibatan pengusaha daerah yang minim, keterbatasan partisipasi perusahaan Indonesia dalam sektor hilirisasi bernilai tambah tinggi, serta belum adanya rencana diversifikasi pasca-tambang.

Bahlil pun merekomendasikan empat kebijakan utama sebagai solusi, yakni reformulasi alokasi dana bagi hasil terkait aktivitas hilirisasi, penguatan kebijakan kemitraan dengan pengusaha daerah.

Kemudian penyediaan pendanaan jangka panjang untuk Perusahaan nasional di sektor hilirisasi, serta kewajiban bagi investor untuk melakukan diversifikasi jangka panjang.

Adapun ketua sidang disertasi Bahlil adalah Prof. Dr. I Ketut Surajaya, S.S., M.A, promotor sidangnya yakni Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., M.M bersama dua ko-promotor yaitu Dr. Teguh Dartanto, S.E., M.E. dan Athor Subroto, Ph.D.

(*)

 

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.