---
Intisari-online.com - Di jantung Kalimantan, di antara rimbunnya hutan tropis dan aliran sungai yang membelah tanah, berdiam Suku Dayak, penjaga kearifan leluhur yang telah menghuni pulau Borneo sejak berabad-abad silam.
Kehidupan mereka yang erat dengan alam telah melahirkan budaya yang kaya dan unik, termasuk dalam cara mereka melepaskan kepergian orang-orang terkasih ke alam baka.
Ritual Tohoq, sebuah upacara kematian yang dipenuhi dengan simbolisme mendalam, menjadi bukti nyata akan penghormatan mereka terhadap siklus kehidupan dan kematian.
Ketika sang mentari mulai condong ke barat dan nafas terakhir terlepas dari raga, duka menyelimuti keluarga yang ditinggalkan.
Kabar duka pun segera disampaikan melalui dentuman gong yang bergema di seluruh penjuru kampung.
Suara gong yang berulang-ulang seakan menjadi panggilan bagi arwah leluhur untuk menjemput dan membimbing roh yang baru saja meninggalkan dunia fana.
Tangisan pilu bercampur dengan lantunan doa-doa dalam bahasa Dayak kuno mengiringi kepergian sang mendiang.
Keluarga dan kerabat berkumpul di rumah duka, memberikan penghormatan terakhir dan menguatkan satu sama lain dalam suasana duka yang mendalam.
Lungun, Rumah Peristirahatan Terakhir
Sebuah pohon besar yang kokoh dipilih dengan seksama untuk dijadikan lungun, atau peti mati, tempat peristirahatan terakhir bagi sang mendiang.
Dengan penuh kehati-hatian, para tetua adat memahat kayu tersebut hingga membentuk sebuah wadah yang menyerupai perahu.
Lungun bukan sekadar peti mati biasa, melainkan simbol perjalanan arwah menuju alam baka.
Ukiran-ukiran indah yang menghiasi permukaannya menggambarkan kisah-kisah leluhur dan kepercayaan mereka akan kehidupan setelah kematian.
Nyanyian Ratapan dan Tarian Mistis
Malam menjelang, dan suasana duka semakin terasa.
Di bawah temaram cahaya obor, para wanita memulai nyanyian ratapan yang memilukan, mengisahkan perjalanan hidup sang mendiang dan kenangan-kenangan indah yang tak akan terlupakan.
Sementara itu, para pria dengan tubuh dihiasi lukisan-lukisan sakral menarikan tarian mistis, sebuah persembahan untuk mengiringi arwah menuju dunia roh.
Tarian dan nyanyian ini bukan hanya ungkapan kesedihan, melainkan juga doa dan harapan agar arwah diterima dengan baik di alam baka.
Gerakan-gerakan ritmis dan lantunan syair yang magis seakan menjadi jembatan penghubung antara dunia manusia dan dunia roh.
Mengantar Arwah Menuju Keabadian
Setelah melalui rangkaian upacara yang berlangsung selama beberapa hari, tibalah saatnya untuk mengantarkan lungun ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Diiringi oleh isak tangis dan doa-doa, lungun diusung menuju sebuah bukit yang dianggap sebagai pintu gerbang menuju alam baka.
Di sana, lungun diletakkan di atas sebuah tiang tinggi atau di dalam gua, agar arwah dapat dengan mudah mencapai dunia roh.
Upacara diakhiri dengan penyembelihan hewan kurban sebagai persembahan kepada leluhur dan penjaga alam gaib.
Makna Filosofis di Balik Ritual Tohoq
Ritual Tohoq bukan sekadar upacara kematian biasa, melainkan sebuah refleksi mendalam akan filosofi hidup Suku Dayak.
Kepercayaan mereka akan siklus kehidupan dan reinkarnasi tercermin dalam setiap tahapan ritual.
Kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan baru menuju kehidupan yang abadi.
Melalui Ritual Tohoq, Suku Dayak mengajarkan kita untuk menghormati leluhur, menghargai kehidupan, dan menerima kematian sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan manusia.
Upacara ini juga menjadi simbol persatuan dan solidaritas, di mana seluruh anggota masyarakat bahu-membahu dalam menghadapi duka dan menguatkan satu sama lain.
Pelestarian Budaya di Tengah Arus Modernisasi
Di era modern ini, di mana globalisasi dan arus informasi semakin deras, Suku Dayak tetap teguh menjaga tradisi leluhur mereka.
Ritual Tohoq masih dilestarikan dan diwariskan dari generasi ke generasi sebagai identitas budaya yang tak ternilai harganya.
Meskipun sebagian masyarakat Dayak telah memeluk agama modern, namun nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Ritual Tohoq tetap relevan dan dihormati.
Upacara ini menjadi bukti nyata akan kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan dan dibanggakan.
*
---