TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ivan Sugianto, pengusaha asal Surabaya yang ditangkap setelah viral memaksa siswa SMA Kristen Gloria 2 untuk sujud dan menggonggong, kini menghuni ruang tahanan Polrestabes Surabaya.
Kondisi Ivan di dalam sel tidak berbeda dengan tahanan lainnya, tanpa fasilitas istimewa.
Kasubag Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Nainggolan memastikan semua ruang tahanan Polrestabes Surabaya tidak ada fasilitas yang istimewa.
Tidak ada kasur dan tidak ada yang terpasang AC.
"Fasilitasnya cuma makan dua kali sehari. Bisa ditanyakan orang yang pernah masuk penjara," ucapnya.
Kasus ini bermula saat Ivan Sugianto bersama sejumlah temannya mendatangi SMA Gloria 2 Surabaya untuk melabrak seorang siswa berinisial EH.
Peristiwa itu terjadi pada 21 Oktober 2024, di depan gerbang sekolah.
Ivan marah karena merasa anaknya di SMA Cita Hati dihina sejumlah siswa SMA Kristen Gloria 2, terutama korban berinisial EH.
Ivan menyebut, EH mengolok-olok anaknya mirip pudel atau anjing.
Kemudian, Ivan memaksa siswa tersebut berlutut, meminta maaf dan menggonggong.
Keributan itu disaksikan orang tua EH. Ibu EH sampai pingsan. Pihak sekolah kemudian mengajak Ivan dan korban untuk mediasi.
Ivan saat mediasi meminta EH untuk kembali berlutut, minta maaf dan menggonggong seperti anjing.
Berdasarkan hal tersebut, SMA Gloria 2 membuat laporan pengaduan masyarakat ke Polrestabes Surabaya.
Ternyata Ivan saat menyuruh EH bersujud, meminta dan menggonggong di depan gerbang sekolah ada yang merekam.
Rekaman itu tersebar luas. Setiap hari Ivan memikirkan aksi arogansinya viral. Terlebih saat pihak sekolah membuat laporan.
Tidak Ada Peran Pengganti dalam Penangkapan Ivan Sugianto
Polda Jawa Timur membantah tudingan bahwa ada peran pengganti dalam penangkapan pengusaha Surabaya, Ivan Sugianto.
Penangkapan Ivan terjadi di Bandara Juanda pada Kamis, 14 November 2024, dan saat ini ia ditahan di Rutan Polrestabes Surabaya.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Dirmanto, menegaskan, "Kemarin itu benar yang bersangkutan Ivan Sugianto ditangkap saat di Bandara Juanda. Tidak ada peran pengganti." Penangkapan tersebut dilakukan dengan disaksikan oleh publik dan awak media.
Dirmanto menjelaskan bahwa proses penangkapan Ivan Sugianto dilakukan secara transparan.
"Tugas Polisi adalah melakukan penindakan hukum dan itu sudah kami laksanakan dengan disaksikan secara langsung oleh publik dan awak media di lapangan," ujarnya.
Dirmanto juga memastikan, tersangka yang ditahan di rutan saat ini juga merupakan sosok Ivan yang asli.
"Tugas Polisi adalah melakukan penindakan hukum, dan itu sudah kami laksanakan dengan disaksikan secara langsung oleh publik dan awak media yang di lapangan," ujarnya.
"Kedatangan tersangka yang dijemput mobil dinas Satreskrim Polrestabes Surabaya juga disaksikan puluhan rekan-rekan media," lanjutnya.
Dirmanto mengungkapkan tak ada larangan pula kepada awak media yang kala itu mengambil foto dan video.
Awak media, kata Dirmanto, melakukan peliputan mulai Ivan turun dari mobil, masuk ke Unit PPA Satreskrim, hingga penahanan di Rutan Polrestabes Surabaya.
"Sudah jelas adanya penangkapan tersangka dengan tangan kami borgol, mulai turun mobil Satreskrim Polrestabes Surabaya hingga dikeler masuk ruang penyidik," katanya.
Kasus Intimidasi
Ivan jadi tersangka setelah melakukan intimidasi atau perundungan kepada seorang siswa SMA, ET, dengan memaksa bersujud hingga menggonggong di depannya.
Atas perbuatannya, Ivan Sugianto terancam 3 tahun penjara.
Ia dijerat menggunakan Undang-Undang Perlindungan Anak atas tindakannya itu.
"Pasal yang disangkakan, Pasal 80 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Anak dan atau Pasal 335 ayat 1 butir 1 KUHP, ancaman hukumannya 3 tahun penjara," kata Dirmanto di Mapolrestabes Surabaya, Kamis (14/11/2024).
Kasus ini diketahui dipicu karena saling ejek siswa SMA Kristen Gloria 2 Surabaya berinisial EN dengan siswa SMA Cita Hati Surabaya berinisial AL (anak Ivan), saat pertandingan basket di mal.
ET mengejek AL yang sekolahnya kalah dalam pertandingan basket tersebut.
Siswa SMA Kristen Gloria 2 Surabaya mengejek siswa SMA Cita Hati Surabaya di media sosial (medsos), lewat direct message (DM).
Dalam percakapannya, ET meledek AL seperti poodle.
AL kemudian mengadukan olokan ET itu kepada ayahnya, Ivan Sugianto.
Karena tidak terima anaknya diolok-olok, Ivan mendatangi SMA Kristen Gloria 2 Surabaya bersama sekelompok orang untuk mencari keberadaan ET untuk menuntut permintaan maaf.
Kedatangan Ivan itu yang kemudian memicu keributan, salah satunya karena menyuruh ET bersujud dan menggonggong.
Kejadian tersebut kemudian viral di media sosial (medsos).
(surya.co.id/Luhur Pambudi/Tony Hermawan)