TIMESINDONESIA, KUDUS – Dalam gelarannya yang jauh dari kemewahan dan protokoler, pendopo Kabupaten Kudus kini terasa lebih hangat dan terbuka bagi masyarakat. Di bawah kepemimpinan Dr. M. Hasan Chabibie, yang menjabat sebagai Penjabat Bupati Kudus sejak Januari 2024, pendopo yang selama ini hanya menjadi simbol kekuasaan pemerintahan, kini berubah menjadi ruang komunikasi yang ramah dan menyentuh hati.
Hasan Chabibie, seorang teknokrat sekaligus santri, dengan penuh keteladanan membuka pintu pendopo untuk rakyat. Selama sebelas bulan memimpin Kabupaten Kudus, Hasan tak hanya dianggap sebagai seorang pemimpin yang sukses dalam mengelola birokrasi daerah, tetapi juga sebagai sosok motivator yang mampu menjembatani antara pemerintah dan masyarakat. Hasan Chabibie membuka pendopo kabupaten untuk kegiatan dan silaturahmi berbagai organisasi dan elemen masyarakat: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, akademisi, media, buruh, pedagang kecil, kepala desa, siswa, hingga beragam komunitas warga.
Tak jarang, berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat digelar di pendopo ini, mulai dari pertemuan antara pemangku kepentingan hingga dialog langsung dengan warga. Bagi Hasan, kepemimpinan bukan hanya soal jabatan, melainkan tentang mendengar, merasakan, dan melayani kebutuhan rakyat.
Lahir di keluarga santri, Hasan mengedepankan prinsip-prinsip keagamaan dalam setiap langkahnya. Namun, jauh dari kesan kaku atau formal, kepemimpinan Hasan justru dipenuhi dengan pendekatan humanis yang membuatnya dikenal dekat dengan rakyat. Ia memandang setiap masalah, mulai dari pengelolaan pemerintahan hingga kesejahteraan masyarakat, dengan menggunakan hati nurani.
Hasan Chabibie kini memimpin lebih dari 800.000 warga Kabupaten Kudus. Di Kudus sekarang ini, Hasan Chabibie menggerakkan semua potensi untuk menjadikan kota ini lebih baik dan naik kelas. Ia mengusung tagline MERDEKA BEKERJA, untuk mendorong pegawai pemerintah dan komunitas warga, bisa saling bahu-membahu menghasilkan yang terbaik.
“Saya memimpin dengan hati nurani. Setiap keputusan yang saya ambil, saya rasakan terlebih dahulu. Tidak hanya dari sudut pandang teknokrat atau formalitas administrasi,” kata Hasan kepada media ini (13/11). Kalimat sederhana ini menggambarkan filosofi kepemimpinan yang ia anut—seorang pemimpin yang tidak sekadar mengandalkan ilmu pengetahuan dan keahlian teknis, tetapi juga mengutamakan empati terhadap rakyatnya.
Hal ini juga yang membuat Hasan Chabibie dikenal sebagai pemimpin yang bersahaja. Berbeda dengan banyak pemimpin daerah lainnya, ia tidak segan-segan untuk terjun langsung ke lapangan, menyapa buruh, petani, hingga warga miskin yang kesulitan. Dalam beberapa kesempatan, ia bahkan terlihat turun ke jalan untuk mendengarkan langsung keluhan masyarakat, membuka ruang dialog tanpa jarak, tanpa perantara.
Salah satu perubahan yang signifikan adalah bagaimana Pendopo Kabupaten Kudus kini bukan lagi sekadar tempat bagi kegiatan resmi pemerintahan. Di bawah kepemimpinan Hasan, Pendopo menjadi pusat kegiatan yang melibatkan masyarakat dari berbagai kalangan. Banyak acara yang digelar di sini, mulai dari pertemuan antar kelompok masyarakat hingga acara dialog terbuka yang dihadiri langsung oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk buruh dan pedagang kecil.
Bagi Hasan Chabibie, ini adalah upaya untuk memperkuat hubungan antara pemerintah dan rakyatnya. “Pendopo ini adalah milik rakyat. Kami buka pintunya lebar-lebar agar masyarakat bisa datang, bertanya, dan memberikan masukan,” ujar Hasan dalam sebuah sesi wawancara dengan media. Ia pun menambahkan bahwa ruang terbuka seperti ini sangat penting untuk membangun transparansi dalam pemerintahan.
Menurutnya, salah satu cara untuk mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat adalah dengan terlibat langsung dalam diskusi yang jujur dan terbuka. “Kita tidak bisa bekerja dalam ruang tertutup. Harus ada ruang bagi masyarakat untuk bicara,” ungkapnya.
Keputusan Hasan Chabibie untuk memanfaatkan Pendopo sebagai tempat bagi diskusi publik ini, menurut banyak kalangan, adalah langkah yang sangat tepat. Dengan menghilangkan jarak antara pemerintah dan rakyat, ia membuktikan bahwa pemerintahan bisa lebih inklusif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat.
Setelah hampir satu tahun memimpin, banyak masyarakat Kudus yang mengaku merasakan perubahan yang positif. Salah satu aspek yang paling diapresiasi adalah keberhasilan Hasan Chabibie dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Ia berhasil mempercepat proses administrasi pemerintahan dengan berbagai kebijakan yang lebih efisien dan lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Namun, yang paling terlihat adalah bagaimana Hasan Chabibie berusaha menjembatani berbagai kepentingan sosial-ekonomi di Kudus. Dalam situasi yang seringkali tidak mudah, Hasan tetap bisa menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi dengan perlindungan terhadap kelompok masyarakat yang paling rentan, seperti buruh dan petani.
Pencapaian Hasan dalam memimpin Kudus tidak hanya diakui oleh masyarakat, tetapi juga oleh berbagai pihak yang memberikan apresiasi atas dedikasinya. Salah satunya adalah penghargaan “Santri of the Year 2024” yang diberikan kepada Hasan sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam pembangunan daerah dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat. Hasan juga mendapatkan berbagai penghargaan lintas instansi.
Meskipun dikenal sebagai seorang teknokrat dengan latar belakang pendidikan yang mumpuni di bidang teknik, Hasan tidak melupakan akar keagamaannya. Sebagai seorang santri, ia memiliki pandangan bahwa pemimpin sejati harus mampu memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai spiritual. Bagi Hasan, keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari sejauh mana pembangunan tersebut mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.
Prinsip ini pula yang membuatnya terus mendorong peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi untuk semua lapisan masyarakat Kudus. Di bawah kepemimpinannya, berbagai program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat, terutama bagi kalangan menengah ke bawah, telah digulirkan.
Hasan Chabibie bukan hanya sekadar pejabat pemerintah. Ia adalah seorang pemimpin yang menginspirasi. Bukan hanya melalui pidato-pidato yang memotivasi, tetapi juga dengan tindakan nyata di lapangan. Ia berhasil menunjukkan bahwa menjadi pemimpin itu bukan soal kekuasaan atau jabatan, melainkan tentang kemampuan untuk mendengarkan dan berkolaborasi dengan rakyat.
Dikenal sebagai sosok yang tidak takut turun ke lapangan dan mendengarkan langsung keluhan masyarakat, Hasan tidak hanya mendapatkan kepercayaan rakyat, tetapi juga menciptakan suasana dimana masyarakat merasa dihargai. Keseimbangan antara intelektualitas dan kedalaman spiritual yang dimilikinya menjadikannya sebagai pemimpin yang mampu menggerakkan banyak orang untuk bersama-sama membangun Kudus.
Hasan Chabibie juga secara aktif mendukung pengembangan komunitas pendidikan, suporter Persiku Kudus, penguatan manajemen olahraga, pengelolaan sampah, serta peningkatan Pemasukan Asli Daerah dan investasi di Kudus. Hasan Chabibie juga rajin untuk silaturahmi ke berbagai instansi Kementerian dan lembaga di Jakarta dengan mengajak perangkat daerah, agar saling kenal dan bisa menjalin kerjasama jangka menengah dan panjang.
Dalam waktu yang relatif singkat, Hasan mengubah pendopo Kabupaten Kudus dari simbol kekuasaan menjadi ruang terbuka untuk rakyat. Sebuah langkah yang bukan hanya mencerminkan kepemimpinannya yang humanis, tetapi juga memberikan harapan bagi masa depan Kabupaten Kudus yang lebih inklusif dan berkeadilan. (*)