KWT Ayu Lestari Kelurahan Klampok Kota Blitar, Tiap Bulan Panen 50 Kg Sayur dari Lahan Pekarangan
Cak Sur November 06, 2024 04:30 AM

SURYA.CO.ID, KOTA BLITAR - Kelompok Wanita Tani (KWT) Ayu Lestari RW 05 Kelurahan Klampok, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur (Jatim), bisa dibilang sudah mandiri dalam ketahanan pangan khususnya dari sektor pertanian sayur.

Dengan memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah untuk menanam, KWT Ayu Lestari bisa panen 50 kilogram (kg) sayuran tiap bulan, yang hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sayur di rumah tangga anggotanya.

"Sekarang, anggota kami sekitar 30 orang. Dari hasil panen sayur kami tiap bulan, sudah mencukupi kebutuhan sayur anggota, bahkan sebagian bisa dijual," kata Ketua KWT Ayu Lestari, Dyah Fatmawati (46), ditemui di rumahnya pada Jumat (25/10/2024).

Ketika itu, para anggota KWT Ayu Lestari sedang berkumpul mengadakan pertemuan rutin di rumah Dyah. Kebetulan, rumah Dyah juga dijadikan sekretariat KWT Ayu Lestari.

Dalam pertemuan itu, para anggota membahas persiapan mengadakan bazar pangan dari hasil panen anggota KWT Ayu Lestari.

Anggota KWT Ayu Lestari RW 05 Kelurahan Klampok, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar menunjukkan produk olahan dari bahan sayur.
Anggota KWT Ayu Lestari RW 05 Kelurahan Klampok, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar menunjukkan produk olahan dari bahan sayur. (SURYA.CO.ID/Samsul Hadi)

"KWT kamu punya ikon Bazar Jaman Now, singkatan dari jajanan, omahan, natural, organik dan wenak," ujar ibu satu anak itu.

Dyah mengatakan, KWT Ayu Lestari berdiri pada 1 April 2024. Cikal bakal terbentuknya KWT Ayu Lestari dari Dasawisma, yaitu kelompok ibu-ibu dari satu RT yang menjadi bagian dari kader PKK yang berperan membantu pemerintah kelurahan.

Ketika ada lomba kelurahan berseri di Kota Blitar, kelompok Dasawisma itu kemudian berubah menjadi KWT Ayu Lestari.

"Karena, dalam lomba kelurahan berseri harus ada KWT dan bank sampah. Kami akhirnya membentuk KWT Ayu Lestari. Sejak berdiri sampai sekarang, saya ditunjuk sebagai ketua KWT," katanya.

Sejak itu, KWT Ayu Lestari memulai kegiatan menanam sayur memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah dan barang bekas seadanya.

Selain di polibag, mereka juga bekerja sama dengan bank sampah untuk menggunakan galon bekas sebagai tempat menanam sayur.

Jenis sayuran yang ditanam mulai sawi, cabai, kangkung, terong, tomat dan bawang merah. Tapi, jenis sayuran yang paling banyak ditanam adalah sawi.

Untuk kebutuhan pupuk, mereka juga mengolah sendiri pupuk organik dari bahan seadanya di sekitar lingkungan. Mereka kerja sama dengan kelompok tani untuk belajar mengolah pupuk organik.

"Awal-awal, hasil panen sayur hanya untuk anggota dan masyarakat," ujarnya.

Setelah berjalan setahun, ada anggota KWT yang meminjamkan lahan kosong ukuran 15 meter x 10 meter untuk aktivitas menanam kelompok.

Dengan lahan itu, produksi sayur KWT Ayu Lestari semakin meningkat. Sebagian hasil panen sayur bisa dijual. 

"Uang hasil penjualan sayur masuk kas kelompok untuk operasional kegiatan," katanya.

Karena hasil panen banyak, mereka juga mengolah sayur menjadi jajanan seperti nastar sawi, keripik sawi, keripik bayam, keripik ketela, dan stik sawi untuk dipasarkan ke masyarakat. Mereka juga sedang mencoba membuat mie berbahan sayur sawi.

"Selain menanam, kami juga mengolah hasil sayuran menjadi jajanan. Produk jajanan itu yang biasanya kami pamerkan di acara bazar," tutur Dyah.

Dikatakannya, tahun ini, KWT Ayu Lestari mendapat uang bantuan untuk pengembangan sistem pekarangan pangan lestari (PPL) Rp 50 juta dari Pemkot Blitar.

Uang bantuan itu digunakan untuk pembangunan tempat pembibitan, pengadaan benih, dan perlengkapan sarana prasarana lainnya.

Dengan uang bantuan itu diharapkan hasil panen sayuran di kelompoknya semakin meningkat, dan sebagian hasil panen sayuran akan diberikan kepada keluarga rawan stunting di lingkungannya.

"Kami kerja sama dengan kader posyandu terkait pemberian pangan untuk mencegah stunting," jelas Dyah.

Dyah mengaku, keberadaan KWT Ayu Lestari sangat membantu keluarga para anggotanya. Ketika harga sayur mahal atau ketika ekonomi sedang sulit, mereka tidak bingung untuk kebutuhan sayur keluarga.

"Yang jelas uang belanja sayur berkurang, malah kami bisa menabung," bebernya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Blitar Dewi Masitoh mengatakan, uang bantuan Rp 50 juta diberikan kepada KWT untuk pengembangan pertanian dengan sistem perkarangan pangan lestari di Kota Blitar.

Pada 2024 ini, ada enam KWT yang masing-masing mendapat uang bantuan Rp 50 juta dari Pemkot Blitar.

Enam KWT yang mendapat uang bantuan, yaitu, tiga KWT di Kelurahan Tlumpu, satu KWT di Kelurahan Gedog, satu KWT di Kelurahan Bendogerit dan satu KWT di Kelurahan Klampok.

"Uang bantuan itu bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) non-fisik. Tahun lalu juga ada beberapa KWT yang mendapat uang bantuan dari pemerintah," ungkap Dewi.

Dikatakan Dewi, uang bantuan digunakan untuk pengadaan bibit sayur serta pembenahan sarana dan prasarana di kelompok wanita tani.

Program pekarangan pangan lestari ini juga bagian untuk mencegah kasus stunting di Kota Blitar.

Sekitar 10 persen dari hasil panen sayur di kelompok wanita tani diberikan kepada keluarga rawan stunting di masing-masing lingkungan.

"Untuk optimalisasi program itu, kami juga akan memberikan pelatihan tematik kepada kelompok wanita tani," tandasnya.

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.