BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Penyakit kaki gajah atau filariasis menjadi skala prioritas untuk dieliminasi oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung. Pasalnya, kaki gajah tak bisa diobati dan meninggalkan kaki bengkak. Oleh karenanya pencegahan penyakit kaki gajah terus dioptimalkan dengan program pemberian obat pencegahan massal (POPM) kepada masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, dr Agus Pranawa mengatakan, semua orang beresiko untuk tertular penyakit filariasis. Oleh karena itu, dirinya menjamin obat pencegahan filariasis yang dibagikan kepada masyarakat aman untuk dikonsumsi. Di mana hanya terdapat tiga regimen atau tiga jenis obat yang diberikan kepada masyarakat.
“Obat yang akan diminum masyarakat terbukti aman dan efektif untuk menghindari penularan penyakit kaki gajah,” kata Agus kepada Bangkapos.com, Jumat (8/11/2024).
Menurutnya, jumlah obat yang diterima setiap orang berkisar antara dua hingga sembilan tablet, tergantung dengan tinggi badan masing-masing. Terdapat tiga regimen atau jenis obat yang akan dibagikan kepada 201.346 jiwa masyarakat Kabupaten Bangka Selatan kelompok usia 2-70 tahun. Yakni obat IDA atau kombinasi obat yang digunakan dalam POPM filariasis, yaitu ivermectin, dietilkarbamazin, dan albendazol.
POPM filariasis mempunyai manfaat ganda, selain dapat mematikan atau memandulkan cacing filaria dewasa, juga dapat mematikan cacing perut lainnya. Yakni cacing gelang, cacing tambang, cacing cambuk dan cacing kremi. Dengan demikian, orang yang minum obat pencegah penyakit kaki gajah memperoleh dua manfaat sekaligus, yakni melindungi dirinya dari risiko terkena penyakit kaki gajah dan cacingan serta beberapa penyakit lainnya.
“Obat diminum tergantung tinggi badan. Pemberian obat ini ini dari umur dua tahun sampai 70 tahun, nanti petugas kesehatan akan melakukan pengukuran tinggi badan masyarakat,” beber Agus Pranawa.
Pasca dilaunching kata dia petugas akan melakukan akselerasi di lapangan dengan melibatkan semua kadar kesehatan. Nantinya petugas Puskesmas akan turun ke lapangan guna memberikan obat kepada masyarakat yang menjadi sasaran. Selain itu pihaknya akan membentuk pos agar cakupan sasaran masyarakat meminum obat pencegahan kaki gajah dapat optimal. Ditargetkan sebanyak 65 persen atau 70.447 orang dapat mengkonsumsi obat pencegahan selama dua tahun berturut-turut.
Bahkan guna menjamin obat benar-benar diminum oleh masyarakat, petugas akan menyaksikan langsung. Hal itu menjadi bukti bahwa masyarakat ikut dalam menangani permasalahan penyakit kaki gajah. Di mana sejak 18 tahun terakhir Kabupaten Bangka Selatan tidak pernah menjadi daerah eliminasi kaki gajah. Terdata hingga kini itu 12 kasus kaki gajah kronis masih terjadi.
“Petugas dari Puskesmas akan turun ke lapangan, karena pemberian obat ini harus di depan petugas. Jadi akan benar-benar efektif, kalau tidak dilakukan di depan petugas takutnya nanti obatnya tidak akan diminum oleh masyarakat,” sebutnya.
Kendati demikian kata Agus Pranawa ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit kaki gajah. Selain pencegahan lewat obat, masyarakat juga bisa menghindari terinfeksi cacing filaria dengan menghindari gigitan nyamuk. Yakni tidur menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk atau krim, dan membasmi sarang nyamuk. Serta membiasakan diri dengan pola hidup bersih dan sehat, tidak membiarkan lingkungan sekitar menjadi sarang nyamuk.
“Jika ada anggota keluarga atau siapa pun yang mengalami efek dari pengobatan pencegahan filariasis harap segera menghubungi tenaga kesehatan,” ucap Agus Pranawa. (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)