Aksi Rusuh Hooligan Israel di Amsterdam Bikin Kolaps Pemerintahan Belanda, Kok Bisa?
TRIBUNNEWS.COM - Pada Jumat (15/11/2024), Kabinet Belanda mengadakan sidang darurat dengan latar belakang laporan media yang menunjukkan potensi runtuhnya koalisi pemerintahan yang berkuasa.
Krisis di pemerintahan Belanda ini dipicu pernyataan “rasis” yang dibuat oleh anggota pemerintah mengenai kekerasan yang terjadi di Amsterdam setelah pertandingan sepak bola antara Ajax Amsterdam Belanda dan Maccabi Tel Aviv Israel, pekan lalu.
Media Belanda, termasuk jaringan NOS dan RTL, mengonfirmasi kalau pengunduran diri Menteri Keuangan Belanda, Nora Ashbahar menjadi motif diadakannya pertemuan darurat Dewan Menteri Belanda.
De Volkskrant melaporkan kalau Ashbaar, yang berasal dari partai Kontrak Sosial Baru dan berhaluan tengah, merasa kalau beberapa anggota kabinet telah melewati batas dengan komentar “rasis” mereka.
Komentar-komentar anggota kabinet itu dilaporkan menargetkan warga negara Belanda yang merupakan imigran dan menghubungkan serangan terhadap hooligan tim Israel dengan latar belakang budaya mereka.
Komentar ini membuat marah menteri Ashbaar yang berasal dari Maroko.
Satu di antara komentar yang memicu Ashbaar mundur tersebut datang dari pemimpin Partai Kebebasan sayap kanan, Geert Wilders.
"Wilders mengaitkan serangan ke hooligans Israel, suporter Maccabi Tel Aviv tersebut dengan para penyerang WN Belanda asal Maroko, meski polisi tidak memberikan rincian mengenai asal usul mereka," tulis laporan media Belanda dikutip Khaberni, Sabtu (16/11/2024).
Menteri Keuangan Belanda membantah kalau dia melakukan kesalahan dalam konteks komentar atau hal pekerjaan dalam pengunduran dirinya.
Sumber-sumber pemerintah mengatakan bahwa anggota lain dari partai Ashbaar, yang merupakan bagian dari koalisi yang berkuasa, juga mengancam akan mengundurkan diri jika situasi ini tidak diatasi.
Krisis di Pemerintahan Belanda ini terjadi seminggu setelah kekerasan yang terjadi di Amsterdam pasca pertandingan antara Ajax dan Maccabi Tel Aviv, termasuk warga setempat yang menganiaya fans tim Israel karena perilaku rasis mereka pada 7 November.
Penggemar Maccabi menjadi sasaran serangan termasuk dikejar dan dipukuli di jalanan kota, yang mengakibatkan sejumlah orang terluka.
Sebelum pertandingan, terjadi insiden provokatif, antara lain nyanyian anti-Arab yang dilancarkan oleh pendukung Maccabi, dan pembakaran bendera Palestina di pusat Dam Square.
Bentrokan tersebut menimbulkan kecaman luas dari otoritas Israel dan Belanda, dan serangan tersebut digambarkan sebagai serangan "anti-Semit".
Jika partai Kontrak Sosial Baru menarik diri dari pemerintahan, anggota koalisi lainnya harus maju sebagai pemerintahan minoritas atau mengadakan pemilihan umum lebih awal.
Belanda, negara yang selama ini dikenal damai dari kerusuhan, harus bekerja keras menangani ulah dari warga Israel.
Hal ini menyusul kerusuhan antara fans klub bola Israel Maccabi Haifa dengan orang-orang pro-Palestina dan Arab di Amsterdam, Belanda.
Pertandingan tersebut antara Ajax Amsterdam dan Maccabi Haifa yang digelar Jumat (8/11/2024) malam waktu setempat berakhir rusuh.
Kerusuhan dipicu oleh aksi suporter bola Israel yang mencabut bendera Palestina dari rumah atau tempat lain di Amsterdam dan menyanyikan nyanyian yang menyerukan serangan terhadap warga Palestina.
Polisi Belanda mengumumkan penangkapan 62 orang dan setidaknya 10 orang, menurut laporan pada Jumat malam.
Intelijen Israel, Mossad, klaim sudah peringatkan bahaya ancaman di Belanda.
Dikutip dari JPost, Mossad dilaporkan memperingatkan adanya potensi ancaman terhadap warga Israel dan Yahudi di Belanda menjelang pertandingan sepak bola.
Sumber itu juga mengatakan bahwa Dewan Keamanan Nasional Israel menerima satu laporan mengenai ancaman yang ditargetkan terhadap seorang warga negara Israel.
Laporan KAN News mengatakabn mereka yang datang ke pertandingan di Amsterdam dan diserang oleh orang-orang pro-Palestina dan paspornya dicuri.
Mossad juga mengeluarkan peringatan khususnya bagi hotel-hotel yang menampung para penggemar.
Sumber Israel yang dikutip oleh KAN menggambarkan eskalasi kekerasan itu menyebar "seperti api yang membakar hutan."
Pejabat Israel sejauh ini mencatat bahwa serangan itu tidak diarahkan oleh Iran.
Dilaporkan pada hari Selasa bahwa bersama dengan personel keamanan reguler Maccabi, agen Mossad akan bergabung dengan tim di Amsterdam, tulis surat kabar Belanda De Telegraff.
Surat kabar Spanyol AS sebelumnya juga melaporkan bahwa kelompok pro-Palestina berencana untuk melakukan protes besar di luar stadion dengan menyasar tim Israel dan para penggemarnya, dengan sekitar 2.600 pendukung diperkirakan berasal dari Israel.
Seperti diketahui kekerasan terjadi di Amsterdam pasca-pertandingan antara Maccabi Tel Aviv Israel dan tim tuan rumah Ajax Belanda di Amsterdam, Kamis (7/11/2024) malam.
Kepala polisi Peter Holla mengatakan bahwa para suporter telah terlibat perkelahian kecil pada Rabu (6/11/2024) malam, atau 24 jam sebelum pertandingan antara Ajax dan Maccabi Tel Aviv.
Para pendukung klub Israel itu telah merobohkan bendera, menghancurkan sebuah taksi, dan membakar bendera Palestina di alun-alun utama Kota Amsterdam pada Rabu malam.
Polisi kemudian turun tangan untuk mencegah bentrokan antara suporter Israel dan pengemudi taksi di sebuah kasino.
"Petugas bisa mengawal orang-orang Israel itu pergi dan konfrontasi besar dapat dihindari," kata Holla.
Ketika pertandingan berlangsung, suasana pertandingan antara Ajax dan Maccabi Tel Aviv berjalan lancar.
Bahkan, Ajax memuji kedua kelompok suporter atas perilaku mereka selama pertandingan, yang dimenangi tuan rumah dengan skor 5-0.
Namun, kekerasan dimulai ketika para suporter meninggalkan stadion.
Wali Kota Amsterdam, Halsema, mengatakan bahwa geng pria di atas skuter melakukan serangan tabrak lari terhadap para suporter klub Israel.
"Para pendukung Israel dipukuli dan ditendang, sebelum para penyerang melarikan diri lagi, sehingga menyulitkan polisi untuk mencegahnya," tutur Peter Holla.
Akibat insiden tersebut, lima suporter Israel dibawa ke rumah sakit karena luka-luka, tetapi kemudian diperbolehkan pulang pada Jumat.
Sedangkan sekitar 20 hingga 30 penggemar lain juga mengalami luka ringan.
"Di beberapa tempat di kota, para suporter diserang, dilecehkan, dan dilempari kembang api," kata pejabat kota.
Namun, 62 orang ditangkap atas kekerasan tersebut. Sebagian besar didenda dan dibebaskan.
Meski demikian, Peter Holla tidak dapat mengatakan berapa banyak penyerangan yang terjadi secara total.
Ketika ditanya kesiapan pihak kepolisian Amsterdam, polisi dengan keras membantah bahwa mereka tidak siap menghadapi kekerasan tersebut.
Kepolisian mengatakan bahwa mereka telah melakukan persiapan selama beberapa minggu.
(oln/khbrn/*)