SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Kekayaan perikanan di Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim), bukan hanya berhasil dikelola menjadi produk hasil UMKM dan industri.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi berhasil mengembangkan potensi tersebut dalam bentuk festival-festival yang mengundang wisatawan dan menghidupkan ekonomi warga.
Sejak belasan tahun, Banyuwangi rutin menggelar puluhan festival tahunan yang dikemas dalam kalender event Banyuwangi Festival (B-Fest).
Dari jumlah tersebut, beberapa festival digelar untuk menonjolkan potensi perikanan.
Sebut saja di antaranya Banyuwangi Fishing Festival, Shrimp Festival dan Banyuwangi Fish Market Festival.
Pada 2024, Banyuwangi Fishing Festival digelar di Kecamatan Wongsorejo pada 11-12 Mei.
Lebih dari 320 pemancing yang hadir untuk mengikuti festival itu.
Beberapa pemancing dari luar negeri juga turut ikut ambil bagian.
Bintang tamu yang hadir dalam festival salah satunya Cepy Yanwar, host ternama program Mancing Mania. Cepy mengaku takjub dengan potensi perairan laut di Banyuwangi.
"Saya selalu membawa program TV Mancing Mania ke Banyuwangi tiap tahun. Salah satunya karena di sini masih sangat terjaga," ungkap Cepy.
Pemkab Banyuwangi menggelar Banyuwangi Fishing Festival bukan sekadar untuk berkompetisi. Tapi juga untuk mendorong ekonomi kreatif di wilayah utara Banyuwangi dan memerangi praktik penangkapan ikan ilegal menggunakan bom.
Sementara Shrimp Festival yang mengangkat potensi produk perikanan udang digelar pada 7 September 2024.
Banyuwangi merupakan barometer perudangan nasional dengan total produksi 19.260 ribu ton per tahun atau menyumbang 20 persen dari total produksi Jatim.
Event tersebut digelar atas kolaborasi antara Pemkab Banyuwangi dan Konservasi Indonesia, organisasi yang fokus pada isu keberlanjutan dan lingkungan.
Senior Ocean Program Advistor Konservasi Indonesia, Victor Nikijuluw menyebut, Shrimp Festival digelar sebagai edukasi pemanfaatan teknologi dan proses budidaya udang yang ramah lingkungan. Seperti menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), zero antibiotik, pemanfaatan teknologi, dan penerapan tambak budidaya yang baik.
Dalam festival itu, Pemkab Banyuwangi dan Konservasi Indonesia mendampingi ratusan pembudidaya udang skala kecil, untuk mendorong pembudidayaan berkelanjutan hingga mendapatkan serifikat.
Sertifikat yang berkaitan dengan jaminan kualitas udang ini, berguna untuk membuka peluang pasar yang lebih luas bagi para penambak skala kecil yang memiliki luasan tambak antara seperempat hingga setengah hektare.
"Sertifikat ini penting agar mereka bisa ekspor dan menjual ke perusahaan besar. Dengan berserifikat harga jual mereka juga naik antara Rp 3 ribu hingga Rp 4 ribu per kg," kata dia.
Berikutnya, Fish Market Festival 2024 akan digelar pada 19-21 November. Ini merupakan festival rutin yang digelar untuk pameran produk olahan perikanan Banyuwangi.
Festival ini merupakan salah satu upaya untuk mengangkat potensi perikanan daerah yang sangat besar.
Nelayan yang awalnya hanya menjual ikan segar dengan margin sedikit, bisa mendapat keuntungan lebih besar dengan mengolahnya.
Fish Market Festival juga digelar untuk meningkatkan konsumsi ikan.
Konsumsi ikan di Banyuwangi meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2021, angka konsumsi ikan sebesar 61,25 kg per kapita. Sementara pada 2022, jumlahnay meningkat menjadi 63,57 kg per kapita.
Banyuwangi juga menjadi kabupaten/kota terbaik dalam peningkatan konsumsi ikan di Indonesia.