SURYA.co.id - Inilah sosok tiga terduga pelaku yang jadi bos sindikat uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Selain Andi Ibrahim, ternyata ada dua sosok lainnya yang tak kalah punya peran penting, yakni ASS dan S.
Nama ASS dan S diungkap Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono dalam konferensi pers di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel, Kamis (19/12/2024).
"Peran sentralnya ada dari saudara AI (Andi Ibrahim), kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS," jelas Yudhi.
Lantas, seperti apa sosok mereka bertiga?
Ia merupakan Dosen dan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar warga BTN Minasa Maupa.
Perannya melakukan pengedaran uang palsu dan melakukan transaksi jual beli uang palsu.
Riwayat pendidikan Andi Ibrahim tidak tanggung-tanggung.
Ia pernah mendapatkan dua gelar sarjana sebagai sarjana agama dan sarjana sastra di Universitas Indonesia.
Andi Ibrahim pun melanjutkan ke jenjang doktoral dengan menyelesaikan pendidikan di UIN Alauddin Makassar.
Berikut data riwayat pendidikan tingginya dari mulai sarjana hingga jenjang doktoral.
Sarjana Agama, Universitas Islam Negeri Alauddin, 1995.
Sarjana Sastra Universitas Indonesia, 1998
S2, Universitas Negeri Malang, 2002
S3 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2019
Dr Andi Ibrahim SAg SS MPd diperkirakan tak lama lagi akan menjadi guru besar.
Hal ini berdasarkan penelitian Andi Ibrahim di akun SINTA.
Andi Ibrahim sudah memiliki jurnal internasional bereputasi Q1.
Selain itu, Andi Ibrahim sudah senior sehingga sebentar lagi bisa mengajukan diri sebagai guru besar.
Beberapa syarat pun sudah dipenuhi oleh Andi Ibrahim.
Beberapa syarat untuk menjadi guru besar atau profesor di Indonesia adalah:
Namun, Andi Ibrahim pun terancam untuk diberhentikan dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena terlibat sebagai produsen uang palsu.
2 ASS
Sosok ASS disebut berprofesi sebagai pengusaha yang berperan sebagai donator atau investor dalam kasus pabrik uang palsu di UIN Alauddin.
Irjen Yudhiawan Wibisono mengatakan ASS yang membiayai pembelian bahan baku produksi untuk mencetak uang palsu.
Yudhiawan Wibisono menjelaskan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN Alauddin ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.
Rumah tersebut adalah milik ASS.
"Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar," kata Yudhiawan Wibisono.
"Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM) Gowa," kata Irjen Pol Yudhiawan, dikutip Tribun-Timur.com.
Lanjut Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.
"Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil," sebutnya.
Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi, dibeli seharga Rp 600 juta.
Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.
"Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa," bebernya.
3. S
Masih belum diketahui siapa S, profesinya apa dan berperan sebagai apa dalam kasus ini
Siasat Licik Andi Ibrahim
Andi melakukan siasat licik ini demi memuluskan bisnis pabrik uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar.
Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak menjelaskan, Andi nekat menggunakan mobil dinas jenis Kijang Innova berplat DD 1904 RW.
"Barang bukti mobil itu adalah milik AI (Andi Ibrahim)," jelasnya, dikutip SURYA.CO.ID dari Tribun Timur.
Menurutnya, mobil itu disita berkat hasil kordinasi Polres Gowa dengan Rektor UINAM Prof Hamdan Juhannis.
"Pihak kampus menyerahkannya kepada kami sebagai bentuk dukungan dalam pengungkapan kasus ini," jelasnya.
Mobil dinas itu digunakan Andi Ibrahim mengangkut material pembuatan uang palsu.
"Itu adalah mobil dinas yang digunakan Andi Ibrahim mengangkut material produksi uang palsu," ujarnya.
Tidak tanggung-tanggung, mesin pencetak asal China yang dimasukkan ke Kota Makassar lewat Surabaya itu memiliki berat sekitar 2-3 tong.
"Bayangkan saja, 25 anggota saya coba angkat itu mesin, tidak goyang. Makanya kita pakai forklift," kata Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak.
Total ada 98 item barang bukti yang disita, seperti mesin cetak, kertas yang palsu, CPU, uang palsu yang sudah dicetak, dan beberapa jenis lainnya.