TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Kamis, 26 Desember 2024 tepat 20 tahun lalu, tragedi tsunami dahsyat meluluhlantakkan seluruh daratan Aceh.
Gempa 9,1 SR diikuti tsunami kala itu membuat lebih dari 200 ribu masyarakat di Aceh meninggal dunia.
Meski sudah 20 tahun berlalu, masyarakat tak akan pernah lupa dengan peristiwa ini.
Terutama masyarakat Aceh yang kehilangan rumah, sanak keluarga maupun teman-temannya yang menjadi korban tsunami.
Sebut saja Cut Putri, penyintas tsunami Aceh.
Cut Putri sempat merekam tingginya gelombang tsunami dari lantai dua rumahnya.
Video yang direkamnya itu pun berhasil membuka mata dunia.
Reka ulang detik-detik Cut Putri merekam tsunami Aceh 2024 berhasil mengundang jutaan pasang mata masyarakat Indonesia melalui sebuah video yang dirilis di YouTube Serambinews.com.
Video yang diunggah 26 Desember 2022 atau bertepatan pada peringatan 18 tahun Tsunami Aceh itu telah disaksikan sebanyak 22 juta kali tayangan dengan 14.780 komentar.
Cut Putri menyaksikan hingga merekam detik-detik tsunami Aceh.
Saat kejadian air tsunami melewati kediamannya yang berlokasi di Gampong Lamjamee, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.
Cut Putri, wanita yang kala itu menetap di Jakarta datang mengunjungi Aceh.
Ia datang bersama keluarga besarnya ke Banda Aceh untuk menghadiri pernikahan sepupu.
Sebelum hari H pernikahan tiba, Cut Putri bersama keluarga besarnya sempat mengunjungi beberapa lokasi wisata di Aceh.
Berbekal handycam di tangannya, Cut Putri merekam semua momen liburannya.
Bahkan, beberapa destinasi wisata yang dikunjunginya sempat diabadikan Cut Putri, seperti potret PLTD Apung yang masih berada di laut, Pantai Lhoknga dan sebagainya.
Hingga pada saat bencana Tsunami Aceh 2004 silam, Cut Putri turut merekam betapa dahsyatnya gelombang air hitam tersebut.
Cut Putri menceritakan kisahnya itu yang kemudian diunggah melalui kanal YouTube Serambinews berjudul "Cut Putri Sosok Perekam Tsunami Aceh 2004"
Rumah tingkat dua yang ditempatinya kini, menjadi saksi dahsyatnya tsunami Aceh.
Sebelum tsunami Aceh terjadi, Cut Putri menceritakan dirinya sempat jalan-jalan ke seputaran Kota Banda Aceh, pantai Lampuuk hingga Sabang.
"Selama berada di Aceh, saya selalu merekam segala kejadian," kata Cut Putri.
Meski 18 tahun sudah berlalu, Cut Putri masih menyimpan hasil rekaman miliknya yang memperlihatkan potret Banda Aceh sebelum tsunami.
Semua ini direkam Cut Putri sehari sebelum terjadinya tsunami Aceh.
"Sampai hari ini saya masih menyimpan dan melihat kembali bagaimana tampakan Banda Aceh sebelum tsunami, demikian juga tampaknya kota Sabang waktu itu karena sempat juga ke Sabang, bahkan saya juga sempat merekam PLTD Apung."
"Jadi masih ada di laut waktu itu, lengkap dengan pemandangan laut, dengan orang-orang di sekitarnya di Ulhe Lhue saat itu," sambungnya.
Hingga pada hari Minggu, 26 Desember 2004, Cut Putri saat itu beserta keluarga tengah bersiap untuk mengantar sepupunya dalam acara Tueng Dara Baro atau mengantar pengantin wanita ke daerah Lampulo.
Namun, takdir berkata lain.
Pagi itu pukul 07.59 WIB, Aceh diguncang gempa bumi 9,3 skala richter dan disusul dengan gelombang besar tsunami.
Cut Putri menceritakan jika pagi itu ia melihat semua orang panik saat gempa.
Berbekal ilmu kesiapsiagaan bencana yang dimilikinya, Cut Putri langsung mengajak orang yang di sekitarnya untuk naik ke lantai dua rumahnya.
Dari balkon lantai dua rumah itu, Cut Putri kemudian melihat dahsyatnya gelombang tsunami yang melewati depan rumahnya.
Ia lantas merekam meski beberapa kali Cut Putri sempat terpeleset saat menaiki tangga.
Dalam rekaman itu, tampak puing bangunan dan air hitam mengalir deras di depan rumahnya.
Cut Putri pun berhasil merekam detik-detik tsunami Aceh.
Dalam momen genting tersebut Cut Putri hanya memiliki satu harapan.
"Hanya satu yang saya bilang sama Allah," kenang Cut Putri dalam reka ulang detik-detik tsunami Aceh 2004 di kanal YouTube SERAMBINEWS.COM, 26 Desember 2022.
"Tolong izinkan saya merekam kejadian ini. Kalau pun roboh dan saya tergulung air, saya titipkan kamera ini Kepada – Mu Ya Allah. Tolong sampaikan kepada dunia agar mereka tahu betapa Maha Besar-nya Engkau," lanjut Cut Putri dalam video yang diunggah pada peringatan 18 tahun Tsunami Aceh.
Keteguhan hatinya untuk merekam peristiwa tersebut bukan tanpa risiko.
Dengan gelombang raksasa yang mengancam, ia sudah siap menghadapi kemungkinan terburuk sekalipun.
Namun, ia tetap berharap agar rekamannya selamat sebagai saksi sejarah yang akan memberikan pesan kepada dunia.
"Kami tidak tahu apakah kami akan bertahan hidup. Namun, jika saya mati, saya hanya ingin kaset ini diselamatkan. Ini bukan hanya tentang bencana, tetapi tentang kebesaran Allah yang ditunjukkan melalui alam," tambah Cut Putri.
Rekaman yang dihasilkan Cut Putri menjadi bukti nyata kedahsyatan tsunami Aceh 2004 dan membangkitkan solidaritas internasional.
Kisahnya adalah pengingat tentang kekuatan iman, keberanian, dan pentingnya menyampaikan kebenaran kepada dunia.
Hari ini, ketika masyarakat Aceh memperingati 20 tahun tsunami, sosok seperti Cut Putri dapat mengajarkan kita untuk selalu berserah kepada Allah, bahkan dalam situasi tersulit sekalipun.
Bencana ini tidak hanya meninggalkan luka, tetapi juga pelajaran berharga tentang kekuatan doa dan keikhlasan.
Dari hasil rekaman ini pula, video rekaman Cut Putri berhasil membuka mata dunia akan dahsyatnya gelombang tsunami.
Cut Putri juga menceritakan, banyak orang asing dan media luar yang meminta hasil rekaman tersebut untuk mengabarkan kepada seluruh dunia.
Selengkapnya bisa anda saksikan dalam video berikut ini :
(Serambinews.com/Firdha Ustin)