Palembang (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengoleksi sebanyak 16 ribu benda bersejarah di Museum Balaputra Dewa, Kota Palembang.
Kepala Disbudpar Sumsel Panji Tjahjanto di Palembang, Jumat, mengatakan pihaknya telah banyak menerima temuan benda-benda bersejarah dari Sungai Musi dikumpulkan dalam satu tempat di Museum Negeri Sumatera Selatan Balaputra Dewa.
Menurut dia, setidaknya ada 16 ribuan koleksi yang kini ditampilkan dan bisa dilihat masyarakat. Usianya berkisar puluhan tahun hingga ribuan tahun.
"Temuan benda-benda bersejarah kami simpan di Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa. Tak hanya temuan dari Sungai Musi saja, tetapi juga dari tempat-tempat lain. Jumlahnya sekitar 16 ribuan," katanya.
Ia menjelaskan temuan itu merupakan hasil peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, dan sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Benda-benda bersejarah yang belum ditemukan karena masih terkubur dan dimiliki seseorang pun masih cukup banyak.
"Kami berharap kepada masyarakat apabila menemukan benda-benda bersejarah, agar melaporkan ke instansi yang berwenang," ujarnya.
Plh Kepala Museum Negeri Sumsel Balaputra Dewa Amarullah menambahkan bahwa beragam koleksi hasil hibah warga kepada pemerintah yang menjadi koleksi museum cukup banyak.
Koleksi itu antara lain berupa koin mata uang, guci, pedang, golok, keris, meriam, keramik, botol, kemudi kapal sepanjang 7,7 meter, arca, lonceng Buddha, dan canting cap batik Palembang.
"Ada yang hasil jemput bola karena terbengkalai dan hibah warga kepada kita secara sukarela. Hasil hibah dari warga nanti kita tampilkan nama penemunya sebagai bentuk apresiasi," katanya.
Menurut dia, Kota Palembang menjadi wilayah persinggahan dan transit pada zaman dulu. Berbagai bangsa datang untuk berdagang di sekitaran wilayah ini, dan akses jalur Sungai Musi menjadi pilihan ketimbang jalur darat.
"Usia hasil temuan dan jadi koleksi museum mulai dari puluhan tahun hingga ribuan tahun. Yang paling tua ada kepeng Ban Liang dari abad ke-2 sebelum Masehi. Kalau di museum, koleksi yang paling bernilai itu kami sebut sebagai Koleksi ," kata Amrullah.