SURYA.CO.ID, KOTA KEDIRI - Di tengah keterbatasan fisik, Arif (50) dan istrinya, Munawaroh (50) yang sama-sama penyandang disabilitas berhasil membuktikan bahwa mereka mampu mandiri dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah mereka di Kelurahan Tosaren, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur (Jatim).
Sejak 2019, pasangan suami istri (pasutri) ini menggeluti pertanian urban farming dengan metode hidroponik dan aquaponik.
"Saya dan istri memulai hidroponik dan aquaponik dari tahun 2019. Kami merawat tanaman dengan media seadanya. Alhamdulillah, saat pandemi kami tidak perlu khawatir kekurangan bahan pangan," kata Arif ketika ditemui di rumahnya pada Rabu (23/10/2024).
Pasangan ini dengan telaten mengembangkan berbagai jenis sayuran seperti kangkung, tomat, sawi, serta buah strawberry menggunakan metode hidroponik.
Di bawah instalasi tanaman tersebut, mereka membangun kolam kecil yang diisi dengan ikan nila sebagai bagian dari praktik aquaponik, yaitu perpaduan antara hidroponik dan akuakultur.
“Dengan aquaponik, ikan nila di kolam mini membantu menyerap nutrisi dari tanaman sehingga tercipta ekosistem yang saling menguntungkan. Selain itu, kami juga membudidayakan lele dalam ember yang hasilnya lumayan untuk tambahan pemasukan," terang Arif.
Selain hidroponik, mereka juga membudidayakan lele di ember yang kini sudah mencapai ratusan ekor. Lele-lele tersebut berusia antara tiga minggu hingga tiga bulan, dan sebagian sudah siap dipanen.
"Lele yang kami budidayakan tidak hanya untuk konsumsi sehari-hari, tapi juga untuk dijual. Setiap panen bisa menghasilkan keuntungan yang cukup baik untuk menambah penghasilan kami," tambah Arif.
Bagi Arif dan Munawaroh, tujuan utama urban farming yang mereka lakukan bukanlah untuk ekspansi pasar yang besar, tetapi untuk mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari. Di masa pandemi, saat banyak orang mengalami kesulitan, pasangan ini merasakan manfaat besar dari hidroponik dan aquaponik yang mereka tekuni.
"Kami bersyukur, di saat orang lain kesulitan mendapatkan bahan pangan, kami bisa memanen sayuran dan ikan setiap hari," jelas Arif.
"Tidak perlu membeli di luar, karena semuanya ada di pekarangan rumah," imbuhnya.
Untuk menambah wawasan, Arif bergabung dengan komunitas hidroponik di Kota Kediri. Di sana, ia mendapatkan banyak bimbingan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Kediri, baik dalam bentuk pelatihan maupun bantuan langsung untuk pengembangan hidroponik.
"Bimbingan dari pemkot sangat membantu kami, baik dalam bentuk media tanam maupun ide-ide untuk mengembangkan hidroponik dan aquaponik. Saya sangat mengapresiasi upaya pemerintah yang selalu mendukung para petani urban farming seperti kami," ungkapnya.
Melalui komunitas tersebut, Arif juga sering berbagi informasi dengan sesama petani, terutama ketika ada panen. Hal ini memudahkan proses penjualan hasil panen atau bahkan barter kebutuhan antar petani.
"Di komunitas ini, jika ada panen, kami bisa saling membantu dalam menjual atau bertukar kebutuhan. Ini sangat memudahkan, apalagi dengan keterbatasan fisik yang kami miliki," ucap Arif.
Ke depan, Arif berharap agar urban farming yang ia tekuni bisa semakin berkembang. Ia bercita-cita agar tidak hanya mencukupi kebutuhan pangan dan mendapatkan penghasilan tambahan, tetapi juga bisa memberi keuntungan yang lebih besar.
"Saya ingin membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi kami untuk berkarya. Kami ingin terus berkembang dan menghasilkan lebih banyak lagi," pungkas Arif dengan semangat.