Tim Peneliti Australia Teliti Kapal Karam Batu Itam Wreck Berusia Seribu Tahun di Belitung
M Zulkodri November 17, 2024 08:30 PM

BANGKAPOS.COM, BELITUNG-- Kapal karam berusia lebih dari seribu tahun yang ditemukan di perairan Desa Batu Itam, Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menjadi pusat penelitian tim arkeologi dari Flinders University, Australia.

Dikenal sebagai Batu Itam Wreck, kapal ini diyakini berasal dari abad ke-9 Masehi dan menyimpan bukti penting tentang peran Indonesia dalam perdagangan dunia pada masa itu.

Penelitian ini dipimpin oleh Associate Professor Martin Polkinghorne dari Jurusan Arkeologi Flinders University.

Ia menyebutkan bahwa kapal karam ini adalah salah satu bukti penting identitas global Indonesia di masa lalu.

“Batu Itam Wreck adalah kapal karam tertua yang ditemukan di Indonesia, berasal dari sekitar tahun 830 Masehi. Ini menjadi bukti kuat identitas global Indonesia di masa lalu,” ujar Polkinghorne saat diwawancarai oleh Pos Belitung pada Sabtu (16/11/2024) malam.

Asal dan Muatan Kapal

Kapal ini diduga merupakan kapal Arab Dhow dari Oman yang digunakan untuk mengangkut barang dagangan dari berbagai penjuru dunia.

Muatannya termasuk keramik dan emas dari Cina, serta rempah-rempah dari Indonesia seperti bunga lawang.

Penemuan ini, menurut Polkinghorne, menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi pusat perdagangan internasional sejak abad ke-9.

Melacak Artefak yang Tersebar

Proyek ini juga bertujuan melacak artefak kapal yang tersebar di berbagai negara.

Beberapa artefak dari Batu Itam Wreck yang diselamatkan melalui kemitraan publik-swasta pada 1998 dan 1999 diketahui telah berada di Australia.

“Kami berusaha membuktikan bahwa beberapa artefak dari kapal karam ini berada di Australia. Itu menjadi salah satu fokus utama kami di Flinders University,” jelas Polkinghorne.

Proyek penelitian ini dinamai Reuniting Cargoes, dengan tujuan tidak hanya melacak artefak yang tersebar, tetapi juga menghubungkannya kembali dengan komunitas asal di Batu Itam.

Keterlibatan Komunitas Lokal

Polkinghorne menekankan pentingnya menghubungkan kembali cerita kapal karam ini dengan masyarakat lokal di Belitung, yang selama ini kurang dilibatkan dalam narasi sejarahnya.

“Kami ingin bertanya kepada masyarakat apa yang mereka inginkan dari cerita ini dan bagaimana mereka melihat peninggalan ini sebagai bagian dari sejarah mereka,” ujarnya.

Kerjasama Internasional

Penelitian ini juga melibatkan berbagai pihak, termasuk UNESCO Jakarta Regional Office for Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines, and Timor Leste, serta Asian Civilization Museum di Singapura. 

Selain itu, Flinders University juga menjalin kerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia serta kementerian terkait lainnya.

Melalui penelitian ini, diharapkan Batu Itam Wreck tidak hanya memberikan wawasan baru tentang perdagangan internasional di masa lampau, tetapi juga memperkuat koneksi sejarah antara artefak tersebut dengan komunitas lokal.

 (Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari) 

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.