TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Warureja kembali menjadi saksi pertemuan penuh makna, saat calon Bupati Tegal nomor urut 1, Bima Eka Sakti, menginjakkan kaki di tempat masa kecilnya, Selasa (5/11/2024).
Kehadirannya disambut antusias oleh warga di Dukuh Wanagopa, Desa Kreman, Kecamatan Warureja, yang berkumpul untuk menyampaikan aspirasi dan harapan mereka.
Wajar saja jika Bima terlihat emosional saat mengingat enam tahun masa kecilnya yang dihabiskan di Warureja.
“Saya sangat terharu bisa kembali ke sini. Ada ikatan batin yang kuat, dan itu membuat saya berjanji untuk memperjuangkan kebutuhan warga,” ujarnya di hadapan kerumunan yang menyimak dengan penuh perhatian.
Kesempatan itu tak hanya menjadi ajang nostalgia, tetapi juga mendengarkan keluhan masyarakat. Beberapa warga seperti Daimah dan Kusmanto menyampaikan masalah utama yang dihadapi, termasuk jalan rusak, sulitnya mendapatkan air bersih, dan ketersediaan pupuk yang sering menjadi kendala bagi petani.
Bima menegaskan bahwa kehadiran pemerintah harus dirasakan masyarakat, dari masa kanak-kanak hingga usia lanjut. Ia menekankan komitmennya untuk menghadirkan solusi yang nyata.
“Pemerintah seharusnya hadir melayani masyarakat, bukan sebaliknya,” tegasnya, yang disambut riuh tepuk tangan.
Dukungan masyarakat terus mengalir, salah satunya dari Daryono Yusuf. “Saya yakin dengan pasangan Bima-Mujab. Pengalaman Bima sebagai ASN sangat penting untuk mengelola pemerintahan, dan Syaeful Mujab adalah anak muda cerdas asli Tegal,” ungkap Daryono.
Menurutnya, kombinasi pengalaman dan visi pasangan ini menjanjikan kemajuan bagi Kabupaten Tegal.
Bima juga berbicara tentang program prioritasnya, seperti pembangunan infrastruktur dan peningkatan akses air bersih.
Sebelum berpamitan, ia menandatangani kontrak politik yang menjadi bukti keseriusannya mewujudkan janji-janji tersebut.
“Ini bukan hanya janji kampanye, tetapi komitmen saya sebagai putra Warureja,” tambahnya.
Setelah pertemuan, Bima menyempatkan diri mengunjungi workshop pengrajin busur panah tradisional di Dukuh Sigentong. Dengan merek “Umaram,” produk-produk berbahan bambu ini telah menembus pasar internasional, termasuk Malaysia, Turki, Kazakhstan, Timor Leste, hingga Amerika Serikat.
Abu Umar, pemilik usaha, mengungkapkan kebanggaannya atas karya warga Tegal yang mendunia meski bahan baku bambu masih diimpor dari China.
“Kami sudah memulai usaha ini dua tahun lalu, dan pengrajinnya semua asli warga sini,” tutur Abu Umar. Produk busur panah ini dijual dengan harga sekitar Rp 5 juta per unit.
Bima mengapresiasi usaha warga Sigentong dan berjanji akan memberikan dukungan penuh untuk UMKM jika terpilih.
“Saya ingin membantu usaha-usaha seperti ini agar naik kelas dan bisa menembus pasar global,” ucapnya penuh semangat. Komitmennya adalah memajukan UMKM warga Tegal, karena menurutnya, ekonomi rakyat yang kuat adalah pondasi kemajuan daerah.
Sebagai penutup, Bima menyatakan bahwa produk-produk berkualitas seperti buatan Umaram adalah bukti potensi besar Kabupaten Tegal. Bagi yang penasaran, produk-produk dari UMKM warga Sigentong tersebut bisa dilihat di umarambowcompany.com. (*)