BANGKAPOS.COM -- Sosok Zulfandi Zulhan seorang profesor Institut Teknologi Bandung (ITB) yang ciptakan alat ubah.
Kurang dari 2 menit bijih bisa berubah menjadi logam.
Alat yang diperkenalkan oleh Zulfandi Zulhan bernama reaktor plasma hidrogen seperti diunggah di akun Instagram @santosoim, Sabtu (2/11/2024).
"Bukan sulap bukan sihir, detik-detik tanah berubah jadi besi dan nikel dalam waktu 2 menit," tertulis dalam video tersebut.
Zulfiandi Hasan pun memperlihatkan sebuah bijih berwarna coklat yang kemudian ia masukkan ke dalam alat hidrogen plasma.
"Bentuknya seperti tanah ya, ini didapatkan di alam. Ini kita masukkan ke dalam reaktor, kemudian diproses dalam waktu kurang dari dua menit jadi logam," tutur Zulfiandi Hasan dilansir dari TribunJabar.id.
Kemudian, alat berbentuk tabung tersebut ditutup. Sementara, Zulfiandi Hasan memasang stopwatch untuk mengukur lamanya waktu alat bekerja.
Alat tersebut pun terlihat mengeluarkan cahaya saat bekerja.
Ketika stopwatch menunjukkan waktu 01,45,66 menit, alat tersebut dimatikan.
Saat alat dibuka, bijih yang seperti tanah itu sudah berubah menjadi logam.
Zulfiandi Hasan pun mendapatkan tepuk tangan dari para mahasiswanya.
Unggahan tersebut lantas menuai pujian dari para warganet.
Hingga artikel ini ditulis, Rabu (6/11/2024), video tersebut telah disukai sebanyak lebih dari 226 ribu kali.
Dikutip dari itbpress.id, pemilik nama lengkap Prof. Dr. Ing. Zulfiandi Zulhan, S.T., M.T., IPM ini lahir di Aceh Utara pada 28 Januari 1973.
Zulfiadi Zulhan menghabiskan masa kecil di tanah kelahirannya.
Memasuki usia dewasa, ia merantau untuk berkuliah di Institut Teknologi Bandung.
Dirinya juga pernah mencicipi pendidikan di Jerman.
Berikut riwayat pendidikan selengkapnya:
SD Negeri Meunasah Dayah, Peusangan, Bireuen, Aceh (1979-1985)
SMP Negeri 1, Matangglumpang Dua, Bireuen, Aceh (1985-1988)
SMA Negeri 1, Bireuen, Aceh (1988-1991)
Sarjana, Teknik Pertambangan, Opsi Metalurgi, Institut Teknologi Bandung (1991-1996)
Magister, Rekayasa Pertambangan, Rekayasa Korosi, Institut Teknologi Bandung (1997-2000)
Deutsche Sprachprüfung für den Hochschulgangausländischer Studienbewerer (DSH), Goethe Institut, Jakarta dan Mannheim, Jerman (2001-2002)
Doktor, Institut für Eisenhüttenkunde (Institute for Ferrous Metallurgy), RWTH Aachen University, Jerman (2002-2006).
Insinyur, Program Profesi Insinyur, Institut Teknologi Bandung (2020-2021).
Karier Dosen
Zulfiadi Zulhan sudah menjadi dosen sejak tahun 1998 silam.
Selain jadi pengajar, dia juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Pirometalurgi dan Ketua Kelompok Keahlian Teknik Metalurgi.
Dirinya juga dipercaya sebagai Anggota Senat Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) dan Anggota Senat Akademik ITB
Informasi tambahan, sejak 1 Agustus 2023 Zulfiadi Zulhan sudah menjadi Guru Besar dengan golongan kepangkatan Pembina (IV/a).
Kegiatan Penelitian
Desulfurisasi lelehan baja dengan injeksi bubuk dalam Ruhrstahl Heraeus (RH Degasser), Technometal GmbH, Jerman, 2012
Pemisahan arsen dan antimon dalam konsentrat timah melalui proses pemanggangan oksidasi-reduksi dan klorinasi, PT Timah, 2014
Pengembangan teknologi pengolahan dan peleburan pasir besi serta bijih besi laterit menjadi produk besi spon atau pig iron/hot metal sebagai bahan baku pembuatan baja di Indonesia, Insentif Riset Nasional, 2014
Pemisahan besi logam dan oksida dari pelet/briket pasir besi menggunakan reduktor bed batubara pada temperatur 1400 C: pengujian laboratorium dan aplikasi di industri. Penelitian kompetitif nasional, Skema Ipteks, 2015-2016
Studi simulasi pengembusan oksigen di ladle, PT Antam, 2017
Studi reduksi bijih nikel laterit dengan reduktor batubara dan penambahan katalis, PT Antam, 2017
Studi defosforisasi HC-feronikel pada kondisi reduktif menggunakan tanur induksi, PT Antam, 2018
Pemanfaatan terak tembaga sebagai bahan baku pembuatan paduan ferro- manganese-silicon. P3MI - ITB, 2019
Studi ekstraksi logam magnesium dan ferroalloy dari slag feronikel, MINDID, 2019
Penggunaan konsentrat pasir besi dalam pengembangan produksi besi dan baja: karakterisasi dan percobaan skala laboratorium, PT Krakatau Steel, 2021
(Bangkapos.com/TribunJabar.id/Rheina Sukmawati)