Si Anak Jalanan Itu Bernama Mike Tyson, Juara Dunia Termuda tapi Ada Saja Masalahnya
Tim Intisari November 14, 2024 03:34 PM

Jumat, 15 November 2024, legenda tinju dunia Mike Tyson akan turun ring lagi. Si Leher Beton akan melawan Jake Paul yang bekas Youtuber.

Artikel ini pernah tayang di rubrik Cukilan Buku Majalah Intisari dengan judul "Mike Tyson si Anak Jalanan" tayang Juni 1990

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Berita menghebohkan datang dari dunia tinju. Sang legenda, Mike Tyson, yang kini berusia 58 tahun, dikabarkan akan kembali turun ring. Lawannya adalah Jake Paul yang 33 tahun lebih muda darinya.

Keduanya dikabarkan akan berduel pada Jumat, 15 November 2024, di AT&T Stadium, Arlington, Texas, Amerika Serika. Jake Paul, sebelum tertarik dunia tinju, adalah seorang Youtuber terkenal.

Bagaimanapun juga, Mike Tyson adalah fenomena tersendiri dalam dunia tinju dunia. Intisari pernah mengulik sepak terjangnya dari buku berjudul Bad Intentions The Mike Tyson Story yang ditulis oleh Peter Heller.

Begini cuplikannya untuk Anda.

Karier Mike Tyson tak bakal melesat seperti meteor, kalau dia tak punya tim pendukung yang kuat. Ironisnya, justru setelah menjadi juara, Tyson memutuskan hubungan dengan tim yang telah mengantarnya ke puncak. Putusnya pun tidak dengan baik-baik.

Mike Tyson lahir sebagai anak jalanan, di daerah kumuh Bedford-Stuyvesant, Brooklyn, New York, pada tanggal 30 ]uni 1966. Karena orang tuanya tidak menikah secara resmi, Tyson adalah nama keluarga ibunya.

Ketika Mike baru berumur dua tahun, ayahnya kabur sehingga Lorna Tyson dan ketiga anaknya (Rodney, Denise dan Mike) menjadi tanggungan dinas sosial. Menjelang Mike berusia sepuluh tahun, mereka pindah ke daerah Brooklyn yang lebih payah, yaitu Brownsville.

Si Buyung Anak Peri menjadi jagoan

Mike tidak saja bertubuh kecil untuk usia nya, bicaranya juga halus dan mendesis. Anak-anak menyebutnya si Buyung Anak Peri. Tak cuma anak laki-laki, anak perempuan pun tidak segan-segan memukuli Mike.

Kalau musim dingin, keluarga Tyson tidur dengan berpakaian lengkap, karena mereka tidak mempunyai pemanas ruangan. Karena tak berkawan, Mike senang memelihara merpati.

Pada suatu hari, seorang "jagoan", lebih tua dari Mike, mencomot seekor merpatinya, memuntir lehernya sampai kepalanya putus, kemudian mencampakkannya ke dekat kaki Mike.

Mike melihat hewan kesayangannya yang tak berkepala menggelepar-gelepar. Tanpa berpikir panjang, untuk pertama kali dalam hidupnya, Mike menyerbu dan mengamuk!

Sejak itu Mike berubah 180 derajat. Dia bukan lagi si Buyung Anak Peri. Dia bergabung dengan Geng Jolly Stompers. Reputasinya menanjak dengan cepat. Pada usia sebelas tahun dia sudah menampakkan tanda bakal menjadi bajingan jalanan yang lihai.

Menurut Denise, Mike salah satu pencopet dan penjambret tergesit di Brooklyn.

Kalau tidak bersama geng, Mike beroperasi sendirian. Biasanya dia beroperasi di tempat perhentian bus. Begitu bus berangkat, dia jambret kalung emas dari leher wanita yang sudah diincarnya, lewat jendela yang terbuka. Kadang-kadang dia berpura-pura menolong membawakan belanjaan ibu-ibu untuk merampas dompetnya.

Kalau malam Geng Jolly Stompers berkumpul bermabuk-mabukkan, sambil memamerkan uang, arloji dan cincin hasil jambretan masing-masing.

Ketika berusia dua belas tahun, Mike sudah bersenjatakan pistol sampai akhirnya ditangkap dan dijebloskan ke Rumah Tahanan Spofford di Bronx. Tidak seperti di rumah-rumah tahanan remaja sebelumnya, di sini Tyson tak dapat meloloskan diri.

Waktu itu Muhammad Ali yang masih juara tinju kelas berat dunia berkunjung ke Spofford. Untuk pertama kalinya Mike melihat orang hebat ini dengan mata kepala sendiri. Mike ngiler melihat betapa semua orang, termasuk penjaga dan pembimbing rumah tahanan tersenyum lebar-lebar kepada Ali. Sejak itu dia bercita-cita ingin menjadi juara tinju.

Karena dianggap berbahaya, anak yang belum dua belas tahun ini tidak diizinkan pulang ke Brownsville. Dia dikirim ke Tyron School for Boys di Johnstown, New York, hampir 322 km jauhnya dari tempat operasinya.

Berubah manis demi tinju

Tentu saja Tyron bagaikan penjara bagi Tyson. Selain tiga gedung yang relatif "terbuka" dan agak santai, ada satu gedung yang tertutup, untuk menahan anak-anak yang membandel. Namanya Elmwood. Baru minggu pertama di Tyron, Mike sudah mulai banyak tingkah. Mula-mula yang jadi sasaran sesama teman, tetapi lambat laun guru pun dia tantang.

Ada teori yang mengatakan bahwa anak yang seperti ini sebenarnya ingin didisiplinkan, atau supaya dia dijebloskan ke Elmwood. Salah seorang pengawas kepala di sana, Bobby Stewart, bekas petinju andal. Lima tahun sebelumnya (1974), Stewart merebut juara US National Golden Gloves untuk kelas berat ringan.

Entah sengaja atau tidak, pada suatu hari Mike memukuli seorang kawan sampai dua penjaga bertubuh paling besar harus memeganginya. Dia segera digiring ke Elmwood dan dikurung di kamar dengan pengawalan khusus.

Begitu tiba di sana Mike langsung menyatakan ingin bertemu Bobby Stewart. Tapi Stewart ingin menunggu sampai dia tenang.

Keesokan harinya, para penjaga betul-betul heran melihat betapa manisnya anak yang kabarnya ganas itu. Stewart memerintahkan agar Mike dikeluarkan dari kamar tahanan khusus, walaupun tetap dipisahkan dari anak-anak lain. Sampai hari ketiga dia tetap manis dan penurut.

Akhirnya Stewart menggedor jendela kamarnya sambil berteriak, "Saya Stewart. Kamu mau apa?"

"Saya ingin bicara. Saya ingin jadi petinju."

"... Jaga kelakuanmu. Kita lihat dalam satu dua minggu ini."

Sejak hari itu Mike menjadi tahanan teladan, sampai akhirnya Stewart setuju mengajarinya bertinju dengan syarat: dia harus menjaga perilaku. Setiap sore Stewart mengajari jurus-jurus pukulan dan gerak kaki.

Walaupun tingginya 1,70 m dengan berat 95 kg, secara mental Mike masih kanak-kanak. Dia juga belum dapat membaca atau menulis, meski sebenarnya cerdas.

Stewart minta tolong seorang anak kulit hitam lain yang sangat pintar, untuk membantu Mike belajar membaca dan menulis.

Menurut psikolog di Tyron, Mike Tyson sangat lamban dan tingkat kecerdasannya pas di perbatasan "terbelakang". Tidak heran, karena tes dilakukan dengan membaca dan menulis.

Dipertemukan dengan pelatih legendaris

Di bulan-bulan terakhir tahun 1979 itu Mike benar-benar berkembang, baik secara mental maupun fisik. Beratnya naik menjadi lebih dari 100 kg. Bentuk tubuhnya kekar. Pertama kali disuruh mengangkat beban, Tyson langsung dapat mengangkat beban 125 kg sebanyak sepuluh kali. Perilakunya di sekolah juga berubah secara drastis.

Ketika menginjak usia 13,5 tahun, Stewart sadar minat Tyson pada tinju cukup serius. Hanya ada seorang pelatih yang dapat mengasah bakatnya: Cus D'Amato, pelatih legendaris dan kontroversial yang mengasuh Floyd Patterson (juara dunia termuda kelas berat tahun 1956, pada usia 21 tahun) dan Jose Torres (merebut gelar juara dunia kelas berat ringan pada tahun 1963). Dia juga pernah menjadi penasihat Muhammad Ali.

D'Amato tidak hanya terkenal sebagai guru yang hebat dalam mengajarkan teknik bertinju, tetapi juga mempunyai pemahaman kejiwaan yang mendalam untuk melahirkan petinju yang berhasil. Waktu itu dia sudah berusia 72 tahun dan setengah pensiun di Kota Catskill, New York.

Pada suatu malam bulan Maret tahun 1980 Stewart dan Mike berangkat ke Catskill yang jauhnya 120 km untuk bertemu D'Amato.

Di gimnasium kecil yang letaknya di loteng kantor polisi, namanya Catskill Boxing Club, Mike disuruh bertarung melawan Stewart. Walaupun beratnya kalah 15 kg, Stewart sudah berusia 27 tahun dan belum lama pensiun sebagai petinju. Waktu itu berat Mike sudah 105 kg.

Keistimewaan Mike yang langsung nampak selain agresivitasnya adalah kekuatan, kecepatan refleks dan kemampuannya untuk menguasai ketakutan dan keraguan diri. Cus D'Amato langsung berkomentar, "Ini sih kaliber juara dunia. Kalau ia mau dan dapat berkonsentrasi, kita sedang berhadapan dengan calon juara dunia kelas berat."

Karena pendidikannya masih amat kurang, pada bulan September 1980, Cus langsung mendaftarkan Mike ke Catskill Junior High School, kelas delapan.

Hari-hari pertamanya di Catskill benar-benar sulit.

Menurut Cus, "Untuk menjadi petinju yang baik, Mike harus dibina dari segala sudut: karakternya harus dikembangkan dan dikuatkan. Selain belajar disiplin, dia juga harus belajar menghadapi masalah, bukan menghindarinya. Proses memperkuat karakter inilah yang paling lambat prosesnya, karena sebelum ini Mike hidup dengan nilai-nilai yang umumnya tidak diterima di masyarakat."

D'Amato datang ke gymnasium setiap beberapa hari, sedangkan pelatih sehari-harinya Teddy Atlas.

Mengasah mental juara

Dalam bulan-bulan pertama di Catskill, Mike yang kini lebih baik kita sebut Tyson ini hanya melakukan pertarungan-pertarungan kecil sekadar mencari pengalaman.

Tapi karakter, tekad dan semangatnya untuk pertama kalinya diuji ketika bertarung di Scranton, Pennsylvania. Tanggal, nama pertarungan bahkan nama lawannya tak ada lagi yang ingat, tetapi peristiwa itu sendiri memainkan peranan penting dalam perkembangan mental Tyson.

Tidak seperti biasanya, lawan Tyson kali ini amat ulet. Walaupun sudah jatuh dua kali, ia bangun lagi dan masih melawan. Pada akhir ronde pertama, Tyson mengeluh kepada Teddy, "Capek sekali." Tapi Cus maupun Teddy tahu benar Tyson dalam kondisi prima sehingga tak mungkin dia kecapekan di ronde pertama.

Di ronde kedua, walaupun jatuh-bangun, lawan Tyson belum juga menyerah. Tyson makin takut. Walaupun menguasai pertarungan, begitu bel berbunyi dia mengeluh lagi, "Teddy, tangan saya patah."

Teddy Atlas tahu, bukan tangan Tyson yang patah, tetapi semangatnya yang nyaris patah. Dalam detik-detik terakhir yang kritis itu Teddy sempat menguliahinya. Intinya, "Maju lagi dan menangkan pertarungan ini."

Walaupun sudah dikuliahi, Tyson tetap tidak dapat berkonsentrasi. Cus pernah mengatakan kepada Teddy bahwa pelatih yang berpengalaman dapat mengetahui dengan tepat apa yang sedang terjadi di dalam benak anak didiknya.

Nah, saat itu Teddy melihat, walaupun tanpa dipukul, Tyson akan jatuh. Tyson telah kalah mental. Penonton bersorak-sorak mendukung lawan Tyson. Tepat pada saat lutut Tyson mulai menekuk, Teddy nekat naik ke pinggir ring. Dia berseru, "Jangan! Jangan! Don't do it goddamn it!" (Dalam pertandingan yang lebih resmi tindakan ini akan membuat Tyson terkena diskualifikasi.)

Mendengar suara Teddy, Tyson menjambret lawannya, mereka berpelukan dan bergulat sampai bel berbunyi 30 detik kemudian.

Teddy langsung masuk ring. Tyson terus menggumam, "Terima kasih, terima kasih." Beberapa bulan kemudian, Tyson membuat langkah besar di National Junior Olympics Tournament, di Colorado, turnamen besar untuk usia di bawah enam belas tahun.

Dibandingkan dengan anak-anak lain, tubuh Tyson seperti patung batu! Kokoh, keras, berotot. Sebelum naik ring pun, Tyson berhasil mengumpulkan nilai karena para petinju muda lain dibuat keder melihat penampilannya.

Lawan pertamanya lebih berat 32,5 kg, tetapi dengan sekali pukul tubuh seberat itu tumbang! Keesokan malamnya Tyson meng-KO lawan lagi, begitu pula malam berikutnya. Para petinju yunior semakin ngeri, Tyson merebut juara nasional kelas berat Junior Olympics. Ini gelar amatir nasionalnya yang pertama.

Tyson terus berkembang. Hampir semua lawan dia kalahkan dengan KO. Musim gugur 1981 dia masuk Catskill Highschool. Keliaran Tyson menimbulkan percekcokan antara Cus dan Teddy. Sekitar bulan September 1981, di sekolahnya timbul masalah rasial.

Kawan-kawan Tyson menyebutnya "Whitey" karena dia tinggal bersama orang-orang kulit putih. Tyson juga melawan guru dan menunjukkan sikap tak tahu adat. Pernah dia datang ke kafetaria sebelum saat makan siang.

Ketika mengetahui kafetaria masih tutup, dia mencomot beberapa bungkus susu lalu menyemprot-nyemprotkannya ke dinding kafetaria. Akibat ulahnya, Tyson sering kena skors atau mendapat "kuliah khusus". Cus siap mencarikan guru privat untuk Tyson.

"Dia sebenarnya sangat peka."

Tahun 1982, Mike Tyson mempertahankan gelar di Colorado dalam kejuaraan yunior amatir. Untuk merekam pertarungan Tyson, Michael Marton ikut juga ke Colorado.

Kepada Marton, Teddy mengatakan bahwa orang sering mengira Tyson benar-benar "binatang" yang senang berkelahi, yang senang menyakiti orang, yang tidak takut apa pun, padahal sebenarnya Tyson tidak setangguh yang dikira orang.

Menurut Marton, ke mana pun mereka bepergian, Teddy menempa segi kejiwaan Tyson secara terus-menerus. Dia selalu bersama Tyson, tidur sekamar dengan anak itu dan kalau Tyson sedang bermain-main ia mengawasinya dari jauh, "Mike benar-benar membutuhkan itu, karena dia takut. Dia (Tyson) sebenarnya sangat peka," kata Michael Marton.

Empat pertarungan pertamanya la menangkan dengan KO. Kalau melihat prestasinya dalam beberapa malam itu, tentunya orang mengira Tyson dapat maju ke final sambil bersiul-siul. Ternyata tidak.

Dia betul-betul senewen, sehingga Teddy harus membawanya ke luar berjalan-jalan. Mike Tyson yang bagi musuh-musuhnya mengerikan itu, menangis tersedu-sedu. Dia takut, kalau kalah akan kehilangan segalanya yang diperolehnya lewat ring.

"Jangan kalah oleh perasaan," begitu Teddy terus mengulang-ulang. Pertarungan final hanya berlangsung selama satu menit. Mike Tyson juara lagi.

Sepulangnya di Catskill, Tyson membual kepada Marton, "Saya tidak butuh siapa pun. Siapa saja boleh melatih saya."

Karena Mike sudah ogah-ogahan masuk sekolah, walaupun Teddy Atlas tak setuju, Cus memutuskan mengeluarkan Mike dari sekolah resmi. Maka pendidikan formalnya berakhir sampai di kelas satu SMTA saja.

Namun, menurut versi lain, sebenarnya Cus mendapat ultimatum dari sekolah untuk menarik Tyson, karena dia terus-menerus menimbulkan masalah. Guru privat pun akhirnya berhenti, sehingga selesailah sudah pendidikan Mike Tyson

Ini bukan berarti terhadap Cus Tyson tidak pernah bersikap kurang ajar. Menurut Teddy, Cus terlalu lembek terhadap anak yang serba ingin semau gue ini. Tahun 1982, ibu Tyson meninggal karena kanker. Cus segera mengurus pengesahan (menurut hukum) perwaliannya atas Tyson.

Dengan perwalian ini, Cus dapat mengendalikan Tyson menurut keyakinannya (selama dua tahun di Catskill, status Tyson adalah anak negara). Selain itu, ia tentu tak ingin kehilangan Tyson yang sudah mulai diincar banyak orang (termasuk Don King).

Lagi pula secara finansial, sudah cukup banyak investasi yang ditanamkan pada Tyson, oleh Jim Jacobs dan Bill Cayton, dua orang rekan bisnis Cus.

Hubungan kerja antara Cus, Tyson dan Teddy Atlas berakhir juga pada bulan November 1982. Setelah Teddy pergi, Kevin Rooney (petinju asuhan Cus) dipasang sebagai pelatih Tyson.

Apa bedanya antara pahlawan dan pengecut?

Karena sudah enam belas tahun, dia didaftarkan untuk ikut Kejuaraan AS 1982. Selain kurang mendapat kawan latih yang seimbang, ia baru saja melalui gejolak emosi yang hebat menjelang perginya Teddy Atlas.

Lawan Tyson sudah amat berpengalaman dan sepuluh tahun lebih tua. Tyson jatuh sampai tiga kali, sehingga kalah KO!

Namun, yang penting bagi Cus D'Amato adalah menanamkan sikap profesional dalam diri Mike. Ada contoh yang selalu didengung-dengungkan Cus kepada semua anak didiknya dalam menghadapi saat terdesak.

"Apa beda seorang pahlawan dan seorang pengecut? Mereka sama-sama takut mati dan takut sakit. Bedanya, pengecut tidak mau menghadapi tantangan, sedangkan si pahlawan, karena kedisiplinannya, dapat menanggulangi perasaan takut itu dan mengerjakan apa yang harus dia kerjakan. Perbedaan mereka terletak bukan pada perasaan, tetapi pada apa yang mereka kerjakan."

Mulai tanggal 12 Agustus 1983 Tyson mengukir kemenangan demi kemenangan di Ohio State Fair Tournament. Yang pertama ia menangkan dengan KO dalam 44 detik.

Kemudian ia bertarung melawan Jerry Goff yang sudah berpengalaman dalam 150 kali pertarungan. Goff KO di ronde kedua sampai dua giginya tanggal dan pingsan selama 10 menit. Di final, mestinya ia berhadapan dengan Olian Alexander, sang pemegang juara Golden Gloves. Tetapi Alexander tidak muncul dengan alasan sakit tangan.

Mendadak banyak petinju yang mengaku sedang menderita cedera tangan atau bahu bengkak begitu mengetahui bakal berhadapan dengan Tyson. Tyson menang WO dan menjadi juara.

Keesokan harinya, Tyson dan Kevin Rooney terbang ke Colorado untuk kejuaraan nasional AS 1983. Begitu Tyson tiba, empat dari enam petinju yang terdaftar dalam divisi kelas berat mengundurkan diri. Dia langsung masuk ke babak final.

David Yonko yang bobotnya 125 kg dipukulnya KO dalam 1:38 di ronde pertama. Di final Tyson juga tidak buang-buang waktu. Mark Scott KO hanya dalam waktu 54 detik! Mike Tyson pulang ke Catskill dengan memboyong gelar kejuaraan Ohio State Fair dan juara nasional AS.

Beralih ke profesional

Ketika Mike Tyson beralih ke tinju profesional pada 1984, dia didukung tim yang amat kuat. Bill Cayton sangat ahli dalam bernegosiasi, Jim Jacobs ahli publikasi dan strategi tinju (keduanya juga terkenal jujur) dengan D'Amato sebagai pelatih dan guru.

Strategi D'Amato dan Jacobs adalah: Mike Tyson harus bertarung setiap dua sampai tiga minggu. Strategi ini cukup unik, karena di tahun 1980-an tidak ada penantang yang sedang menanjak, yang mempunyai jadwal seketat Tyson.

D'Amato tak hanya ingin agar anak didiknya mendaki tangga profesional dengan cepat, tetapi juga untuk menyibukkannya sehingga tak sempat membuat gara-gara lagi di luar. Maklumlah, sifat "jalanan"-nya masih sering muncul.

Cus menjalin kerja sama dengan promotor lokal, suami-istri Bob dan Lorraine Miller. Perjanjian di antara mereka unik juga. Kalau sampai Miller rugi sebagai promotor Tyson, Jacobs dan Cayton akan menutup kerugian itu. Demikianlah, untuk sementara nama Tyson akan diorbitkan di daerah saja.

Pertarungan Tyson di arena profesional yang pertama berlangsung pada tanggal 6 Maret 1985. Lawannya takluk KO dalam sekejap. Pertarungan ini tidak menghasilkan keuntungan, sehingga tentu Tyson tidak memperoleh bagian honor.

Tetapi Jacobs dan Cayton merogoh kantung sendiri sebanyak 500 dolar AS untuk honor Tyson. Uang itu disimpan D'Amato, sedangkan Kevin Rooney memperoleh 10% sebagai jatah pelatih.

Dalam waktu delapan bulan, Mike Tyson sudah membuat rekor 10 KO dalam karier profesionalnya. Tujuh dari kesepuluh KO itu terjadi dalam ronde pertama.

Cayton mengatakan, "... Kami memilih lawan yang pasti dapat dikalahkan Tyson, tetapi yang dapat memberikan pelajaran bagi Tyson." Tapi diam-diam Jacobs mengaku, bahwa kemampuan bertinju beberapa lawan awal Tyson memang ada yang "memalukan".

Lawan dalam pertarungan tinju memang komoditi yang sangat berharga. Manajer atau promoter yang sedang membesarkan petinju sangat mementingkan pemilihan lawan untuk anak didiknya. Apalagi di divisi kelas berat.

Dalam divisi ini "petinju umpan" untuk memperhebat rekor seorang petinju yang sedang diorbitkan sangat langka. Dalam waktu tak lama, Mike Tyson sudah kesulitan mendapatkan lawan bertinju. Kalaupun ada, petinju itu atau manajernya menuntut bayaran 1.000 dolar AS. Maklumlah, dia 'kan harus bersiap-siap dihajar "monster" Tyson.

Cus akan bangkit dari kubur demi Tyson

Kemajuan Tyson tidak hanya diatur dengan rapi di ring, tetapi juga di luar ring oleh Jacobs dan Cayton. Pertarungan-pertarungannya diatur pada jam cukup sore, supaya dapat masuk ke berita pukul 23.00 di televisi AS.

Semua penulis dan penyiar olahraga top di AS mereka kirimi rekaman video pertarungan-pertarungan Tyson. Foto-foto Tyson yang sedang beraksi di ring dikirimkan ke koran dan majalah.

Kisah tentang bagaimana sang guru D'Amato menemukan berlian kasar yang kemudian diasahnya, bagaimana mereka membina hubungan ayah-anak, selalu diselipkan. Karena relasi Jacobs dan Cayton amat luas di kalangan media, Mike Tyson diliput oleh ratusan majalah olahraga dan majalah umum.

Ini cukup istimewa untuk seseorang yang belum pernah merebut medali Olimpiade. Jacobs dan Cayton benar-benar menerapkan strategi pemasaran yang hebat, sehingga Tyson "terjual" laris.

Di saat jalan bagi Tyson makin terbuka, Cus D'Amato jatuh pingsan dalam suatu konvensi tinju. Dia dibawa ke rumah sakit di Albany selama seminggu. Diagnosisnya: pneumonia. Walaupun dipindahkan ke Rumah Sakit Mount Sinai di New York, kondisinya tidak membaik.

Ketika menjenguknya, Tyson mengatakan tak dapat bertarung lagi tanpa Cus. Cus langsung menukas, "Kalau kamu berhenti bertinju setelah saya mati, nanti kita lihat apa orang mati bisa bangun dari kubur. Kalau bisa, itu akan saya lakukan untuk menyuruhmu bertarung lagi, atau memberi tahu kesalahan-kesalahanmu!"

Beberapa hari kemudian, pada tanggal 1 November 1985, Mike memenangkan pertarungannya yang ke-11. Tiga hari kemudian, Cus D'Amato meninggal karena penyakit pengerasan paru-paru.

Biar tulang hidungnya masuk ke otak!

Lawan Tyson yang ke-18 adalah Jesse Ferguson, yang termasuk 20 terbaik dunia untuk kelas berat. Pertarungannya diadakan pada tanggal 16 Februari 1986. Dari Studio ABC-TV Sports, berkat keterampilan Cayton dalam bernegosiasi, Tyson mendapat bayaran 1 juta dolar AS untuk lima kali pertarungan.

Ini kontrak yang sensasional untuk seorang petinju yang belum terbukti kemampuannya dalam menghadapi petinju kuat. Ferguson akhirnya kalah TKO dari Tyson di ronde ke-6. Tapi yang membuat geger adalah pernyataan Tyson seusai pertarungan, "Saya berusaha memasukkan tulang hidungnya ke otak!"

Akibat pernyataan yang amat sadistik ini, Jacobs harus bekerja keras selama berhari-hari untuk memperbaiki citra Tyson di mata umum. Akibat lain, Mike Cohen, ahli publikasi olahraga yang amat populer di AS yang waktu itu diserahi menangani humas untuk tim Tyson, dipecat.

Sampai ia menyelesaikan sembilan belas pertarungan, sebenarnya jumlah waktu pertarungan Mike, seluruhnya belum sampai satu setengah jam.

Sebagai petinju ia masih jauh dari matang, tetapi pukulan mematikan dan kemauan kerasnya untuk menang berhasil mengatasi segala kelemahan teknisnya. Masyarakat boleh menganggap ia tak terkalahkan, tetapi sebenarnya Tyson masih dalam tahap belajar.

Reputasinya yang gila-gilaan semakin diperhebat oleh komentar bekas lawan-lawannya. Ada yang berkomentar "dipukul Tyson seperti ditubruk truk." Orang lain tidak mau menjadi lawan latih Tyson, karena "saya dibayar untuk selamat, bukannya bunuh diri."

Sampai saat itu tak seorang pun menyangkal bahwa Jacobs dan Cayton pasangan serasi yang bekerja sangat efisien dan efektif dalam mencetak seorang calon juara dunia, baik di ring maupun dalam bentuk dolar untuk sang petinju. Pada usia sembilan belas tahun Tyson telah menjadi penantang juara dunia kelas berat.

Sesuai dengan ramalan D'Amato, Tyson dinyatakan siap menantang juara dunia pada akhir tahun 1986 oleh timnya. Walaupun masih mempunyai kekurangan teknis, mentalnya sudah kuat dan Tyson telah membangun citra tak terkalahkan, yang disebut Jacobs "Tysonitis". Calon lawan Tyson sudah kalah mental sebelum naik ring melawannya.

Juara dunia kelas berat, tapi bosan

Pada 22 November 1986 dia berhadapan dengan Trever Berbick, juara dunia kelas berat versi WBC, di Las Vegas Hilton. Pada 2,35 menit ronde kedua, tamatlah riwayat Berbick sebagai juara dunia.

Pada usia 20 tahun 5 bulan dan baru 21 bulan terjun dalam karier profesional, Mike Tyson menjadi juara dunia kelas berat termuda. Waktu itu baru 75 ronde dia bertinju dari seluruh 27 pertarungan profesional. Dari pertarungan ini saja dia mendapat 1,5 juta dolar AS.

Tanggal 7 Maret 1987, Mike Tyson dipertemukan dengan James "Bonecrusher" (Penghancur Tulang) Smith, juara WBA yang sudah berusia 33 tahun. Pasar taruhan 7:1 untuk Tyson. Pertarungan yang digembar-gemborkan itu ternyata amat membosankan.

Smith bertarung ekstra hati-hati. Dia terus-menerus memeluk Tyson, sementara Tyson sendiri tidak mempertontonkan hajarannya yang menakjubkan. Tyson menang angka dan ia menjadi juara dunia dua versi: WBC dan WBA. Tetapi reputasinya jatuh.

Dia sama sekali tidak nampak "tak terkalahkan". Kata Jacobs, gara-gara Smith, Tyson bertarung buruk. Sebagai hukuman, "Bonecrusher" Smith dicoret dari daftar penantang Tyson untuk selamanya. Karena posisi juara dunia versi IBF waktu itu kosong, Mike Tyson sebenarnya juara dunia de facto.

Walaupun tinggal di apartemen mewah di East Side, Manhattan, dengan mobil berjajar-jajar: Rolls-Royce, Jaguar, Corvette dan Mercedes-Benz, perhiasan emas berlian, Tyson bosan. Dia tidak suka dikelilingi banyak orang dan salah tingkah jika harus tampil di depan umum. Dia tidak seperti Larry Holmes atau Muhammad Ali (sebelum sakit) yang sangat ramah kepada pengagum atau wartawan.

Whitney Houston dan Lisa Bonet

Dalam sekejap Mike menjadi superkaya dan amat terkenal, tetapi minatnya tetap terbatas pada film action dan wanita. Dalam masalah wanita, Tyson sejak dulu "pusing".

Dia pernah mengeluh kepada Cus bahwa cewek ogah mengobrol dengannya, apalagi pergi berkencan! Konon, D'Amato kemudian membeli tongkat baseball. Tongkat itu ia berikan kepada anak didiknya, "Nih, kamu akan memerlukan ini untuk mengusir wanita-wanita yang menawarkan diri begitu kamu menjadi juara dunia."

Nah, kata-kata D'Amato kini terbukti. Banyak wanita mengerumuni Tyson. Hanya saja, yang diimpikan Tyson adalah wanita cantik terkenal, yang akan membuat seluruh dunia iri!

Misalnya: Whitney Houston (penyanyi yang pernah menyabet Grammy Awards) dan Lisa Bonet (bintang muda yang terkenal karena serial Film The Cosby Show). Namun, akhirnya ia terperangkap oleh aktris TV tak terkenal, Robin Givens.

Setelah melihat bintang serial Head of the Class ini di TV, Mike langsung membuat kencan di awal tahun 1987, di sebuah restoran di Los Angeles. Siapa sangka, Givens muncul lengkap dengan "bala tentara"-nya: ibu, manajer humas dan beberapa orang lain.

Maka mulailah hubungan Tyson-Givens yang penuh ketegangan sekaligus mendebarkan. Givens main tarik-ulur, sampai akhirnya Tyson tak tahu lagi mana Utara-Selatan karena mabuk kepayang.

Pasangan ini benar-benar serba berlawanan.

Tyson besar, kokoh bagaikan raksasa. Givens kecil dan halus. Tyson kasar, apa adanya, orang jalanan. Givens bersopan santun tinggi, bagus tutur katanya dan berpendidikan. Tyson tak suka disorot, Givens tergila- ila pada publikasi. Tetapi Tyson tergiur pada kecantikan, budaya dan pendidikan Givens, sedangkan Givens haus akan ketenaran, kekayaan dan sarana untuk menjadi bintang terkenal yang ada pada Tyson.

Pukulannya bagai tembakan senapan mesin

Pada 30 Mei 1987 di Las Vegas Hilton, untuk pertama kalinya Tyson mempertahankan gelar melawan Pinklon Thomas. Begitu bel berbunyi Tyson langsung menyerbu Thomas dengan hantaman-hantaman mautnya ke rahang, sehingga Thomas terhenyak menyandar di tambang. Tapi ia cukup dapat melawan.

Di akhir ronde kelima, istirahat satu menit diperpanjang menjadi dua setengah menit karena sarung tinju Thomas konon robek dan harus diganti. (Strategi memperpanjang waktu istirahat ini pernah dipraktekkan pelatih Muhammad Ali.)

Begitu halnya Tyson, istirahat ekstra itu juga menyegarkannya, sehingga begitu bel ronde keenam berbunyi, dia langsung menyerbu dengan gemas. Satu pukulan kiri membuat Thomas terhuyung mundur, lalu Tyson melancarkan pukulan beruntun bagaikan senapan mesin (16 pukulan tanpa berbalas), ditutup dengan satu pukulan kiri ke dahi, membuat Thomas telentang. Pinklon Thomas menjadi korban Tyson ke-30.

Setelah pertarungan ini, Tyson kembali sibuk berburu Robin Givens. Hubungan mereka panas-dingin, sesuai dengan kemauan Givens. Namun Ruth Roper, ibunya, tak setuju pada hubungan mereka.

Pertarungan berikutnya, tanggal 1 Agustus 1987, adalah melawan Tony Tucker, juara IBF. Kalau Tyson menang, dia juara dunia sejati dari tiga versi persatuan tinju dunia. Tetapi pada bulan juni Givens mengembalikan cincin berlian persahabatan mereka.

Tyson frustrasi. Akibatnya, beberapa hari setelah itu, pada tanggal 21 Juni, Tyson mulai main tubruk saja.

Wanita yang "beruntung" itu adalah seorang wanita petugas parkir di Hollywood. Tyson mendadak memeluk pinggangnya, lalu sambil tertawa minta dicium! Tentu saja wanita itu menjerit-jerit. Seorang rekannya, Jonathan Cesares, nekat campur tangan dengan konsekuensi menerima tamparan Tyson beberapa kali.

Padahal, untuk orang awam, satu tamparan Tyson sudah cukup untuk merontokkan gigi. Kantor jaksa Los Angeles mengajukan tuntutan kepada Tyson. Namun perkara ini tak pernah sampai ke pengadilan, karena kedua petugas parkir itu berhasil disogok dengan 105 ribu dolar AS.

Sementara itu Tyson berdamai lagi dengan Givens. Kalau ditanya bagaimana hubungan mereka, Tyson mengatakan, "Tidak begitu baik. Ibunya kurang menyukai saya." Itu tidak berarti Tyson menahan diri terhadap Givens. Di gymnasium, di sela-sela latihan, dia sering menggandeng Givens ke sudut yang sepi untuk menciumnya dengan penuh berahi selama beberapa menit.

Raja Kelas Berat

Pada 1 Agustus, ternyata Tucker mampu memberikan perlawanan berarti terhadap Tyson. Sampai pertandingan berakhir, tidak ada Yang tumbang. Hasil angka juri: 119-111, 118-113 dan 116-112 semuanya untuk Tyson.

Pada usia 21 tahun 1 bulan, dia telah mempersatukan gelar juara dunia kelas berat dari ketiga versi. Hanya untuk pertarungan ini, Tyson mendapat 2,5 juta dolar AS. Penghasilannya selama karier profesional sudah mencapai 14 juta dolar AS hanya dalam waktu dua setengah tahun.

Yang hebat tentu tidak hanya kemampuan bertinjunya, tetapi juga keterampilan Jacobs dan Cayton dalam memasarkan Tyson. Maka keesokan harinya Tyson yang malu-malu dinobatkan menjadi "Raja Kelas Berat" lengkap dengan jubah dan tongkat kebesaran!'

Hubungan Tyson dan Givens bergejolak keras selama sebelas bulan sampai mereka menikah pada tanggal 7 Februari 1988, walaupun selama mengejar Givens, Tyson tetap juga bermain-main dengan wanita lain.

Sementara itu Tyson menghancurkan harapan veteran Larry Holmes yang waktu itu sudah berusia 38 tahun, pada tanggal 22 Januari 1988. Pertandingan melawan Holmes ini merupakan satu dari tujuh pertarungan dengan bayaran 26,5 juta dolar AS.

Kontrak pertarungan yang telah disusunkan oleh Cayton dan Jacobs selama tahun 1988 saja akan membawa hasil kotor 50 juta dolar AS, lebih banyak dari penghasilan Jack Dempsey, Joe Louis, Rocky Marciano, dan Muhammad Ali dalam seluruh karier mereka!

Kondisi Jacobs yang sejak lama menderita kanker limfosit mulai mundur. Pada pertarungan Tyson melawan Tony Tubbs di Jepang, dia tidak dapat hadir. Bayaran Tyson di sana 10 juta dolar AS. Karena khawatir Tubbs akan memalukan, Cayton dan Jacobs menyiapkan pengganti, yaitu Jose Ribalta (termasuk sepuluh besar dunia).

Bosan di Jepang

Di Jepang, Tyson bosan betul. Dia tak tertarik pada kebudayaan lain.

Acara-acaranya antara lain menonton Film The Last Emperor (ia tertidur), menonton konser Tina Turner (ia pulang ketika konser baru berjalan 20 menit), ke Kebun Binatang Tokyo dan membuat film iklan bir (menghabiskan waktu dua jam tetapi memasukkan 600 ribu dolar AS ke kantongnya).

Selebihnya, selama lima minggu di Jepang, Tyson hanya berlatih atau mendekam di kamar hotel sambil menonton film-film action.

Tubbs hanya bertahan sampai dua ronde. Tyson ingin cepat pulang. Ia telah menyuruh Givens dan Ruth Roper, mencari rumah dan Roper telah menemukannya: sebuah "rumah" seharga 4,5 juta dolar AS. Selain itu dia juga ingin melihat kelahiran anaknya, walaupun kalau ditanya mengenai kehamilannya Givens selalu menghindar.

Pada tanggal 22 Maret Tyson pulang ke AS, tetapi keesokan harinya, Jacobs meninggal dalam usia 58 tahun. Tyson sangat terguncang. Banyak wartawan, tokoh olahraga termasuk Muhammad Ali, mengatakan bagaimana di dunia tinju yang kotor, Jacobs tetap bertahan sebagai manusia yang bersih.

Dalam upacara pemakaman, Mike Tyson sampai menangis tersedu-sedu, sendirian. Istri dan mertuanya tidak hadir.

Pada saat yang bersamaan, ternyata Givens sedang mendatangi kantor Merrill Lynch, kantor yang dipercaya Jacobs dan Cayton untuk mengelola beberapa juta dolar milik Tyson. Ny. Tyson baru ini meminta akses ke dana itu. walaupun dana itu disimpan atas nama suaminya. Ketika berdebat dengan para pejabat Merrill Lynch, ia menyebutnya sebagai "uang saya".

Membela istri dan mertua

Tak lama setelah pulang dari Jepang, Tyson bentrok dengan manajernya yang tinggal satu, Cayton. Soalnya, Cayton berpendapat Robin Givens dan ibunya tidak dapat dipercaya, sementara Tyson malah memberi Givens hak untuk menandatangani cek dan dokumen-dokumen keuangan.

Entah karena ia menemui kesulitan untuk mengakses uang Tyson, Givens curiga ada yang tidak beres dengan keuangan Tyson. Melihat hubungan Tyson yang kurang baik dengan manajernya, Don King langsung mendekati. Akhirnya terbentuk dua front: Givens, Roper (didukung Don King), dan Tyson melawan Cayton dan Kevin Rooney (pelatih Tyson).

Pada tanggal 20 Mei 1988, karena jengkel melihat Kevin Rooney terus membela Cayton, Tyson memindahkan pusat latihannya dari Catskill ke Atlantic City. Dua hari kemudian, juga gara-gara istrinya, ia memecat Steve Lott yang sudah bertahun-tahun menjadi orang kepercayaan, kawan, koordinator latihan dan asisten manajernya. Alasannya hanyalah karena Lott orang Cayton.

Tyson juga jengkel sekali melihat pers menulis tentang istri dan mertuanya sebagai orang-orang yang mata duitan. Dia membela mereka mati-matian dan itu pula sebab utama kebenciannya kepada Cayton.

Akhirnya pada tanggal 24 Juni Tyson mengirim surat yang melarang Bill Cayton melakukan tugas sebagai manajernya. Padahal pertarungan dengan Michael Spinks tinggal tiga hari lagi.

Pertarungan di Atlantic City, di kasino milik Donald Trump ini, benar-benar diselenggarakan secara besar-besaran (walaupun ternyata hanya menghabiskan waktu 1,5 menit). Kalau Cayton berusaha keras agar semua ketegangan diundur sampai setelah pertarungan (supaya Tyson jangan terpecah perhatiannya), tepat menjelang pertarungan Givens malah mengumumkan bahwa setelah pertarungan Cayton akan dipensiunkan.

Tetapi secara finansial, semua pihak berhasil mengeruk kekayaan yang sangat besar dari pertandingan yang singkat ini (Hasil bersih Spinks 5 juta dolar AS, Tyson sekitar 14 juta dolar AS, Trump Plaza berhasil menjual "chip" senilai 11,5 juta dolar AS.)

Don King menyerbu masuk

Walaupun Tyson selalu mengatakan dia tidak akan berakhir seperti Joe Louis atau Muhammad Ali, bahwa jika mundur dari tinju dia akan tetap kaya, semua gejala justru menunjukkan sebaliknya. Kawan-kawannya semakin khawatir ketika mendengar niatnya akan pindah ke California, untuk dapat lebih dekat dengan tempat kerja Givens.

Padahal, kalau sampai dia bercerai di sana, hukum California menetapkan pembagian kekayaan 50%-50% antara suami-istri yang bercerai.

Sementara itu, hubungan antara Cayton dan Mike Tyson semakin memburuk. Tyson menuntut Cayton di pengadilan New York dengan tuduhan-tuduhan yang membuat Lorraine Jacobs, janda Jimmy Jacobs, menangis.

Pers berlomba-lomba menulis tentang perseteruan mereka dan boleh dikata semua sepakat membela Bill Cayton yang sudah berusia 70 tahun dan 40 tahun malang-melintang di pertinjuan tanpa pernah dituduh menipu.

Rumah besar Tyson di New Jersey juga penuh pertengkaran dan perkelahian. Tyson lebih sering tidur sendiri dan Givens kadang-kadang minta es kepada pengurus rumah tangga untuk mengompres wajahnya yang sembab kena smes Tyson.

Perseteruan antara Tyson dan Cayton akhirnya diselesaikan di luar pengadilan atas bantuan Donald Trump. Jatah Cayton dikurangi dari 33% menjadi 20% saja (belakangan Don King memperoleh 33% dari Tyson).

Ketika hubungan Tyson-Givens semakin memburuk, Don King dengan cepat mengambil alih. Dia menawarkan diri untuk membantu mengamankan aset-aset Tyson yang kebanyakan sudah ditransfer ke Mike Tyson Enterprises (yang notabene dikelola Ruth Roper).

Atas petunjuk King, Tyson mengubah semua rekening banknya dari rekening bersama dengan Givens menjadi rekening eksklusif Tyson saja. Kartu kredit bersama Givens pun dibatalkan.

Sementara itu, Robin Givens menyewa jasa pengacara urusan perceraian Marvin Mitchelson. Pada tanggal 7 Oktober 1988 lewat pengacara ini, Givens mengajukan gugatan cerai terhadap Mike di Kantor Pengadilan Tinggi Daerah Los Angeles.

Dasar gugatan adalah "perbedaan yang tak mungkin dipersatukan". Menghadapi serangan ini, Cayton dan King untuk sementara berdamai. Satu minggu setelah itu, kubu Tyson mengajukan gugatan tanding terhadap Robin Givens.

Dalam dokumen sepanjang sepuluh halaman Tyson menuduh wanita yang baru delapan bulan menjadi istrinya itu menipunya dengan mengaku-ngaku hamil supaya dinikahi.

Selanjutnya ia menuduh motivasi Givens adalah mencari popularitas dan kekayaan. Pengacara Givens mengajak damai dengan pembayaran 2 juta dolar AS.

Pada tanggal 7 November 1988, kepada New York Post Tyson mengeluarkan semua unek-uneknya terhadap istri dan mertua perempuannya yang dia tuduh pencuri dan penipu. Gara-gara ini Givens mengajukan gugatan lain di Pengadilan Federal Manhattan bahwa Tyson telah merusak nama baiknya. Tuntutan ganti ruginya: 125 juta dolar AS.

Pengacara Tyson, Howard Weitzman, menemukan cek yang ditandatangani Givens empat bulan sebelumnya untuk ditransfer ke Robin Givens Productions senilai 2 juta dolar AS yang ditulisi: "Hadiah".

Donald Trump ikut "meramaikan" suasana

Selama hingar-bingar antara suami-istri ini berlangsung, Don King bagaikan kembar siam dengan Tyson. Akhirnya Tyson menandatangani kontrak yang mengangkat Don King sebagai promotornya (padahal ia masih terikat kontrak dengan manajernya; Bill Cayton, yang sebelumnya telah mengatur pertarungan-pertarungannya).

Begitulah, Tyson berpihak kepada Don King tetapi dengan kontrak pertarungan yang tidak sahih (karena Bill Cayton tak mau menandatanganinya), sementara Bill Cayton mempunyai kontrak-kontrak pertarungan yang sahih, tetapi Tyson ogah bertarung.

Seakan-akan Tyson kekurangan masalah, Donald Trump pun ikut-ikutan menagih 2 juta dolar AS untuk nasihatnya waktu membantu mengatur kembali kontrak antara Tyson dengan Bill Cayton dulu! Tetapi tagihan ini tidak digubris oleh pengacara Tyson. (Dasar penagihan itu hanya janji lisan Tyson. Itu pun menurut Trump.)

Tyson mengajukan gugatan "cerai" dari Cayton. Tetapi dalam penyelidikan pendahuluan di bawah sumpah, Tyson yang mengata-ngatai Cayton sebagai "jahat dan penipu" tidak dapat memberikan bukti-bukti konkret di mana letak kejahatan Cayton.

Awal bulan Februari 1989, secara resmi Tyson dan Givens bercerai. Dari perceraian ini Givens memperoleh aset bernilai jutaan dolar dalam bentuk mobil-mobil mewah, perhiasan, rumah-rumah di Hollywood. Tetapi jutaan dolar yang ditransfer dari rekening Tyson ke rekening Robin Givens Productions tetap tak terjelaskan. (Bad intentions The Mike Tyson Story, oleh Peter Heller)

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.