Kisah Pemulung di Palangkaraya, Mengais Rezeki dari Sampah Mampu Sekolahkan Anak hingga jadi Sarjana
Sri Mariati November 08, 2024 05:30 PM

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA – Wanita paruh baya bernama Heny (48) cerminan sosok seorang ibu yang tangguh dan gigih untuk menghidupi keluarga terutama anak-anaknya. 

Bagaimana tidak dirinya rela harus menjadi pemulung di Palangkaraya, dan mengais sampah untuk mendapatkan uang agar sang buah hatinya, tetap mengenyam bangku sekolah atau pendidikan yang layak.

Bahkan dari kesehariannya memulung barang-barang bekas menjadi sampah, Heny mampu sekolahkan anak hingga Sarjana. 

Botol bekas atau barang bekas yang sudah dibuang di tempat sampah mungkin bagi sebagian orang tidak bernilai artinya, namun sangat bernilai bagi ibu dengan 3 orang anak ini.

"Saya sudah menjalani pekerjaan memulung ini sejak 2006 sampai sekarang, sudah bisa menyekolahkan kedua anak hingga lulus kuliah Sarjana S1," ujar Heny, Jumat (8/11/2024).

Walau penghasilan tersebut bisa dibilang tidak cukup bahkan pas-pasan, hal itu tidak membuat Heny patah semangat dalam membiayai anaknya sekolah hingga melanjutkan ke perguruan tinggi.

Walaupun turun naik tekanan hidup yang ia rasakan, akan tetapi hal itu tidak menyurutkan Heny untuk tetap melanjutkan kedua anaknya hingga bisa lulus kuliah sampai Sarjana.

"Ya kalau kendala pasti ada, salahsatunya seperti turun naiknya harga bahan dari pengepul yang membuat ketidak stabilan dalam pemasukan," ucapnya.

Heny yang tinggal di Jalan Temanggung Tilung Palangka Raya tetap gigih dan semangat dalam mencari botol bekas dan bahan plastik bekas yang berserakan di pinggir jalan atau tempat pembuangan sampah.

Tempat-tempat tersebut menjadi ladang rezeki bagi Heny untuk kemudian dijual lagi ke pengepul, pekerjaan tersebut ia lakoni selama 18 tahun sejak 2006, demi membantu menafkahi dan membiayai sekolah anak.

Setiap harinya ia berangkat ke tempat sampah mulai pukul 07.00-09.00 WIB, kemudian pulang ke rumah untuk istirahat, lalu lanjut lagi untuk mencari botol bekas pada siang sekitar pukul 14.00-16.00 WIB.

Berkat jerih payah sang ibu serta dibantu ayahnya yang juga seorang pemulung, kini kedua anaknya sudah lulus Sarjana kuliah S1.

"Untuk sekarang, saya sendiri yang memulung, suami sudah enggak lagi karena sudah tua," ungkapnya.

Heny setiap harinya, harus pergi memulung untuk mencari rezeki ke tempat-tempat pembuangan sampah atau disekitaran jalan yang terdapat botol plastik bekas.

Ia mengutarakan, penghasilannya dalam sebulan hanya Rp 800.00 hingga Rp 1 juta lebih perbulan.

Karena penghasilan tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, Heny harus mencari penghasilan tambahan dengan ikut temannya kerja di bagian katering menjadi pramusaji.

"Ya, saya selain memulung sampah juga mencari tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya dengan ikut kerja dibagian katering milik temannya," ucap Heny.

Ia berharap, jika dirinya tua nanti anaknya yang akan merawat dan membantunya hingga ajal menjemput.

Kini ia sedang beternak ayam kecil-kecilan yang juga dibantu suaminya agar ke depan ia bisa memfokuskan usaha dibidang ternak tersebut.

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.