TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Amerika Serikat melakukan pertemuan pertamanya dengan pemimpin de facto Suriah, Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Di saat yang sama, AS juga mengumumkan telah membunuh bos ISIS di Suriah.
Sementara itu, rudal Yaman sukses menjebol sistem pertahanan udara Israel.
Pakar menyebut Israel tidak siap menghadapi ancaman dari kelompok Houthi.
Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.
Amerika Serikat (AS) akhirnya melakukan pertemuan pertama kalinya dengan pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) di Ibu Kota Suriah, Damaskus.
Para delegasi yang dipimpin oleh Diplomat tertinggi Departemen Luar Negeri AS untuk Timur Tengah, Barbara Leaf, melakukan pertemuan langsung dengan Ahmed al-Sharaa alias Abu Mohammed al-Jolani.
Dalam pertemuan tersebut, Barbara Leaf mengumumkan AS telah membatalkan hadiah $10 juta atau setara dengan Rp161 miliar untuk menangkap al-Jolani.
"Berdasarkan diskusi kami, saya katakan kepadanya bahwa kami tidak akan meneruskan tawaran hadiah Rewards for Justice yang telah berlaku selama beberapa tahun," kata Leaf kepada wartawan, dikutip dari Al Jazeera.
"Saya juga mengomunikasikan pentingnya inklusi dan konsultasi yang luas selama masa transisi ini," ujar Leaf.
"Kami sepenuhnya mendukung proses politik yang dipimpin dan dimiliki oleh warga Suriah yang menghasilkan pemerintahan yang inklusif dan representatif yang menghormati hak-hak semua warga Suriah, termasuk perempuan, dan berbagai komunitas etnis dan agama di Suriah," tegas Leaf.
Baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin menantang Barat untuk menjatuhkan rudal hipersonik Oreshnik milik Rusia.
Putin meminta Barat mengerahkan sistem pertahanan terbaiknya untuk menangkis Oreshnik mungkin nanti ditembakkan ke Ukraina.
Tak hanya Putin, seorang pakar militer Rusia bernama Alexey Leonkov juga percaya diri dengan keampuhan Oreshnik.
Dia mengklaim saat ini tidak ada sistem pertahanan udara milik Barat yang mampu menembak jatuh rudal hipersonik yang dibangga-banggakan Rusia itu.
Dikutip dari Sputnik, sistem pertahanan THAAD milik Amerika Serikat (AS) dan Arrow 3 milik Israel mungkin bisa menangkis rudal hipersonik Rusia generasi pertama seperti Kinzhal dan Zirkon.
Namun, kedua sistem itu hampir mustahil bisa menjatuhkan Oreshnik yang merupakan rudal hipersonik generasi kedua.
Sistem pertahanan lain seperti IRIS-T milik Jerman, SAMP-T milik Prancis, atau NASAMS buatan AS dan Norwegia juga diklaim tidak berdaya menghadapi Oreshinik, bahkan jika sistem-sistem itu menembakkan seluruh rudal penangkisnya.
(Tribunnews.com)