Pendekatan Konstruktivisme yang Digunakan pada Capaian Pembelajaraan Memandang bahwa...
Moh. Habib Asyhad December 24, 2024 01:34 PM

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Secara garis besar,pendekatan konstruktivisme yang digunakan pada capaian pembelajaran memandang bahwa pembelajaranadalah proses aktif di mana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

Dalam hal ini, konstruktivisme menekankan bahwa siswa tidak hanya menerima informasi. Lebih dari itu, mereka juga diharapkan bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada.

Ada beberapapoin kunci dari pendekatan konstruktivisme meliputi:

- Pembelajaran Aktif: Siswa terlibat secara langsung dalam proses belajar, bisa melalui diskusi, kolaborasi, dan eksplorasi.

- Keterhubungan Pengetahuan: Siswa diajak untuk mengaitkan konsep baru dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki, sehingga pembelajaran menjadi relevan dan bermakna.

- Konteks Sosial: Pembelajaran sering kali terjadi dalam konteks sosial, di mana interaksi dengan teman sebaya dan guru menjadi bagian penting dari proses pembelajaran.

- Refleksi: Siswa didorong untuk merefleksikan pengalaman belajar mereka.

- Peran Guru: Guru berfungsi sebagai fasilitator yang mendukung dan memandu siswa dalam proses belajar mereka, bukan sebagai sumber pengetahuan tunggal.

Dengan pendekatan konstruktivisme, capaian pembelajaran menjadi lebih berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan kolaboratif.

Pengertian teori konstruktivisme dalam pembelajaraan

Mengutip situs Gramedia.com,teori konstruktivisme jika dilihat secara umum memandang ilmu pengetahuan tidak hanya sebatas mengungkap mengenai fakta, kaidah, dan juga konsep yang harus diingat secara baku. Teori ini justru lebih menekankan bahwa manusialah yang harus mengkonstruksikan pengetahuan itu sendiri.

Karena itulah manusialah yang nantinya akan memberikan nilai sentimentil dan juga menggali ilmu pengetahuan, baik itu melalui kajian, penelitian, atau melalui pengalaman. Ada banyak cara yang bisa dicoba untuk melakukan konstruksi dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Pada prinsipnya,konstruktivisme merupakan teori belajar yang mengusung pembangunan kompetensi, keterampilan, atau pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik yang difasilitasi oleh pendidik melalui berbagai macam rancangan pembelajaran serta tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan oleh peserta didik.

Berikut ini adalah beberapa pengertian teori konstruktivisme menurut para ahli, antara lain:

a. Abimanyu

Menurut Abimanyu, teori konstruktivisme adalah pendekatan belajar yang menilai bahwa jika seseorang bisa membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman orang.

b. Muslich

Menurut Muslich, teori konstruktivisme merupakan proses membangun pemahaman, kreativitas secara aktif yang didasarkan pada pengalaman belajar orang lain atau berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh orang tersebut.

c. Thobroni

Menurutnya, teori konstruktivisme adalah teori yang memberikan kebebasan kepada semua orang untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan memberikan kesempatan terkait apa yang mereka butuhkan. Sebab, melalui ruang dan kesempatan itulah, kebebasan untuk manusia belajar dan menemukan kompetensi bisa diperoleh sesuai dengan potensi yang ada di dalam diri masing-masing.

d. Sagala

Tak jauh berbeda dengan pendapat para ahli lainnya. Menurut Sagala, teori konstruktivisme merupakan landasan seseorang berpikir mengenai banyak hal, sesuai dengan pendekatan kontekstual. Sehingga pengetahuan yang didapatkan sedikit demi sedikit hasilkan akan diperluas melalui konteks yang terbatas.

Kesimpulannya,konstruktivisme adalah teori belajar yang bisa memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk lebih aktif belajar menemukan sendiri baik kompetensi juga pengetahuannya untuk mengembangkan kemampuan. Kompetensi dan pengetahuan itu kemudian akan dimodifikasi oleh pendidik yang memfasilitasi, dengan cara merancang berbagai macam tugas, pertanyaan, ataupun tindakan lain yang memancing rasa penasaran peserta didik untuk menyelesaikannya.

Proses Mengkonstruksi

Menurut Piaget (Dahar, 2011: 159) secara umum, penekanan teori konstruktivisme ada pada proses untuk menemukan sebuah teori ataupun pengetahuan yang ditemukan dan dibangun dengan realita yang ada di lapangan.

Proses mengkonstruksi merupakan yang utama. Sementara itu, proses mengkonstruksi sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, yakni sebagai berikut:

1. Skemata: ini adalah sekumpulan konsep yang dipakai untuk berinteraksi dengan lingkungan.

2. Asimilasi: merupakan sebuah proses dimana seseorang menginterpretasikan dan juga mengintegrasikan persepsi.

3. Akomodasi: ini adalah proses seseorang tidak bisa mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang mereka miliki.

4. Keseimbangan: dimana terjadinya proses Ekuilibrasi atau keseimbangan antara asimilasi dan juga akomodasi serta disekuilibrasi atau tidak seimbangnya antara asimilasi dan akomodasi.

TujuanTeori Konstruktivisme

Ada beberapa tujuan lain yang perlu dipahami, antara lain:

1. Merangsang Berpikir Inovatif

Tujuan dari teori konstruktivisme secara tidak langsung yakni sebagai bentuk upaya untuk merangsang siswa untuk berpikir inovatif dan kreatif. Inovasi sendiri akan lahir jika didukung oleh adanya ilmu pengetahuan yang sudah dimilikinya.

2. Bisa Meningkatkan Pengetahuan

Saat berbicara mengenai ilmu pengetahuan, tidak selalu kita harus mendapatkannya di bangku formal. Namun, kita juga bisa mendapatkannya di bangku non formal.

Bahkan ketika kita bermain, piknik, ataupun sedang berkebun di halaman rumah sekalipun, kita juga dapat menemukan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan sendiri bisa kita dapatkan berdasarkan kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar.

Misalnya ketika si A bisa menemukan ilmu baru ketika keluar dari rumah, sedangkan si B tidak memperoleh ilmu baru ketika keluar rumah. Jadi, bisa tidaknya ilmu pengetahuan didapatkan bergantung dari kemampuan, keinginan, dan juga sensitivitas kita terhadap lingkungan.

3. Menemukan Berbagai Hal Baru

Teori konstruktivisme bertujuan membantu siswa menemukan berbagai hal baru dalam bentuk apa pun. Misalnya, banyak orang yang mencari sebuah kebahagiaan dengan berbagai macam cara. Mulai dari ada yang mentraktir temannya, jalan-jalan bersama teman, dan masih banyak lagi.

Ada pula yang mengartikan kebahagiaan dengan mempunyai barang-barang mewah. Tidak peduli walaupun kita sedang tidak punya uang, hutang kesana-kemari atau banting tulang demi memperoleh barang mewah tersebut.

Ada jugayang mendefinisikan kebahagiaan dengan cara mengikuti pergaulan teman-temannya. Walaupun gayanya tergolong mahal, hal itu tidak menjadi masalah selagi masih bisa bergaul dengan mereka.


Dari penjelasan di atas membuktikan bahwa teori konstruktivisme tidak selalu menyuruh kita untuk mengikuti cara orang lain supaya bisa menemukan hal-hal baru. Namun hal baru tersebut dapat dilakukan dengan cara kita masing-masing tanpa perlu terpengaruh pada definisi orang yang ada di luar sana.

4. Membentuk Keahlian Sesuai dengan Kemampuan

Sadar atau tidak, teori konstruktivisme akan mengarahkan kita untuk bisa menemukan keahlian sesuai dengan kemampuan yang kita punya.

Seseorang yang pada awalnya tidak mempunyai ketertarikan di dunia menulis, setelah belajar mengenai kelebihan tulis menulis, maka hal itu bisa jadi akan mendorong orang tersebut menjadi penulis. Atau mungkin saja orang tersebut sebelumnya sudah mempunyai bakat terpendam.

Tapi karena ketidaktahuan bahwa ada bakat terpendam, maka diperlukan upgrade dan membutuhkan stimulus untuk mengaktifkan bakat. Jadi, bakat yang mereka miliki akan terasah dan bisa melahirkan kemampuan serta keterampilan yang sesuai dengan potensi yang ada di dalam dirinya.

5. Mendorong Untuk Berpikir Mandiri

Adapun tujuan dari teori konstruktivisme berikutnya yaitu mendorong kita untuk berpikir lebih mandiri dan out of the box. Setidaknya, orang yang paham betul mengenai esensi ilmu pengetahuan, mereka akan menjadi lebih terbuka hatinya dan bisa berpikir lebih dewasa.

Untuk yang mempunyai kemampuan berpikir secara matang, maka pemikiran mandiri mereka tidak sekadar dalam bentuk pikiran saja. Namun juga bisa dilihat dari perilaku dan juga sikap dalam kehidupan sehari-hari. Karena kemandirian itulah yang kemudian akan mendorong kualitas orang tersebut.

Manfaat Belajar Konstruktivisme

Saat berbicara mengenai manfaat belajar teori konstruktivisme, terdapat banyak sekali yang akan kita peroleh. Bahkan, hampir setiap orang akan merasakan manfaat yang berbeda-beda. Diantaranya yaitu:

1. Dapat Mengungkapkan Gagasan Secara Eksplisit

Manfaat dari belajar teori konstruktivisme yang pertama yaitu membantu kita dalam mengungkapkan gagasan secara eksplisit. Tidak bisa dipungkiri bahwa selama kita belajar, tentu akan ada kesulitan. Kesulitan itulah yang nantinya akan kita coba pecahkan.

2. Memberikan Pengalaman Baru

Manfaat yang tergolong cukup bagus yakni kita akan mendapatkan hal-hal baru, pengalaman baru, dan juga suasana baru terkait gagasan yang kita temui. Karena seperti yang kita tahu bahwa setiap orang pasti mempunyai gagasan.

Sifat dari gagasan itu sendiri dinamis, yakni bisa berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu dan seiring dengan pengalaman serta pengaruh kemampuan berpikir kita kepada semua hal.

3. Mengajak Seseorang Berpikir Tentang Pengalamannya

Teori konstruktivisme ini secara tidak langsung akan mengarahkan kita pada sesuatu yang baru. Hal baru dan juga menarik itulah yang nantinya akan mengantarkan kita untuk menemukan pengalaman baru dan menemukan perasaan yang baru.

Setidaknya, teori konstruktivisme tersebut akan mengajak kita untuk berpikir mengenai pengalaman yang telah dialami menjadi sesuatu hal yang lebih bermakna dan sentimentil.

4. Memberi Kesempatan Untuk Mengidentifikasi Perubahan Gagasan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sifat dari gagasan tiap orang bersifat dinamis. Teori konstruktivisme ini akan memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi perubahan gagasan yang lama ke gagasan yang baru berdasarkan alasan logis.

Sedangkan logis atau tidaknya gagasan tersebut, bergantung pada sensitivitas dan juga kepekaan otak serta perasaan kita terhadap sesuatu yang ada di sekitar kita.

Cara Belajar Konstruktivisme

Berikut ini adalah beberapa tahapan atau cara untuk belajar teori konstruktivisme, antara lain:

a. Orientasi

Fase orientasi ini merupakan fase yang paling pertama yang akan memberikan ruang ataupun kesempatan untuk individu dalam mengembangkan motivasi sesuai dengan topik yang diusung. Apabila itu mengenai pembelajaran, maka konteksnya dapat diarahkan dalam pembelajaran.

b. Elisitasi

Tahapan yang satu ini lebih menekankan pada cara seseorang dalam menggali ide dan juga mendiskusikan pengetahuan dasar melalui berbagai macam bentuk. Baik itu melalui tulisan, presentasi, atau bentuk yang lain.

c. Rekonstruksi Ide

Di tahap ini, individu cukup melakukan klarifikasi ide yang didapatkan dari berbagai macam perspektif. Apabila diperlukan, dapat dilakukan dengan cara berdiskusi atau dengan melakukan kajian literatur untuk merangsang gagasan yang tepat dan sesuai.

d. Aplikasi Ide

Dari ide dan juga data yang sudah didapatkan, dapat langsung diaplikasikan. Sehingga ide yang abstrak akan menjadi lebih terlihat dan bisa dirasakan oleh orang lain.

e. Review

Apabila ada bentuk yang bisa ditampilkan, maka masuk ke tahap review atau tahap evaluasi dan juga revisi. Tahapan ini sebenarnya tahap yang cukup penting, karena kita dapat mengetahui apa yang salah dan apa yang sudah benar. Di tahap review ini juga bisa merangsang kita untuk menciptakan gagasan dan ide baru lagi yang bisa dikembangkan.

Begitulah, secara garis besar,pendekatan konstruktivisme yang digunakan pada capaian pembelajaran memandang bahwa pembelajaranadalah proses aktif di mana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.