NTT Punya 1.272 DAS, Sebagian Tidak Sehat Sehingga Rawan Banjir 
Oby Lewanmeru December 21, 2024 10:30 PM

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki 1.272 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tersebar di seluruh wilayahnya. 

Menurut Pakar Pengelolaan Sumber Daya Air di Daerah Semi Arit Undana, Prof. Denik Sri Krisnayanti, sebagian dari DAS yang ada di NTT menjadi rawan banjir karena tidak sehat. Apa saja pemicu DAS menjadi rawan banjir, berikut cuplikan wawancara eksklusif dalam Undana Talk, Jumat, 20/12/2024. 

Apa itu daerah aliran sungai? 

Kalau kita bicara mengenai daerah aliran sungai (DAS) itu adalah suatu daerah atau suatu wilayah dimana sungai utama dan anak-anak sungainya itu berfungsi untuk mengalirkan dan menyimpan air yang jatuh (curah hujan) dan itu dialirkan ke danau ataupun ke laut dan untuk batas DAS itu adalah punggung-punggung bukit, kemudian wilayah tangkapan DAS itu sebenarnya wilayah tangkapan air, jadi sungai utama dan anak-anak sungainya yang fungsinya adalah menangkap, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh ke danau ataupun ke laut. Itu artinya DAS, jadi kita ini juga berada pada suatu DAS. 


Di NTT ada berapa banyak DAS? 


NTT itu sebenarnya dianugerahi berkat luar biasa karena kalau kita lihat berdasarkan Keppres Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 bahwa kita punya DAS itu kurang lebih 1.272 yang terbagi dalam lima wilayah sungai.

Ini peraturannya saya masih pakai yang 2012, menurut informasi ada yang terbaru lagi, itu akan kita lihat karena yang terbaru, DAS-DAS itu akan dipecah lebih banyak lagi. Untuk di Pulau Timor sendiri ada dua wilayah sungai.

Wilayah sungai itu sebenarnya adalah kesatuan wilayah yang di situ ada satu DAS atau lebih banyak DAS dengan luasan kurang lebih 2.000 kilometer persegi.

Jadi kalau ada banyak DAS kemudian kita gabung jadi satu itu luasannya kurang lebih 2.000 kilometer persegi itu menjadi wilayah sungai dan wilayah sungai untuk Pulau Timor itu ada dua yaitu wilayah sungai Noelmina dan wilayah sungai Benenain, itu masuk kategori sungai lintas negara.

Sedangkan kalau wilayah sungai strategis nasional itu adalah di wilayah sungai Flores. 

Wilayah sungai lintas kabupaten itu adalah wilayah sungai Sumba dan Flotim, Lembata serta kepulauan kecil lainnya, itu terbagi-bagi.

Seperti wilayah sungai Benenain itu ada 45 DAS tapi 20 DASnya adalah milik kita, Indonesia, 25nya milik Timor Leste' Makanya wilayah sungai lintas negara.

Sedangkan untuk Noelmina kalau berdasarkan Keppres nomor 12 tadi itu ada 186 DAS, termasuk Rote itu masuk di Noelmina.

Belum lagi di Flores, itu 472 DAS. Itu luar biasa. Aset kita sangat banyak jadi kalau kita bicara DAS, kita punya potensi sumber daya air cukup banyak. Belum lagi di Sumba, Flotim dan Lembata.

Kalau kita hitung jumlah kewenangan tadi, itu kurang lebih 1.272 DAS kecuali ada perubahan lagi aturan dimana nanti DAS-DAS tersebut dipecah-pecah lagi maka pasti akan jadi lebih banyak. 

Karakterisik masing-masing DAS itu berbeda-beda jadi kalau kita bicara DAS maka DAS itu memiliki ciri khas yang sebenarnya harus kita ketahui jadi karena DAS ini memberikan respon terhadap hujan yang berbeda, hujan yang jatuh pada DAS itu akan memberikan ikutan yaitu limpasan, ada yang masuk ke dalam permukaan tanah, ada yang melimpas dan yang melimpas ini yang nanti menjadi run off atau istilahnya banjir, itu salah satunya dan respon masing-masing DAS itu tidak sama artinya bahwa kalau kita mau bicara 472 atau 1.272 DAS itu memiliki ciri atau kekhasan yang tidak sama antara satu DAS dengan DAS lainnya dalam menangkap air hujan dan memberikan efek genangan pada wilayah tersebut. 


Dari 1.272 DAS yang ada di NTT tidak semuanya rawan banjir? Apa yang menyebabkan DAS menjadi rawan banjir? 


Tidak semuanya rawan banjir. Daerah aliran sungai itu menjadi rentan banjir karena salah satunya adalah perubahan kawasan, perubahan alih fungsi lahan.

Jadi karena kita ini kan pertambahan penduduknya semakin meningkat. Pertambahan penduduk yang semakin meningkat itu berpegang juga pada perubahan kawasan.

Perubahan kawasan ini mengubah daerah yang harusnya menjadi daerah tangkapan air hujan yang baik berubah menjadi pemukiman, jalan, dan bangunan-bangunan sehingga air yang jatuh yang harusnya bisa tertahan itu menjadi tidak bisa tertahan dan menjadi rentan. Itu salah satu.

Kemudian yang berikutnya, karena adanya pertambahan penduduk maka perilaku dari manusia yang mendiami tempat itu juga sangat berpengaruh termasuk penggalian terhadap alur sungai galian C segala macam itu akan sangat berpengaruh. Artinya bahwa ketika kita lakukan sesuatu pada DAS tersebut, karena ketika kita bicara DAS itu ada bagian hulu, ada bagian tengah, ada bagian hilir.

Kalau kita bicara bagian hulu, itu adalah daerah tangkapan airnya sehingga daerah hulu itu benar-benar dijaga. Biasanya daerah hulu memiliki kemiringan yang lebih tajam daripada bagian tengah dan kemudian bagian hilir itu biasanya masyarakat lebih banyak memanfaatkan di bagian itu. Jadi sebenarnya daerah tangkapan itu di hulu, kemudian daerah tengahnya itu daerah transisi antara hulu dan hilir. Daerah hilir ini sangat rentan terhadap banjir karena sebenarnya kalau kita bicara banjir itu bukan saja dari masyarakat yang ada di bawah. Dari hulu juga sangat berpengaruh.

Misalnya kenapa daerah Oesao itu rentan sekali terhadap banjir ya karena memang tangkapannya sangat kedap di situ dan tentu pengaruh efeknya di hulu jadi kalau kita bicara banjir pada suatu kawasan itu bukan saja hanya setempat yang harus kita kaji tapi kita harus melihat DASnya secara keseluruhan dari hulu, tengah dan hilir. Jadi seperti mengidentifikasi penyakitnya di mana. Nah ini kaitannya dengan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi.

Saya menyebutnya dengan Metode Cendana karena lahir dari Nusa Cendana. Ketika metode ini saya patenkan, harapannya ini akan mempermudah para pemerhati keairan dalam mengidentifikasi awal. Jadi ketika mengidentifikasi awal daerah-daerah rawan banjir itu kita sudah bisa memetakan satu-satu. 


Bisa disampaikan metodenya? 


Yang pertama kalau kita bicara mengenai DAS yang rawan banjir kita lihat dulu luasan DAS. Semakin luas DAS maka semakin besar efek limpasannya, semakin besar DASnya maka debit air atau banjir yang akan terjadi akan semakin tinggi. 

Yang kedua, bentuk DAS seperti apa. Ada yang bentuknya lebar, ada yang bentuknya ramping panjang, seperti di sungai Manikin itu bentuknya memanjang kecil seperti sirip burung. 

Kemudian bentuk alur anak sungainya juga kita harus tahu. Sungai utama itu kan pasti ada anak sungai. Anak sungai ini ada yang bentuknya paralel, ada yang bentuknya radial, ada juga yang bentuk sirip burung kemudian ada yang bentuknya komplek. 

Selain itu, kemiringan topografi. Kalau DAS tersebut memiliki alur sungai dengan kemiringan yang tajam itu tentunya akan memberikan debit ataupun limpasan yang jauh lebih besar dan jauh lebih cepat sedangkan yang lebih flat tentunya akan lebih pelan atau lebih lama. (uzu)

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.