TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah suporter klub Israel, Maccabi Tel Aviv mengalami penganiayaaan saat mereka bertandang ke Amsterdam, Belanda dalam rangka Liga Europa pada hari Kamis (7/11/2024).
Dalam kejadian tersebut, setidaknya ada 5 suporter yang dilarikan ke rumah sakit dan 30 orang lainnya mengalami luka ringan.
Adi Reuben, seorang penggemar Maccabi Tel Aviv yang turut mengunjungi Amsterdang untuk mendukung klubnya melawan Ajax menceritakan pengalaman menyeramkan yang dialaminya tersebut.
Dikutip dari BBC, Adi mengaku bahwa dirinya dibanting jatuh ke lantai dan kemudian ditendang oleh sekelompok pemuda yang menghadangnya saat dia sedang berjalan menuju hotel.
Adi mengaku tak bisa menghindari kejadian tersebut karena para penyerang yang berjumlah sekitar 10 orang pria tersebut menyerangnya secara mendadak.
“Mereka mulai mengganggu saya dan saya sadar bahwa saya harus lari, tapi saat itu semuanya terlihat gelap dan saya tidak tahu harus ke mana." ungkap Adi.
"Saya jatuh ke lantai dan sepuluh orang menendang saya. Mereka juga berteriak ‘Palestina’.” lanjutnya
Selama dianiaya, Adi mengaku juga diteriaki kata-kata rasis oleh hooligans yang diduga pendukung klub Ajax tersebut.
“Mereka berteriak ‘Yahudi, Yahudi, IDF, IDF, Mereka menendang saya di lantai selama sekitar satu menit, dan kemudian mereka pergi” kata Reuben.
Reuben mengatakan dia tidak bisa melihat dengan jelas selama sekitar 30 menit setelah serangan tersebut.
“Saya sadar saya penuh darah di hidung saya dan hidung saya patah dan itu sangat sakit.” ungkap Adi yang kemudian memilih tak pergi ke rumah sakit usai dianiaya.
Sebagai gantinya, dia mengatakan akan terbang ke Israel pada Jumat sore dengan penerbangan yang diorganisir oleh pemerintah Israel dan akan mendapatkan perawatan medis di sana.
“Ini adalah serangan spesifik yang telah diorganisir sebelumnya,” pungkasnya..
Hal serupa juga dialami Pnina, seorang pendukung Maccabi Tel Aviv lainnya
Dikutip dari media Belanda NOS, Pnina menilai bahwa kekerasan terhadap warga Israel tersebut tampaknya direncanakan sebelumnya.
“Sepertinya itu sudah diorganisir. Ada banyak orang. Mereka menyerbu kami... Kami bersembunyi di hotel hingga aman untuk keluar,” katanya.
Esther Voet, pemimpin redaksi surat kabar mingguan Yahudi Belanda, yang tinggal di pusat kota, mengatakan bahwa dia menawarkan rumahnya untuk menampung beberapa penggemar Israel setelah melihat rekaman kekerasan tersebut.
“Saya bilang kepada mereka, ini adalah rumah Yahudi dan kalian aman di sini,” katanya kepada media Israel, Kann.
“Orang-orang sangat ketakutan. Saya tidak pernah menyangka saya akan melalui ini di Amsterdam.” pungkasnya.
Kepala Polisi Amsterdam, Peter Holla, mengatakan bahwa sulit untuk mencegah serangan seperti itu meskipun polisi telah hadir di pusat kota dalam jumlah yang banyak.
Pihak kepolisian akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan pendukung Maccabi dan melindungi mereka sebelum memindahkan mereka keluar dari area stadion dengan bus khusus.
Lima orang terluka namun sudah keluar dari rumah sakit, dan antara 20 hingga 30 orang lainnya mengalami luka ringan, tambahnya.
Serangan pada Kamis bukan satu-satunya aksi anarkis yang terjadi di Amsterdam selama seminggu ini.
Sehari sebelumnya pada hari Rabu (6/11/2024), oknum penggemar Maccabi Tel Aviv ternyata juga menyerang warga Amsterdam.
Diketahui sekelompok pendukung klub Israel tersebut menyerang sebuah taksi yang memasang bendera Palestina di mobilnya.
Sopir taksi tersebut diserang di kawasan Alun-Alun Dam, lokasi di mana sekitar 400 penggemar Maccabi berkumpul
Kepala Polisi Amsterdam, Holla mengatakan bahwa suporter tersebut kemudian membakar bendera yang dimiliki sopir taksi tersebut setelah menyerangnya.
Akibat kejadian tersebut, pada Kamis malam polisi pun mengawal ketat para suporter Maccabi Tel Aviv.
Namun demikian, tindakan pencegahan yang disiapkan Kepolisian Amsterdam ini pun terbukti gagal setelah sejumlah Suporter Israel tetap diserang pada Kamis malam.
“Saya sangat terkejut dengan kenyataan bahwa kami telah melakukan salah satu operasi polisi terbesar dan kami tidak mampu mengendalikan atau mencegah kekerasan ini.” pungkas Holla.
(Bobby)