SURYAMALANG.COM, MALANG - Diberkati alam yang subur dengan banyak pegunungan, udara yang sejuk dan segar, serta gemercik air yang bersih, membuat warga Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang serasa sudah lebih dulu tinggal di 'surga'.
Betapa tidak, letak geografisnya yang berada di kaki tiga gunung itu, bikin tanahnya subur di ketinggian 1100 Mdpl.
Dampak dari tiga gunung yang menyelimuti desa itu, membikin pertaniannya cukup maju. Yakni, Gunung Argowayang, Gunung Gentong Growah, dan Gunung Kawi, sehingga membuat desa yang layak dijuluki tangga langit itu, kini jadi sentra penghasil bawang merah jenis Batu Ijo.
Sekali panen bisa 800 ton, khusus dari 120 petani di Desa Tawangsari saja. Padahal, dalam setahun itu bisa panen tiga kali.
Potensi alam Desa Tawangsari itu menarik hati petahana, Muhammad Sanusi. Dua hari lalu, Minggu (17/11/2024) siang, Sanusi yang berpasangan dengan Lathifah Shohib di Pilkada Kabupaten Malang 2024 ini, berkunjung ke desa yang layak dijuluki tangga langit itu karena berada di kaki tiga gunung itu.
"Pak Sanusi kagum, dan bersyukur, karena berkat bantuan alat pertanian yang diberikan ke petani, kini desa kami jadi sentra penghasil bawang merah jenis Batu Ijo."
"Sistem pertanian kami kini bukan cuma lebih modern, namun mengirit biayanya karena ada bantuan peralatan pertanian, seperti hand tractor," tutur M Yusuf, ketua gabungan kelompok tani (Gapoktan) Kecamatan Pujon," tutur Yusuf, Selasa (19/11/2024), yang mengaku membawahi 67 Poktan se-Kecamatan Pujon.
Mendengar paparan Yusuf itu, Sanusi mengaku bangga karena hasil panen bawang merah varietas baru itu, bukan cuma mampu mencukupi pasar lokal. Namun, juga menguasai pasar nasional, di antaranya Surabaya, Sumatera Utara, seperti Medan, hingga Kalimantan Selatan, seperti Banjarmasin.
Sebab, sekali panen saja, khusus dari petani Desa Tawangsari mampu menghasilkan 8.00 ton. Itu jika diuangkan, bisa sekitar Rp 16 miliar sekali panen karena harga bawang merah seperti minggu ini Rp 20 ribu per Kg.
"Kami bangga punya desa yang pertaniannya maju seperti di sini. Apalagi, saya lihat banyak petani milenialnya, sehingga kami yakin, bawang merah jenis Batu Ijo yang asli dari sini akan menguasai pasar nasional," ungkap Sanusi saat dua hari lalu berdialog dengan ratusan petani Desa Tawangsari.
Menurutnya, itu baru hasil panen bawang merah, belum hasil pertanian lainnya, seperti sayur-mayur, sawi, buncis, wartel, gubis. Tak heran, menurut Sanusi, warganya terlihat makmur dan rumahnya bagus-bagus.
Saat melintas tadi, Sanusi mengaku bukan cuma melihat ada beberapa sepeda motor di teras rumah warga namun sudah banyak yang punya mobil.
"Terlihat kok dari pancaran raut mukanya, warga sini sangat bahagia. Makanya, doakan kami akan terpilih lagi nanti, sehingga bantuan pertaniannya, mulai hulu sampai hilir akan kami tambah," ucap Sanusi yang bikin warga gembira dan memberikan aplaus.
Dimintai doa Sanusi, Yusuf bersama para petani lainnya berjanji akan siap memenangkan SALAF (Sanusi-Lathifah). Sebab, menurutnya, dukungan buat pemenangan itu belum sebanding jika dihitung dengan perhatian Sanusi selama jadi bupati terhadap peningkatan pertanian.
Melalui Ir Avicenna M Saniputra, Kadis Tanaman Pangan, Holtikutura, dan Perkebunan, petani di Desa Tawangsari selalu didampingi, dan dibina mulai musim bibit, hingga panen.
"Kami pasti memenangkannya. Di Desa Tawangsari saja ada enam Poktan dengan jumlah petani sekitar 1.600. Itu belum termasuk keluarganya, seperti anak dan istrinya. Jika se-Kecamatan Pujon, jika suara 15.000 saja, itu pasti dapat lah karena ada 67 Gapoktan," pungkasnya.