Sejarah Hari Raya Natal dan Apa-apa yang Perlu Kamu Tahu tentangnya
Moh. Habib Asyhad December 23, 2024 06:34 AM

Sejarah Hari Raya Natal erat kaitannya dengan perayaan-perayaan masyarakat Romawi pada masa dewa-dewa. Ia terus berevolusi seiring berkembangnya waktu.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Hari Raya Natal sebentar lagi, yang kemudian disusul Tahun Baru.

Meski begitu, pusat-pusat keramaian dan perbelanjaan di penjuru kota sudah mulai bersolek. Lihat saja, Pohon Natal sudah mulai banyak dipasang di mana-mana.

Natal (orang Barat menyebutnya Christmas) dimulai pada 25 Desember 336 M, saat Kaisar Romawi Kristen pertama, Konstantinus, berkuasa. Itu kemudian dikuatkan dengan pernyataan Paus Julius I yang mengumumkan bahwa kelahiran Yesus akan diperingati setiap 25 Desember.

Pada 432, Natal telah menyebar hingga Mesir. Lalu pada Abad Pertengahan, Natal telah menggantikan hari raya pagan dan terus berkembang hingga sekarang.

Perkembangan zaman dan dinamika keagamaan mempengaruhi tradisi Natal. Oliver Cromwell dan sekelompok golongan Puritan melarang Natal hingga masa pemerintahan Charles II.

Para pendatang dari Eropa juga tidak memperkenalkan Natal ke Amerika ketika mereka datang pada 1620. Itu ditambah dengan pelarang Natal di Boston pada 1659 hingga 1681. Natal baru ditetapkan sebagai hari libur nasional di Negeri Paman Sam pada 26 Juni 1870.

Dan di tangan orang Amerika inilah Natal berevolusi dan berkembang seperti yang kita kenal sekarang ini.

Inilah beberapa hal yang perlu kamu tahu tentang Hari Raya Natal.

Bagaimana asal usul Natal?

Mengutip Parade.com, jawaban yang umum adalah bahwa Natal pertama terjadi pada hari kelahiran Yesus Kristus. Dan meskipun benar bahwa kita merayakan kelahiran Yesus Kristus pada hari kelahirannya, menurut History.com, perayaan khusus ini baru dimulai pada abad keempat. Sebelumnya, perayaan utama umat Kristiani adalah Paskah.

Di Roma pada abad ketiga, pada tanggal yang sama, masyarakat Romawi biasa merayakan Festival Saturnalia untuk memuja Dewa Saturnus. Mereka juga merayakan kelahiran dewa matahari, Sol Invictus, pada 25 Desember.

Ada beberapa kepercayaan berbeda tentang mengapa tanggal tersebut diadopsi oleh umat Kristen untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus.

Mengapa 25 Desember dipilih sebagai Hari Kelahiran Yesus?

Mengutip Inside the Vatican, salah satu kepercayaan adalah bahwa St. Hippolytus mengklaim 25 Desember sebagai tanggal pertama bagi agama Kristen.

Dia melakukan ini dengan komentarnya pada kitab Daniel (ditulis sekitar tahun 205 M), yang menyatakan: Tanggal lahir Yesus adalah 25 Desember (para sarjana tidak setuju bahwa tanggal khusus ini adalah tanggal lahir yang sebenarnya).

Menurut History.com, Paus Julius I kemudian memilih tanggal 25 Desember "dalam upaya mengadopsi dan menyerap tradisi festival Saturnalia ala masyarakat pagan."

Mengapa sebagian orang merayakan Hari Raya Natal pada Januari?

Secara teknis, Natal sebenarnya dirayakan pada 7 Januari. Hal ini karena ketika itu sebagian karena kalender Julian (juga dikenal sebagai "Kalender Lama", digunakan sejak era Julius Caesar) masih digunakan hingga reformasi Paus Gregorius XIII, ketika kalender Gregorian diadopsi.

Dengan perubahan tersebut, lebih dari seminggu hari dalam setahun hilang. Jadi, dengan menggunakan kalender Julian, seperti yang masih dilakukan oleh umat Kristen Ortodoks, itu artinya tanggal 25 Desember jatuh pada hari yang berbeda – dalam hal ini jatuh pada 7 Januari.

Kapan Natal pertama kali dirayakan?

Perayaan Natal pertama yang tercatat adalah 25 Desember 336 M. Menurut Profesor Teologi Emeritus di University of Portland, Fr. Richard Rutherford, C.S.C., selama sekitar setengah abad terakhir, sejarawan liturgi menemukan tulisan-tulisan awal gereja Kristen kuno yang berisi info tentang kelahiran Yesus.

Tulisan-tulisan tersebut menunjukkan bahwa pada 25 Maret, gereja Kristen merayakan dikandungnya Yesus oleh Maria yang menerima kabar tersebut dari malaikat. Rutherford pun menyimpulkan bahwa kelahiran Yesus pun terjadi pada 25 Desember karena pada tanggal tersebut, Maria sudah genap mengandung selama sembilan bulan.

Sementara itu, umat Kristen Ortodoks yang mengikuti kalender Julian seperti di Rusia, Yunani, dan Mesir – sebagian besar kekristenan Barat mengacu pada kalender Gregorian – masih merayakan Natal pada 7 Januari. Terlepas dari perbedaan tanggal itu, secara umum, Natal adalah tentang pergi ke gereja dan berkumpul dengan orang-orang terkasih untuk makan-makan.

Apa itu Masa Adven?

Mengutip Kompas.com, Masa Adven adalah empat minggu sebelum masa Natal. Adven artinya masa penantian, dalam bahasa latin disebut sebagai “Datang” atau hari kedatangan Yesus ke dunia.

Orang Kristen menggunakan empat hari Minggu dan minggu Adven untuk mempersiapkan dan mengingat makna Natal yang sebenarnya. Mereka melakukan refleksi dan pertobatan dalam menantikan kelahiran Yesus yang meraja di hatinya.

Setiap Minggu masa Adven tersebut, umat Katolik menyalakan lilin Adven. Pada Adven minggu pertama dinyalakan satu lilin, minggu berikutnya satu lilin lagi, demikian sampai lilin ke empat.

Lilin Minggu pertama sampai ketiga berwarna Ungu (melambangkan pertobatan dan penyesalan) dan liling keempat berwarna merah jambu (tanda sukacita atau Gaudete).

Selain itu ada juga lilin berwarna putih di tengah atau terpisah dinyalakan pada Hari Natal, yang melambangkan Yesus sebagai terang dunia.

Natal sempat dilarang di Amerika Serikat

Ketika para pendatang Puritan tiba pada 1620, mereka percaya Natal adalah perayaan yang terlalu mewah. Karena itulah, menurut History.com, mereka tidak merayakan hari raya tersebut. Tak hanya itu, mereka juga percaya, “Tidak ada dasar Alkitabiah untuk memperingati Natal." Di Boston, Natal sempat dilarang pada 1659 hingga 1681.

Meski sempat tidak diperkenalkan bahkan dilarang,Natal akhirnya menjadi hari libur nasional Amerika Serikat dua abad kemudian, persisnya pada1870.

Natal tak berhenti pada 25 Desember

Bagi umat Kristiani, Natal adalah perayaan yang berlangsung selama dua belas hari. Itulah kenapa hanya ada sedikit waktu istirahat karena terlalu banyak perayaan keagamaan. Itu belum ditambahi dengan banyaknya komersialisasi yang terjadi belakangan ini.

Sebenarnya, masa Natal adalah musim liturgi, yang dimulai setelah Masa Adven dan berakhir pada bulan Januari.

Bagi sebagian umat Kristen, musim Natal baru berakhir pada 6 Januari atau Minggu terdekat dengan tanggal tersebut (Hari Epifani). Sementara yang lain merayakannya selama 40 hari, berakhir pada 2 Februari yang dikenal sebagai Hari Lilin (perayaan persembahan Yesus di bait suci).

Kenapa ada Pohon Natal?

Pohon Natal yang biasa dijumpai pada masa Natal dimulai sekitar akhir 1.400 hingga 1.500. Tidak ditemukan adanya penelitian tentang asal mula tradisi Pohon Natal ini, tetapi beberapa negara sudah memulainya sejak ribuan tahun lalu.

Di Roma, mereka sudah lama mendekorasi rumahnya dengan dahan-dahan hijau untuk menunjukkan adanya kehidupan di musim dingin.

Sementara itu, di Jerman dimulai sebagai “Pohon Surga” (cabang atau bingkai kayu yang dihiasi dengan apel). Ini digunakan dalam Drama Misteri atau Keajaiban Jerman abad pertengahan yang dipertunjukkan di depan Gereja selama Masa Adven dan pada Malam Natal.

Di Jerman, Pohon Natal pertama dihias dengan benda-benda yang bisa dimakan, seperti roti jahe dan apel berlapis emas. Sementara itu, Pohon Natal pertama di Inggris didirikan oleh Ratu Charlotte, istri Raja George III dari Jerman.

Kok ada Sinterklas atau Santa Claus juga?

Sinterklas merupakan salah satu tokoh yang dicintai oleh anak-anak di hari Natal. Karakter Sinterklas digambarkan sebagai kakek berjenggot putih yang suka membagikan hadiah pada Hari Raya Natal. Tradisi pemberian hadiah dari Sinterklas kemungkinan dimulai di Swedia.

Ratusan tahun yang lalu ada tradisi di Swedia bahwa orang biasa mengetuk pintu teman atau tetangga dan kemudian meninggalkan hadiah kecil (biasanya terbuat dari jerami atau kayu) di tangga pintu.

Ada juga kisah St. Nicholas yang memberikan uang secara anonim kepada keluarga miskin. Dalam perkembangan zaman, tradisi ini digunakan untuk membuat perayaan Natal semakin semarak di berbagai negara dengan caranya masing-masing.

Sebagai contoh, di Indonesia Sinterklas biasanya datang secara tiba-tiba ketika merayakan Natal dengan membawa banyak hadiah di dalam karung. Kemudian Sinterklas melemparkan hadiah tersebut kepada anak-anak usia SD hingga SMP. Adapun hadiahnya berupa permen, makanan ringan, dan lain-lain. Dengan demikian, anak-anak akan gembira dan selalu menantikan kehadiran Sinterklas setiap tahunnya.

Begitulah beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang perayaan Hari Kelahiran Yesus, termasuk sejarah Hari Raya Natal. Selamat Natal dan Tahun Baru 2025!

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.