---
Intisari-online.com - Angin perubahan berhembus kencang di Nusantara. Semangat kemerdekaan yang membara menyala di dada setiap insan, tak terkecuali para cendekiawan muslim.
Di tengah gejolak revolusi, lahirlah sebuah wadah perjuangan yang kelak menjadi tonggak penting dalam sejarah pergerakan Islam di Indonesia: Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan Masyumi.
Kisah Masyumi bermula jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada tahun 1937, di bawah tekanan pemerintah kolonial Belanda, berbagai organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Persatuan Islam (Persis) bersatu membentuk Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI).
MIAI menjadi payung besar bagi umat Islam, menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak mereka di tengah penindasan.
Namun, angin penjajahan berganti arah. Jepang, dengan ambisi membangun "Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya", menginjakkan kaki di bumi pertiwi.
MIAI, yang dianggap membahayakan kepentingan Jepang, dibubarkan pada tahun 1942.
Sebagai gantinya, dibentuklah Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 24 Oktober 1943.
Meskipun dibentuk oleh Jepang, Masyumi menjadi wadah bagi tokoh-tokoh Islam untuk tetap bergerak.
Di bawah kendali Jepang, Masyumi lebih fokus pada kegiatan sosial dan keagamaan. Namun, semangat perjuangan kemerdekaan tetap tersimpan di hati para pemimpinnya.
Proklamasi Kemerdekaan: Masyumi Menemukan Jati Diri
Dentuman proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 mengguncang Nusantara. Indonesia, yang sekian lama terbelenggu, akhirnya menghirup udara kebebasan.
Masyumi, yang semula dibentuk Jepang, segera mengambil peran dalam kancah politik yang baru lahir.
Pada tanggal 7-8 November 1945, di Gedung Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) diselenggarakan.
Kongres ini dihadiri oleh tokoh-tokoh Islam dari berbagai penjuru negeri. Di sinilah, Masyumi dideklarasikan sebagai partai politik.
Masyumi hadir sebagai partai Islam yang inklusif, merangkul berbagai aliran dan golongan.
Tokoh-tokoh besar seperti Mohammad Natsir, Kasman Singodimedjo, dan Sjafruddin Prawiranegara menjadi pilar-pilar awal partai ini.
Masyumi berkomitmen untuk memperjuangkan cita-cita Indonesia merdeka yang berdasarkan syariat Islam.
Masyumi di Panggung Politik: Sebuah Perjalanan Panjang
Masyumi segera menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan.
Dalam Pemilu 1955, Masyumi meraih 20,9% suara, menjadikannya partai Islam terbesar di Indonesia.
Masyumi menjadi oposisi yang vokal terhadap kebijakan-kebijakan Presiden Soekarno yang dianggap condong ke arah komunisme.
Di parlemen, Masyumi aktif memperjuangkan aspirasi umat Islam. Masyumi juga berperan penting dalam menentang pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948 dan 1965.
Namun, perjalanan Masyumi tidak selalu mulus. Perbedaan pandangan dengan Presiden Soekarno semakin meruncing.
Puncaknya, pada tahun 1960, Masyumi dibubarkan oleh Soekarno karena dianggap terlibat dalam pemberontakan PRRI/Permesta.
Pembubaran Masyumi: Akhir yang Tragis
Pembubaran Masyumi menjadi pukulan telak bagi pergerakan Islam di Indonesia.
Para tokoh Masyumi dipenjara, diasingkan, atau dipaksa hidup dalam pengawasan ketat. Masyumi, yang pernah menjadi simbol perjuangan umat Islam, lenyap dari panggung politik.
Meskipun telah dibubarkan, semangat Masyumi tetap hidup di hati para pengikutnya. Berbagai upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali Masyumi, namun selalu menemui jalan buntu.
Warisan Masyumi: Inspirasi bagi Generasi Penerus
Meskipun Masyumi telah tiada, warisannya tetap abadi. Masyumi telah menorehkan tinta emas dalam sejarah perjuangan Islam di Indonesia.
Masyumi telah menunjukkan bahwa Islam dan demokrasi dapat berjalan beriringan.
Masyumi juga telah melahirkan banyak tokoh besar yang kemudian mewarnai panggung politik Indonesia.
Gagasan-gagasan Masyumi tentang negara Islam yang demokratis dan berkeadilan sosial tetap relevan hingga saat ini.
Masyumi, meskipun telah menjadi sejarah, tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejarah berdirinya Partai Islam Masyumi adalah sebuah narasi perjuangan yang penuh liku.
Masyumi lahir di tengah gejolak penjajahan, tumbuh di era revolusi, dan berkibar di panggung politik Indonesia.
Meskipun akhirnya dibubarkan, Masyumi tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia.
Masyumi adalah bukti nyata bahwa umat Islam memiliki peran penting dalam membangun bangsa. Masyumi adalah simbol perjuangan, pengorbanan, dan dedikasi untuk Indonesia yang lebih baik.
Semoga kisah Masyumi ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang demi Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.
*
---