Momen Pertama Kalinya Sistem THAAD AS di Israel Tangkis Rudal Houthi: Kami Sudah Menunggu 18 Tahun
Wahyu Gilang Putranto December 28, 2024 10:32 AM

TRIBUNNEWS.COM – Sistem pertahanan udara Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) kiriman Amerika Serikat (AS) untuk Israel dilaporkan berhasil menangkis rudal balistik yang ditembakkan kelompok Houthi.

Rudal tersebut diluncurkan Jumat dini hari, (27/12/2024), atau sehari sesudah Israel membombardir Yaman.

Kala itu sirene meraung di Israel bagian tengah, termasuk daerah Tel Aviv, Sharon, dan Shfela.

Israel mengklaim THAAD berhasil mencegat rudal sehingga tidak ada korban jiwa maupun kerusakan langsung.

Peristiwa itu merupakan momen pertama kali THAAD digunakan oleh Israel sejak dikirimkan pada bulan Oktober kemarin.

THAAD dioperasikan oleh sekitar 100 tentara AS yang ditempatkan di Israel. Sistem itu dirancang untuk menangkis rudal di altitudo tinggi, bahkan di luar atmosfer, dengan energi kinetik.

“Kami sudah menunggu hal ini selama 18 tahun,” kata salah satu tentara AS yang mengoperasi THAAD, dikutip dari Yedioth Ahronoth.

Bisa dikatakan bahwa THAAD memiliki sistem pertahanan Arrow milik Israel. THAAD bisa menargetkan berbagai tahapan lintasan terbang rudal musuh.

Sistem peluncuran rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) Angkatan Darat AS telah siap di Israel, 4 Maret 2019.
Sistem peluncuran rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) Angkatan Darat AS telah siap di Israel, 4 Maret 2019. (© Cory PAYNE / DVIDS / AFP)

Pejabat Israel menganggap THAAD telah meningkatkan sistem pertahanan berlapis Israel secara signifikan

Mantan Komandan Pertahanan Udara Israel Brigjen Zvika Haimovich berujar bahwa pengoperasian THAAD di Israel itu merupakan hal yang tak lazim.

Pasalnya, AS menyerahkan pasukannya agar berada di bawah perintah Israel. Padahal, di bagian dunia lain, AS tidak menggunakan cara itu.

Spesifikasi THAAD

Dikutip dari RBC Ukraina, THAAD dirancang untuk menangkis rudal balistik jarak menengah atau pesawat musuh pada altitudo tinggi di luar atmosfer.

Sistem canggih itu diproduksi oleh perusahaan pertahanan AS bernama Locheed Martin Missiles and Space.

THAAD tidak menggunakan hulu ledak, tetapi energi kinetik. Oleh karena itu, THAAD jauh lebih efektif daripada sistem pertahanan Patriot dalam melawan target berkecepatan tinggi (PAC-1 dan PAC-2).

Rudal penangkis THAAD memiliki bobot 900 kg dan panjangnya 6,17 meter. Rudal itu bisa menangkis target di atas stratosfer dengan ketinggian 150 hingga 200 km. Jangkauannya mencapai 200 km.

Adapun kecepatan rudalnya mencapai 2.700 hingga 2.800 meter per detik atau tak kurang dari Mach 8 (delapan kali kecepatan suara).

AS mengirimkan THAAD ke Israel setelah Iran menyerang Israel pada bulan Oktober 2024.

Israel kemudian meminta tambahan peluncur THAAD karena meningkatnya ancaman dari Iran.

Houthi sebut serangannya sukses

Berbeda dengan militer Israel, Houthi mengklaim serangan rudalnya ke Israel membuahkan hasil.

“Pasukan rudal Angkatan Bersenjata Yaman menjalankan operasi yang menargetkan Bandara Ben Gurion di Yaffa menggunakan satu rudal hipersonik berjenis ‘Palestina 2,’” kata juru bicara Houthi, Brigjen Yahya Saree, dikutip dari kantor berita Saba.

Saree mengklaim rudal itu sukses menghantam target dan menimbulkan korban jiwa.

Sementara itu, IDF mengaku sukses menangkis rudal itu. Sirene peringatan sengaja dibunyikan karena adanya kekhawatiran mengenai jatuhnya pecahan rudal.

Menurut IDF, tidak ada laporan kerusakan di bandara. Kedatangan pesawat ke Ben Gurion sempat ditunda selama 30 menit.

Dikabarkan ada 18 warga Israel yang terluka ringan saat berlarian menuju tempat perlindungan. Ada dua orang yang mengalami gangguan kecemasan.

Melalui akun X miliknya, IDF melaporkan ada jutaan warga Israel yang bersembunyi di shelter saat Houthi menyerang.

Selain menembakkan rudal, Houthi juga mengaku meluncurkan pesawat tanpa awak atau drone yang turut menargetkan daerah Yaffa.

Houthi mengatakan serangan Israel sebelumnya ke Yaman hanya akan meningkatkan tekad rakyat Yaman untuk terus mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Serangan itu terjadi ketika Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus sedang di Bandara Internasional Sanaa.

“Ketika kami akan naik pesawat dalam penerbangan kami dari Sanaa, sekitar dua jam lalu, bandara diserang dari udara. Salah satu awak pesawat kami terluka,” kata Ghebreyesus di X.

Saat itu dia berada Yaman karena sedang dalam misi untuk membebaskan staf PBB yang ditahan dan meninjau situasi kemanusiaan di negara itu.

(Tribunnews/Febri)

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.