Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pasca debat publik kedua Pilgub Jatim 2024 pada Minggu (3/11/2024), nama pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim, santer dibicarakan di media sosial.
Dalam debat kedua tersebut, Cagub Luluk tampil bak macan panggung.
Dengan suara khasnya yang berat, Luluk berkali-kali mematahkan komentar Calon Gubernur Jatim petahana, Khofifah Indar Parawansa. Apalagi saat Khofifah pamer raihan penghargaan saat menjabat Gubernur Jatim.
Walau masih baru di telinga masyakat Jatim, Luluk dinilai sukses membuat penoton debat tercengang. Apalagi dia menyuguhkan bukti data yang memperkuat argumennya.
Di media sosial X (dulu bernama Twitter), komentar pedas Luluk pun menjadi perbicangan hangat, akun milik Akbar Faizal @akbarfaizal68 yang punya 236.953 pengikut membuat polling Pilgub Jatim 2024 pada 4 November 2024.
Akbar Faizal merupakan salah satu politikus yang pernah menjabat sebagai Anggota DPR RI dari tahun 2009–2013 dan 2014–2019.
"Hallo Jawa Timur. Aku nang Suroboyo saiki. Ayo nggawe survei kilat: Arep milih sopo?" katanya.
Polling yang diadakan Akbar Faizal, pun diserbu penggunan X.
Berdasarkan pantauan TribunJatim.com, dalam polling tersebut, paslon yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini unggul memperoleh polling 58 persen.
Untuk paslon Cagub-Cawagub Jatim nomor urut 3, Risma-Gus Hans berada di urutan kedua dengan peroleh polling 33 persen.
Sedangkan paslon nomor urut 2, Khofifah-Emil berada di posisi paling buncit dengan peroleh polling 9 persen.
Diketahui, hasil akhir polling itu di-vote oleh 13.794 suara pengguna medsos X, dan mendapat penayangan 35 ribu lebih, serta diposting ulang sebanyak 130 kali.
Sebelumnya, Luluk menyangkal klaim Cagub Jatim, Khofifah soal prestasi SMK di tengah tingginya tingkat pengangguran di Jatim, dalam debat kedua Pilgub Jatim 2024, di Grand City Convention Surabaya, Minggu (3/11/2024) malam.
Calon Gubernur Jawa Timur, Luluk Nur Hamidah, menanggapi pernyataan Cagub Jatim, Khofifah Indar Parawansa yang menyebutkan prestasi positif dalam pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jatim.
Luluk mengungkapkan adanya ketimpangan yang perlu segera dibenahi demi peningkatan kualitas pendidikan kejuruan.
Ia menyatakan, klaim tersebut bertolak belakang dengan kenyataan yang ada di lapangan.
“Ini agak paradoks ya dengan apa yang terjadi di Jawa Timur,” ujar Luluk.
Lebih lanjut, Luluk menegaskan, angka pengangguran terbuka di Jawa Timur justru meningkat, dan banyak disumbang lulusan SMK.
“Karena angka pengangguran terbuka itu justru disumbangkan oleh SMK, menunjukkan adanya masalah yang lebih mendasar terkait sistem pendidikan vokasi yang ada saat ini," tambahnya.
Luluk menilai, tidak ada perencanaan yang matang dalam pengembangan SMK di Jawa Timur.
Menurutnya, hal ini terjadi karena kurangnya studi analisis yang mendalam mengenai kebutuhan industri serta daya dukung dan ekosistem di mana SMK didirikan.
“Bahwa tidak ada perencanaan yang sangat matang dan berbasiskan studi analisis yang mendalam terkait dengan kebutuhan, industri, dan juga daya dukung serta ekosistem di mana SMK itu didirikan,” jelasnya.
Sebagai langkah untuk memperbaiki kondisi tersebut, Luluk mengusulkan untuk merekrut dewan pakar yang akan bekerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya.
“Oleh karena itu, kita akan merekrut dewan pakar bersama pemerintah dan sekitarnya agar bisa menghasilkan kurikulum yang dibutuhkan,” ujarnya.
Dengan langkah tersebut, Luluk berharap dapat menciptakan sistem pendidikan vokasi yang lebih relevan dan mampu menjawab kebutuhan pasar kerja di Jawa Timur.
Ia meyakini, perubahan ini sangat penting agar lulusan SMK tidak hanya mendapatkan pendidikan, tetapi juga dapat bersaing di dunia kerja.
Luluk menekankan, pengembangan SMK harus didasarkan pada analisis yang tepat agar bisa menciptakan tenaga kerja yang siap pakai dan mengurangi angka pengangguran di kalangan lulusan SMK.
“Kami ingin memastikan setiap lulusan SMK memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri,” ucap Luluk.
Melalui pernyataan ini, Luluk berupaya menunjukkan komitmennya untuk memperbaiki sistem pendidikan di Jawa Timur dan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik bagi masyarakat.
Dengan perubahan yang tepat, ia yakin Jawa Timur bisa memiliki generasi muda yang lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja.
Pun demikian dengan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jawa Timur nomor urut 1, Lukmanul Khakim, mengungkapkan kekecewaannya terhadap minimnya dukungan dari pemerintah provinsi terhadap pesantren selama lima tahun terakhir.
Dalam pernyataannya di debat kedua Pilgub Jatim 2024, Lukman menilai, meskipun ada klaim tentang keberpihakan, realitanya menunjukkan hal yang berbeda.
“Ada catatan sedikit bahwa sepanjang pemerintahan lima tahun kemarin terkait upaya keberpihakan kepada pesantren, tetapi nyatanya sampai saat ini belum ada Pergub Pesantren,” ujar Lukman.
Lukman menambahkan, kondisi ini membuat banyak pesantren di Jawa Timur mengalami kesulitan.
“Yang terjadi adalah banyak pesantren yang justru melas mesakke (kasihan) karena belum mendapatkan perhatian maksimal dari pemerintahan provinsi,” katanya.
Dia menekankan pentingnya perhatian yang lebih besar dari pemerintah untuk membantu pesantren yang menjadi pilar penting dalam pendidikan agama dan karakter masyarakat.
Lukman menggarisbawahi perlunya regulasi yang jelas untuk mengatur pengelolaan pesantren.
Dengan adanya regulasi seperti pergub, Lukman berharap pesantren bisa mendapatkan dukungan yang layak dari pemerintah, baik dalam bentuk anggaran maupun program pemberdayaan.
Ia meyakini, dukungan pemerintah yang lebih baik akan meningkatkan peran pesantren dalam masyarakat.
Lukmanul Khakim menegaskan komitmennya untuk menjadikan pesantren sebagai prioritas dalam program pemerintahannya jika terpilih.
Dalam pandangannya, keberpihakan yang kuat terhadap pesantren akan menghasilkan generasi yang berakhlak dan berilmu, siap menghadapi tantangan zaman.
Melalui pernyataannya, Lukman mengajak masyarakat untuk menyadari pentingnya peran pesantren dalam pembangunan sosial dan ekonomi di Jawa Timur.
Dengan demikian, dia berharap pesantren tidak akan lagi merasa terabaikan dan dapat berkontribusi lebih maksimal bagi kemajuan daerah.