Cewekbanget.ID - Manusia enggak bisa hidup sendiri karena ada empati dalam diri manusia.
Saat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, tanpa kita sadari rasa empati selalu muncul.
Dilansir dari laman yourtango.com, secara luas empati itu terbagi menjadi dua jenis yaitu Empati Afektif dan Empati Kognitif.
Jika digabungkan lagi antar filsafat timur dan psikologi barat, maka kita bisa menambahkan dua jenis empati lainnya, yaitu Empati Somatik dan Empati Spiritual.
Kita yang memiliki sikap Empati Afektif sangat sensitif terhadap energi lingkungan tempat kita berada hingga sulit mempertahankan batasan kita sendiri.
Jadi, kita sulit membedakan antara emosi kita dengan emosi orang lain, hal ini yang disebut sebagia penularan emosional.
Kita selalu merasa harus membantu orang yang kita temui lagi mengalami kesulitan dan kita selalu berusaha maksimal untuk membantunya menyelesaikan masalah seakan itu adalah masalah kita sendiri.
Hati-hati girls, sikap kita ini kadang bisa membuat orang jahat memiliki niat buruk terhadap kita. Jangan sampai kita jadi mudah dimanfaatkan olehnya.
Kita jadi bisa mengerti kenapa orang lain melakukan kesalahan karena kita bisa membayangkan jika berada di posisinya.
Sikap empati kognitif ini bisa ditanamkan dan dikembangkan dari keaktifan kita dalam melakukan sesuatu.
Misalnya kita suka ikut organisasi kemanusiaan, membaca buku, menonton film, sering melakukan akting, dan juga sering sharing dengan orang lain.
Tapi rasa empati kita enggak sedalam empati afektif, girls.
Jadi empati jenis ini harus ada hal eksternal yang bisa membuat kita merasa empati.
Fokus utama kita dalam merasa empati adalah dengan apa yang terjadi pada tubuh kita, bukannya melihat sisi psikologis.
Sikap empati ini bisa dikembangkan dengan latihan, seperti misalnya melakukan yoga dan meditasi agar pikiran jadi jernih.
Kalau kita mungkin mengenalnya sebagai istilah 'pencerahan'. Bentuk empati ini bahkan termasuk dalam kuantum metafisika, yang seringkali berada di luar pemahaman intelek manusia.
Kita mungkin pernah merasakan adanya 'pencerahan' sehingga bisa menjadi merasa empati terhadap sesuatu.
Terkadang pula kita enggak paham bagaimana kita bisa mendapatkan pencerahan itu.