Menurut Hea-Soung Kim, ketua rombongan BWC Dance Company yang tampil di IMF 2024, ada dua faktor mengapa tari K-Pop begitu populer di seluruh dunia.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Busan Women's College (BWC) Dance Company menjadi salah satu penampil yang paling ditunggu dalam gelaran International Mask Festival (IMF) 2024 yang digelar di Pendhapi Gedhe Balaikota Surakarta, 15-16 November 2024. Embel-embel Korea Selatan tentu salah satu pertimbangannya.
BWC sendiri tampil di hari kedua sekitar pukul 22.00 WIB. Rombongan itu dipimpin oleh Hea-Soung Kim, profesor di Department of Children's Arts & Dance BWC.
Mengutip akun Instagram IMF, BWC Dance Company alias Sanggar Tari BWC adalah komunitas tari profesional yang dikelola bersama dengan Busan Women's College di Korea. Ada beraneka warna jenis tari yang mereka kreasikan. Ada tari tradisional Korea, tapi kontemporer (modern dance), hingga tari jalanan (street dance).
Tak hanya tampil di dalam negeri, Sanggar Tari BWC juga sudah terbiasa tampil di luar negeri, seperti di Indonesia.
Ada hal menarik dari apa yang disampaikan oleh Mrs Kim—sapaan Hea-Soung Kim—saat konferensi pers IMF 2024 yang digelar di tempat yang sama pada Kamis (14/11) kemarin. Selain berbicara tentang persiapan sanggarnya untuk memberikan penampilan terbaiknya, Mrs Kim juga buka-bukaan soal K-Pop dance atau tari K-Pop yang biasa kita lihat dalam budaya pop Korea Selatan itu.
Dia bilang, ada dua faktor yang membuat tari K-Pop begitu populer, paling tidak menurut Mrs Kim. Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya berasal dari gerakan tarinya itu sendiri, sementara faktor eksternalnya adalah pengaruh teknologi.
"Yang paling terlihat dari K-Pop dance adalah harmoninya, di mana tarian yang dibawakan banyak orang terlihat seperti dibawakan satu orang—karena saking sama gerakannya," jelas Mrs Kim.
Apa yang disampaikan oleh Mrs Kim itu kemudian ditimpali dan diamini oleh Chief Executive IMS 2024, Putri Pramesti Wigaringtyas, yang memang menekuni bidang teri, termasuk tari modern seperti K-Pop dance. Dia bilang, yang paling mencolok dari tari modern Korea adalah sinkronisasinya.
"Dari situlah kemudian lahir harmoni seperti disampaikan Mrs Kim tadi,” tambah perempuan yang biasa disapa Memes itu.
Yang kedua,menurut Mrs Kim, adalah internet. Dia mengatakan, masyarakat Korea Selatan sangat bergantung kepada internet dan itulah yang kemudian mereka manfaatkan untuk mengabarkan K-Pop berikut apa-apa yang menyertainya, termasuk tariannya, musiknya, serta artis-artis yang bisa dikenal sebagai idol itu.
"Misalnya, sekarang ini kami datang ke Indonesia, ke Solo (untuk ikut IMF 2024), media lokal akan langsung memberitakan keberadaan kami dan apa yang kami kerjakan. Begitulah K-Pop disebarkan ke seluruh dunia," tambah Mrs Kim.
K-Pop dance tak sekadar gerakan tari
"K-Pop dance tak sekadar gerakan tari,” ujar Dr. Chuyun Oh, Associate Professor of Dance di San Diego State University. "Ia juga tentang kecantikan alas K-Pop, tata rias, rambut, gaya busana, dan bentuk tubuh. Jika kamu menonton video musik K-Pop, kamu akan merasakannya.”
Dr. Oh tentu bukan orang sembarangan. Mengutip The Prairie News, dia adalah sosok yang telah mengabdikan dirinya untuk meneliti tentang tari, khususnya etnografi, aktivisme, dan identitas ras dan gender dalam sebuah pertunjukan.
Etnografi pertunjukan berkisar pada dasar antropologi tari dan teater dalam budaya massa. Aktivisme dalam tari melibatkan cara sebuah pertunjukan mewadahi kebebasan berekspresi bagi individu atau kelompok. Sementara identitas ras dan gender bersinggungan dengan etnografi pertunjukan dan aktivisme melalui pemikiran kreatif.
Sejatinya K-Pop dance bukan fenomena baru. Ia sudah berkembang sejak era 1980-an ketika para selebritas dan musisi Korea mulai menjadi daya tarik masyarakat lokal. K-Pop semakin populer dengan grup-grup seperti BTS, EXO, TWICE, dan BLACKPINK dengan tarian-tarian khas mereka. Sejak itu, K-Pop menjadi magnet tak hanya di Asia tapi juga di seluruh dunia.
Tapi jangan lupa, K-Pop dance tak akan sebesar sekarang pengaruhnya tanpa musik yang menarik, tegas Dr. Oh. "Popularitas tari K-Pop sebagian besar berasal dari musiknya," katanya. "Para musisi dan penari K-Pop berkolaborasi dan saling mendukung lewat model baru ini."
Dr. Oh juga menambahkan, dilihat dari sudut pandang budaya pop, tari K-Pop mencakup aspek tata rias, pakaian, dan perawatan kulit dalam masyarakat Korea, seperti telah disebutkan di awal. Tak lupa, tari K-Pop juga menawarkan kesempatan untuk beraktivitas melalui media tari.
Begitulah bagaimana K-Pop dance yang awalnya adalah konsumsi masyarakat setempat bisa begitu populer tak hanya di Asia tapi juga di seluruh dunia.