MALANG - Dua makam tokoh agama sekaligus anggota Laskar
Pangeran Diponegoro menjadi daya tarik wisata di
Gunung Kawi, Malang. Lokasinya berada dalam kompleks bangunan di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.
Di wisata ini terdapat dua makam yang menjadi tujuan para wisatawan, yakni makam Eyang Djoego atau bernama asli Kiai Zakaria II, dan muridnya Raden Mas Iman Soedjono yang merupakan sosok Eyang Djoego merupakan tokoh agama di masanya.
Ia konon merupakan keturunan dari Raden Pakubuwana I yang memerintah di Keraton Mataram dari tahun 1705 sampai tahun 1719.
Alie Zainal Abidin selaku Juru bicara Yayasan Ngesti Gondo menjelaskan, bila Raden Mas Iman Soedjono merupakan pengawal atau orang kepercayaan dari Kyai Zakaria II.
Keduanya juga disebut merupakan anggota laskar Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa.
"Mereka berdua memang lari dan menyamarkan diri setelah kalah perang dengan Belanda. Tadinya mereka lari ke Blitar," kata Alie Zainal Abidin.
Di Blitar inilah akhirnya Kyai Zakaria II menyebarkan agama islam dibantu oleh Raden Mas Iman Soedjono sang pengawal sekaligus bisa dikatakan murid kesayangannya.
Raden Mas Iman Soedjono pun mendedikasikan dirinya untuk mengabdi dan menjaga sang tokoh agama itu.
"Raden Mas Iman Soedjono yang sejak awal masa pelarian dari Jawa Tengah itu mendedikasikan hidup beliau untuk takdzim kepada Eyang Djoego," ucapnya.
Konon kata Alie, Eyang Djoego yang merupakan keturunan ningrat juga rela menyebarkan agama Islam berganti nama dengan Eyang Djoego.
Hal ini untuk menghindari kejaran dari pasukan Belanda, di masa peperangan. Apalagi Eyang Djoego juga merupakan putra seorang ulama bernama Kyai Zakaria, yang juga turut melakukan perang terhadap Belanda.
"Eyang Djoego adalah putra seorang ulama yang akhirnya juga memilih jalan menjadi seorang pendakwah yang banyak membantu orang yang membutuhkan. Darimana saja bisa datang meminta bantuan beliau," tuturnya.
Dari karomah beliau itulah akhirnya konon banyak masyarakat saat itu hadir dan memeluk agama Islam. Apalagi beberapa masyarakat merasa sang ulama ini memiliki kelebihan dalam hal karomah, karena kedekatannya dengan Allah SWT.
"Dan subhanallah ternyata banyak yang masalahnya bisa beres setelah bertemu dengan Eyang Djoego. Yang sakit sembuh,yang fakir mendapat rejeki, yang sedih jadi bahagia," bebernya.
Suatu ketika Eyang Djoego ini sempat berwasiat ke Raden Mas Iman Soedjono yang merupakan pengawal dan santri kesayangannya, untuk dimakamkan di lereng Gunung Kawi.
Kemudian saat Eyang Djoego meninggal pada 22 Januari 1871 itulah, Raden Mas Iman Soedjono melaksanakan wasiat sang guru dan membawanya ke daerah Wonosari, lokasi Pesarean Gunung Kawi saat ini.
"Ketika meninggal dunia Eyang Djoego berwasiat untuk dimakamkan di puncak bukit yang sebelumnya adalah hutan yang telah dibuka oleh rombongan murid-murid beliau, yang kemudian tempat itu kita kenal hari ini di Pesarean Gunung Kawi tersebut," ujarnya.