Banyuwangi Jadi Lumbung Ikan, Berhasil Menjadi Penopang Ketahanan Pangan
Cak Sur November 06, 2024 04:30 AM

SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu daerah di Jawa Timur (Jatim) yang kaya akan hasil perikanan. 

Memiliki panjang garis pantai sekitar 175 kilometer (km), potensi perikanan tangkap kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu tak perlu diragukan. Termasuk juga kekayaan perikanan budidaya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan potensi perikanan tangkap di Banyuwangi mencapai 700 ribu ton per tahun. 

Pada 2023, sektor perikanan mampu menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 8 triliun, atau 7,93 persen dari total PDRB Kabupaten Banyuwangi.

Berdasarkan hasil sensus yang digelar BPS tahun 2023, sektor perikanan di Banyuwangi tumbuh 66 persen dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan perikanan Banyuwangi berhasil salah satu penopang ketahanan pangan.

"Banyuwangi ini diberi karunia dengan potensi-potensi dan letak geografisnya sehingga memiliki daya tarik ekonomi yang luar biasa," kata Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi Suryono Bintang Samudera pada Jumat (1/11/2024).

Menurut Suryono, Banyuwangi memiliki kelebihan dari semua sektor perikanan. Mulai dari perikanan tangkap hingga budidaya. Dari perikanan ikan laut, payau hingga ikan tawar.

Banyuwangi yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan Selat Bali, membuat potensi perikanan tangkap cukup besar. 

Di Samudera Hindia, wilayah perairan Banyuwangi mencapai luasan 2 ribu mil persegi. Potensinya mencapai 212.500 ton per tahun.

Tak kalah potensi perikanan tangkap di Selat Bali. Berbeda dengan di Samudera Hindia, penangkapan ikan laut lebih mengoptimalkan metode ramah lingkungan. Sebab, perairan Selat Bali karakteristiknya berbeda dengan perairan lepas laut selatan.

"Untuk Selat Bali, potesinya 46 ribu ton per tahun," lanjut Suryono.

Ada puluhan jenis potensi ikan yang ada di periaran laut lepas Banyuwangi. Namun beberapa yang paling mendominasi adalah ikan tongkol, lemuru, makarel, selengseng dan sejenisnya. 

Apabila ditinjau dari total produksi, menurut Suryono, Banyuwangi selalu naik setiap tahunnya antara 2 hingga 5 persen.

"Saat ini kami tengah mendata hasil perikanan tangkap di perairan yang lokasinya di atas 12 mil laut di Samudera Hindia. Soalnya banyak kapal ikan yang menurunkan hasil tangkapnya dari perairan tersebut dan itu diturunkan di Pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi," sambungnya.

Selama ini, ikan hasil tangkap di perairan laut lepas pada jarat tersebut belum terdata sebagai potensi Banyuwangi. Apabila itu nanti terdata, pihaknya yakin potensi perikanan Banyuwangi akan jauh lebih besar.

Sektor perikanan budidaya di Banyuwangi pun tak kalah menarik. Kabupaten tersebut memiliki potensi pengembangan budidaya keramba jaring apung untuk ikan dan udang. 

Khusus udang, Banyuwangi merupakan primadona. Dengan luasan tambak udang yang terbatas, produksi Banyuwangi bisa dibilang jauh di atas rata-rata.

Pemkab Banyuwangi berkolaborasi dengan Konservasi Indonesia menggelar Shrimp Festival di Gelanggang Seni Budaya (Gesibu) Taman Blambangan, Sabtu (7/9/2024).

Koki menunjukkan kemampuannya memasak udang dalam Banyuwangi Shrimp Festival 2024. (SURYA.CO.ID/Aflahul Abidin)

"Berdasarkan peraturan daerah terbaru, luasan tambak udang di Banyuwangi dibatasi hanya 1.381 hektare. Dengan luasan yang terbatas, produksi udang di Banyuwangi mencapai 19.260 ribu ton per tahun," tambah Suryono.

Produksi udang menyumbang sebanyak 20 persen produksi di Jatim. Sekaligus menjadi daerah dengan penghasil udang terbesar. 

Menurut Suryono, Banyuwangi merupakan daerah rujukan bagi pengembangan teknologi perudangan di Indonesia.

"Jadi teknologinya yang digunakan di Banyuwangi bagus. Pakar tambak udang ada di Banyuwangi. Banyuwangi juga jadi barometer perundangan nasional," imbuhnya.

Terakhir soal perikanan budidaya air tawar. Sektor ini boleh dibilang tak terlalu signifikan dibanding dua sektor sebelumnya. 

Namun, Banyuwangi memiliki target untuk mengembangkan kampung-kampung ikan budidaya di daerah-daerah tertentu. 

Hulu hingga Hilir

Salah satu kelebihan Banyuwangi dari sisi perikanan tangkap, yakni keberadaan Pelabuhan Muncar. 

Pelabuhan perikanan ini, merupakan salah satu yang besar di Jawa Timur. 

Pelabuhan Muncar didukung oleh keberadaan 43 cold storage dan 13 perusahaan pengalengan ikan.

Hal tersebut mendukung pengolahan hasil perikanan oleh warga, mulai dari skala usaha mikro kecil menengah (UMKM) hingga industri.

Industri perikanan hulu bahkan sudah menembus pasar ekspor dalam bentuk ikan dalam kemasan kaleng. 

Puluhan negara di hampir semua benua menjadi pasar utama perusahaan-perusahaan asal Banyuwangi. 

Untuk mendukung industri hilir yang trennya positif itu, pemerintah pusat tengah mempersiapkan hulunya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, pemerintah akan terus mendukung upaya proses ekspor produk perikanan seperti yang dilakukan di Banyuwangi. 

Caranya, pemerintah tengah memperbaiki sistem hulu untuk mendukung sisi hilir.

"Sehingga di hilir akan lebih haik dan berkelanjutan," kata Trenggono, saat berkunjung ke Banyuwangi, akhir September lalu.

KKP, kata dia, telah menyiapkan tempat pembudidaya ikan tuna yang bagus di berbagai daerah. Hasil penelitian kementerian, daerah-daerah yang potensial untuk dijadikan tempat budidaya ikan tuna.

Trenggono menyampaikan, pemerintah akan melakukan uji coba awal proses pembudidayaan ikan tuna tersebut. Setelah dirasa berhasil, pihaknya akan mendorong pihak-pihak swasta untuk terjun di sisi hilir industri perikanan tersebut.

"Biarkan kami pemerintah melakukan uji coba terlebih dulu," lanjutnya.

Trenggono melanjutkan, penyiapan sisi hulu untuk memenuhi kebutuhan ikan tuna di Indonesia. 

Ia menyebut, para produsen ikan dalam kemasan saat ini mengalami kekurangan bahan baku. Akibatnya, mereka harus mengimpor ikan tuna dari negara lain sebelum diolah dalam kemasan. 

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.