TRIBUNJATIM.COM - Kisah seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang meraih predikat cumlaude saat wisuda.
Tak tanggung-tanggung IPK sempurna 4.00 diraih Bryan Amirul Husna saat diwisuda.
Mahasiswa asal Yogyakarta itu telah menjalani kuliah di Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bryan dinobatkan menjadi mahasiswa IPK tertinggi pada wisuda ITB pada Oktober 2024.
Bryan lulus dari ITB dengan predikat cumlaude setelah melewati masa perkuliahan selama 4 tahun.
Bryan konsisten memperoleh nilai rata-rata (NR) 4,00 setiap semester.
Nilai ini ia peroleh bukan tanpa usaha. Dia mengaku rajin mengikuti kelas dan menyimak setiap materi yang diajarkan oleh dosen dengan cara mendengar dan mencatatnya.
“Beberapa hal yang aku lakukan selama perkuliahan adalah mengusahakan masuk kelas untuk mendengarkan penjelasan dosen," ucap Bryan dilansir laman resmi ITB.
Setelah itu, dia belajar lagi di rumah melalui buku-buku pegangan sebagai referensi.
"Saat tugas-tugas bermunculan, usahakan untuk mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Intinya adalah ikhlas dan sabar dalam prosesnya karena belajar itu sama seperti memupuk ilmu yang hasilnya bukan jangka pendek tapi jangka panjang,” katanya.
Ia juga sering membaca buku pegangan kuliah untuk memperkaya pemahamannya terkait materi.
Ketika tugas diberikan, dia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.
Meski hari-harinya diisi dengan kuliah, Bryan menyempatkan diri untuk bermain gim.
Ia mengaku, bermain gim adalah aktivitas yang cukup ia gemari sebagai cara ia beristirahat setelah kuliah.
Bryan kemudian bercerita awal mula ia memilih ITB.
Ia tertarik untuk berkuliah di ITB sejak duduk di bangku SMA.
Saat itu, dia terinspirasi dari B.J. Habibie.
Sehingga dia bercita-cita masuk Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) sebelum akhirnya mendapatkan rekomendasi dari guru dan temannya sehingga memantapkan hati memilih STEI ITB saat mendaftar SNMPTN.
Selain fokus akademik, Bryan mengikuti beberapa kegiatan seperti asisten mata kuliah dan unit Aksantara, satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) di ITB yang menyediakan wadah pengembangan diri dalam bidang Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan pendukungnya.
Di unit tersebut, Bryan pernah mengikuti lomba dan mendapatkan juara 4 di ajang Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI).
Mahasiswa yang lulus dengan judul tugas akhir “Rekonstruksi 3D Lalu Lintas untuk Kendaraan Otonom dengan Gaussian Process Latent Variable Model (GPLVM)” ini berencana bekerja terlebih dahulu sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dia ingin mendapatkan pengalaman kerja yang relevan untuk memperdalam pemahaman praktiknya, sehingga ketika melanjutkan studi, dia sudah memiliki dasar yang kuat dan wawasan lapangan yang lebih baik.
Bryan berpesan kepada mahasiswa yang masih berjuang di ITB untuk tetap semangat jangan pernah menyerah.
"Tetap semangat, jangan menyerah. Perjuangan hanya beberapa semester, berjuang sampai akhir jangan putus di tengah jalan serta jangan lupa juga untuk perbanyak koneksi ketika masih kuliah,” katanya.
Sementara itu, kisah cumlaude lainnya juga pernah terjadi di Universitas Gajah Mada (UGM).
Berikut ini sosok Johar Mamun dan kisah inspiratifnya.
Johar merupakan anak petani dengan beragam prestasi.
Satu di antaranya yakni ia berhasil lulus dengan predikat cumlaude di Universitas Gadjah Mada.
Kuliah dapat beasiswa, lulus dengan gelar cumlaude dan langsung bekerja, kerap menjadi impian sebagian mahasiswa.
Impian itulah yang berhasil diraih oleh mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Johar Ma’mun, meski tumbuh sebagai seorang anak petani dengan keterbatasan ekonomi.
Pada usia 22 tahun, Johar diwisuda bersama 1.797 lulusan Program Sarjana pada Rabu (28/8/2024) di Grha Sabha Pramana UGM.
Tak hanya lulus dengan predikat cumlaude IPK 3,75, Johar juga sudah berhasil diterima kerja di Kantor Akuntan Publik Ernst and Young.
Anak petani yang tak pernah putus asa
Johar merupakan anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Muhlasin (64) dan Saminah (64).
Sang Ayah merupakan seorang petani asal sebuah dusun kecil di Desa Penggalang, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Meski sang Ayah tidak menamatkan bangku Sekolah Dasar, namun kegigihan untuk menyekolah anaknya tidak pernah pupus. Johar merupakan sarjana pertama dari keluarga besarnya.
Johar tidak pernah menyangka bisa diterima kuliah di UGM melihat kondisi keluarga dengan keterbatasan ekonomi.
“Selepas SMP benarnya Bapak ingin saya melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren karena keluarga semua ke pesantren. Namun ibu mendukung saya melanjutkan ke SMA karena melihat nilai-nilai saya saat SMP bagus, selalu juara kelas. Begitupun para guru di sekolah yang mendorong saya untuk melanjutkan ke SMA,” ceritanya dilansir dari laman UGM.
Dari momen itulah Johar semakin menguatkan keyakinan untuk menggapai impian meraih pendidikan di perguruan tinggi. Johar pun melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Cilacap.
Saat di bangku SMA pun Johar berhasil menorehkan prestasi. Selain menempati posisi juara kelas, dia juga kerap mengikuti berbagai kompetisi, salah satunya Olimpiade Ekonomi.
Selepas lulus SMA, Johar pun menyampaikan keinginan untuk kuliah secara terang-terangan kepada orang tuanya. Mafhum dengan kondisi keluarga, Johar meyakinkan orangtuanya ia akan mencari beasiswa.
“Awalnya orang tua ragu, tetapi saya sampaikan ke orang tua jika ada beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) yang diberikan oleh pemerintah bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Saya meyakinkan mereka bahwa akan memanfaatkan peluang tersebut,” tuturnya.
Akhirnya Johar mendaftar kuliah melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2020 dan berhasil diterima di Universitas Diponegoro (Undip).
Kala itu sebenarnya keinginan masuk UGM sangat kuat, tetapi dia tidak memilihnya karena melihat ketatnya persaingan masuk. Meski telah diterima masuk perguruan tinggi lewat jalur SBMPTN, hati kecil Johar masih sangat berharap untuk bisa kuliah di UGM.
Lalu, dia kembali memanfaatkan peluang terakhir masuk UGM melalui jalur Ujian Mandiri (UM) UGM dengan pilihan prodi Akuntansi FEB UGM.
“Begitu tahu diterima, saya sangat senang. Ternyata ketakutan saya tidak bisa masuk UGM terpatahkan. Orang tua pun langsung menangis dan sujud syukur mengetahui saya diterima di UGM,” ungkapnya.
Johar merupakan salah satu penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP Kuliah) yang berhasil lulus cumlaude dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,75.
Beasiswa KIP Kuliah diakui Johar sangat membantu kehidupannya selama menjalani studi di UGM.
Bagi Johar, adanya beasiswa ini sangat membantu dirinya dan mahasiswa dari keluarga keterbatasan ekonomi bisa meraih mimpinya melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Tak hanya aktif di perkuliahan, lelaki berkacamata ini juga aktif mengikuti berbagai kompetisi.
Dia pun berhasil menorehkan sederet prestasi, beberapa di antaranya 1st Runner up of Audit Phoria 4.0 Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN (2023), 1st Winner of Accounting Excellence Olympiad Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN (2023), 1st Runner up of Pekan Ilmiah Akuntansi (PIA) Universitas Jenderal Soedirman (2023), 1st Runner up of Indonesia Sharia Financial Olympiad Otoritas Jasa Keuangan (2023), dan 1st Winner of LCC SEMARCOOPFEST Universitas Sebelas Maret (2021).
Johar juga sempat melakukan magang di beberapa perusahaan atau institusi di tanah air untuk mengasah kemampuannya sebelum terjun dalam dunia pekerjaan yang sesungguhnya.
Kisah Johar ini telah membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah menjadi penghalang bagi seseorang untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.
Melalui ketekunan, usaha keras, serta doa, Johar yang merupakan seorang anak petani dari sebuah desa kecil berhasil menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dicapai di dunia.
“Kita tidak bisa memilih lahir dari keluarga seperti apa. Jangan pernah menyerah, selagi masih ada kemampuan disertai kerja keras akan banyak kesempatan dan kemungkinan yang bisa didapatkan,” pesannya.