BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Petani di Desa Gunungraja, Kecamatan Tambangulang, Kabupaten Tanahlaut (Tala), dibuat stres menyusul mengganasnya serangan hama tikus (rattus norvegicus).
Binatang pengerat ini menyerang jagung (zea mays) yang mereka tanam sejak November lalu. Serangan tikus meluas dan masif hampir pada seluruh hamparan jagung di desa setempat.
Mereka mengaku kewalahan mengatasi serangan hama pengerat tersebut. Upaya penanggulangan yang dilakukan sejauh ini tak mampu mengatasi.
Kepala Desa Gunungraja Samsiar membenarkan mengganasnya serangan hama tikus di kampungnya. “Tiba-tiba saja begitu banyak tikus dan menyerang tanaman jagung,” ucapnya, Kamis (26/12).
Kondisi tersebut dikatakannya membuat para petani jagung di desanya terasa stres. Pasalnya, masifnya serangan tikus tersebut menyebabkan gagal panen.
Padahal tanaman jagung tersebut menjadi tumpuan penghasilan yang dinantikan untuk menghidupi keluarga. “Tanaman jagung punya saya, 1 hektare, juga. Bahkan petani lain ada yang sampai lima hektare,” kata Samsiar.
Ia menyebutkan total luasan tanaman jagung di kampungnya saat ini sekitar 70 hektare. Sedangkan luasan yang telah rusak oleh serangan hama tikus diperkirakan mencapai 20 hektare.
Dijelaskan Samsiar, tanaman jagung tersebut sebenarnya akan memasuki puncak panen Februari 2025 nanti. Namun saat mulai berbuah langsung diserang tikus.
Sebagai informasi, hamparan tanaman jagung di Gunungraja tersebar pada 4 RT. Semua lokasi memang telah diserang tikus, dengan berbagai level kerusakan. Dampak kerusakan terparah terjadi di lingkungan RT 7 Dusun 3.
Kebun jagung milik Fadli misalnya. Luasan jagungnya di Gunungraja ada lima hektare dan yang rusak sekitar tiga hektare.
Dan untuk total luasan jagungnya sekitar 35 hektare yang tersebar pada delapan lokasi di beberapa desa, selain di Gunungraja juga ada di Desa Kayuabang dan Sungaipinang. Semuanya di Kecamatan Tambangulang.
Di Gunungraja, kebun jagung Fadli tersebar di tiga lokasi. “Dari delapan lokasi kebun jagung saya, enam lokasi diserang tikus. Cuma yang terparah kebun jagung yang di RT 7 Gunungraja,” paparnya.
Ia menyebutkan total luasan kerusakan kebun jagungnya akibat serangan tikus sekitar lima hektare dari delapan lokasi tersebut. Karena itu saat ini dirinya berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan kebun jagungnya di lokasi lain. “Kalau yang di lokasi RT 7 Gunungraja sudah gagal panen, tidak bisa lagi diharapkan hasilnya. Hampir semua buah jagungnya rusak dimakan tikus,” sebutnya.
Fadli menambahkan, sebagai upaya pencegahan mereka telah berupaya maksimal di antaranya menggunakan rodentisida atau racun tikus. Namun seolah tak mempan. “Tikusnya seperti tak habis-habis, ada terus dan sangat banyak. Buktinya sangat luas sudah tanaman jagung yang dirusaknya,” tambah Fadli.
Diakui tikus yang mati memakan umpan racun tersebut cukup banyak. Namun populasi tikus seperti tak berkurang dan bahkan seperti bertambah. Karena itu dirinya berencana akan menggunakan kapur barus dicampur insektisida (pembasmi ulat). Aroma wangi kapur barus diharapkan dapat mengusir tikus.
Fadli mendapatkan saran tersebut dari petani jagung lainnya di kampungnya yang telah mencoba menerapkan dan dapat membantu mengurangi serangan tikus.
Mengganasnya hama tikus turut membuat gelisah buruh tani setempat. Pasalnya, banyak dari mereka yang juga mengandalkan penghidupan dari hasil mengambil upah sebagai buruh tani di kebun jagung.
“Kami yang menjadi buruh tani di kebun jagung sangat banyak, mencapai ratusan orang,” ucap Ahmad Sayuti.
Ditemui di kebun jagung di RT 7 Dusun 3 Gunungraja, lelaki yang akrab disapa Boy ini mengaku meski bukan kebunnya, namun dampaknya juga akan langsung ia rasakan. Apalagi dirinya tak punya sumber penghasilan lain, selain jadi buruh tani di kebun jagung.
Terpisah petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Tala, berjanji segera turun ke lapangan. “Besok kami cek ke lapangan, kami koordinasikan dengan POPT,” ucap Kepala Bidang Tanaman Pangan pada Distanhorbun Tala M Fahrizal.
Dia ngatakan obat-obatan untuk penanggulangan tikus juga akan segera disiapkan sambil menunggu permohonan dari kelompok tani dan persetujuan dari BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dan POPT di lapangan.