Mahasaba Dharmopadesa ke-5, Selamatkan Bali dari Sampradaya Asing
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pasemetonan warih (keturunan) Danghyang Dwijendra dan Danghyang Astapaka yang tergabung dalam Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara (PDPN) menggelar sidang paripurna atau mahasaba ke V di Griya Taksu Kemenuh, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, Jumat 8 November 2024 pagi. Sidang ini digelar untuk pemilihan pengurus baru PDPN untuk lima tahun ke depan.
Sidang ini juga membahas terkait persoalan yang saat ini sedang dihadapi masyarakat Bali, baik dari sisi budaya, pariwisata dan perilaku beragama masyarakat.
Selain itu juga untuk menyikapi adanya aliran sampradaya asing yang ingin merorong-rong Bali, dengan memfitnah agama Hindu Bali dengan menyebut agama Hindu Bali tidak bernafaskan Weda.
Kegiatan ini dihadiri oleh Pemprov Bali, Majelis Desa Adat (MDA) Bali, Kakanwil Bali, Pemkab Gianyar dan pihak terkait lainnya.
Kegiatan ini telah disiapkan sejak setahun lalu. Peserta yang hadir dalam sidang sebanyak 509 orang.
Ada 4 fokus pembahasan, mulai dari penyampaian pertanggung jawaban pengurus pusat sekaligus meminta persetujuan para peserta mahasaba.
Lalu, penyempurnaan AD/ART sesuai aspirasi Pasemetonan, pembahasan tentang program kerja 2024-2029 dan pemilihan pengurus pusat masa bakti 2024-2029.
Ketua Umum PDPN, Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia menjelaskan, Dharmopadesa Pusat Nusantara adalah organisasi paiketan Pasemetonan wangsa Brahmana Siwa Buda, warih Ida Danghyang Dwijendra dan Ida Danghyang Astapaka.
Tujuan dari adanya perkumpulan ini adalah untuk menjaga Bali melalui pelestarian ajaran suci Bhatara Lelangit (leluhur), melalui bidang keagamaan, sosial, kebudayaan dan kesenian dengan tujuan akhir yaitu, Moksartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.
IB Dunia menegaskan, keselarasan agama Hindu ala Bali, sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.
Baik dari segi ekonomi, sosial dan sebagainya. Sebab sumber kekayaan Bali adalah adat, budaya dan tradisi yang nafaskan agama Hindu Bali.
"Lestarinya agama Hindu Bali dan kesejahteraan Bali membutuhkan perjuangan serius penduduk Bali. Sumber kekayaan Bali adalah budaya, adat dan tradisi yang berintikan agama Hindu Bali. Belakangan ada diskursus agama Hindu Bali itu ruwet, mahal, dll. Itu adalah asutan agar ajaran sampradaya asing diterima oleh masyarakat Bali," ujarnya.
IB Dunia pun meminta agar semua pihak tidak diam terhadap asutan, yang mendiskreditkan agama leluhur orang Bali.
"Kalau kita diam, maka sampradaya asing ini akan terus berkembang. Jika demikian, Panca Srada, Panca Yadnya akan hilang dan pura akan tinggal sejarah, dan akhirnya Hindu Bali punah."
"Jika ini terjadi maka masyarakat Bali akan miskin. Karena itu kami minta agar kita bangun, berjuang bersama, dan berharap agar pejabat terpilih adalah penjaga Hindu Bali, yang siap berjuang demi ajegnya Hindu Bali," tandasnya.
Ketua Pelaksana Mahasaba ke V, Dokter Ida Bagus Semadi Putra, Sp.Og mengatakan bahwa dalam kegiatan ini, Dharmapodesa ingin membangun kualitas, kolaborasi, kerjasama, serta memanfaatkan seluruh potensi yang ada untuk menuju hal yang baik bagi Bali.
Pj Gubernur Bali, Irjen Pol (Purn), Sang Made Mahendra Jaya yang dibacakan Kepala Kesbangpol Bali, mengapresiasi dan mendorong agar pertemuan semacam ini bisa berkelanjutan.
PDPN selama ini memiliki kiprah yang jelas dalam menjaga keajegan Bali. Pihaknya pun berharap, PDPN terus menjadi garda terdepan masyarakat Bali dalam menjaga Bali, dari pihak-pihak lain yang ingin merusak Bali.
"Saya, sebagai PJ Gubernur Bali memohon maaf karena tidak bisa hadir secara langsung, namun saya sangat mengapresiasi, dan mendukung agar kegiatan ini terus terlaksana," ujarnya. (*)