Hadapi Banyak Tantangan, Ini Kisah Petani Mandiri di Tapin Yang Sekolahkan 2 Putrinya hingga Sarjana
Hari Widodo December 28, 2024 11:31 PM

BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Potret perjuangan petani kecil di tengah dinamika pembangunan. Dengan semangat pantang menyerah, dia terus berjuang menjaga asa di tengah ancaman keong mas dan saluran air yang tersumbat.

Di sebuah pagi yang tenang di Kecamatan Tapin Utara, Kalimantan Selatan, Fadlan terlihat sibuk mencampur pupuk Phonska dan urea di sebuah ember kecil. 

Setelah selesai, pupuk itu ia taburkan ke lahan padinya yang luasnya lebih dari dua hektare. Lahan itu adalah sumber kehidupannya, warisan dari orang tua yang ia kelola dengan penuh dedikasi.

Fadlan adalah seorang petani mandiri. Tidak seperti banyak petani lain, ia memilih untuk tidak bergabung dalam kelompok tani dan mengelola semuanya sendiri.

Untuk memenuhi kebutuhan pupuk, ia rela membeli dengan harga non-subsidi. Tanpa alat-alat modern, Fadlan masih setia menggunakan "tajak", alat tradisional untuk mengolah tanah basah.

Namun, perjuangan Fadlan tidaklah mudah. Selain harus melewati jalan setapak becek untuk menuju lahannya, ia juga harus menghadapi berbagai tantangan di lapangan.

 Salah satunya adalah kehadiran keong mas yang menjadi ancaman serius bagi tanaman padi muda miliknya.

“Saat air melimpah, keong mas sering kali menyerang tanaman anak padi saya,” ujar Fadlan dengan nada resah.

Keong mas bukan satu-satunya tantangan. Lahan pertanian Fadlan sering kali tergenang air karena saluran irigasi yang sempit.

Saluran itu tertutup oleh urukan tanah proyek pembangunan di sekitar Masjid Agung Humasa Kota Rantau. Akibatnya, air tidak dapat mengalir dengan lancar, membuat lahannya selalu basah dan sulit diolah.

“Saya berharap saluran air di sekitar lahan ini bisa diperbaiki oleh pemerintah. Kalau air bisa mengalir lancar, hasil pertanian tentu lebih optimal,” katanya penuh harap.

Meskipun penuh tantangan, Fadlan tetap bersyukur. Dari hasil bertani, ia berhasil menyekolahkan dua putrinya hingga meraih gelar sarjana di bidang keguruan.

Baginya, pendidikan adalah investasi terbaik agar anak-anaknya tidak harus mengikuti jejaknya sebagai petani.

Fadlan juga memanfaatkan lahan sewa untuk menambah penghasilan. Sistemnya sederhana, ia membayar sewa dengan gabah saat panen tiba. Dari hasil kerja kerasnya, Fadlan mampu membangun rumah untuk keluarganya di Kelurahan Rangda Malingkung.

Kini, ia terus berharap perhatian pemerintah agar persoalan irigasi di lahannya bisa segera diselesaikan. Bagi Fadlan, memperjuangkan lahan pertanian bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang melestarikan warisan keluarga dan keberlanjutan pertanian lokal.

“Ini bukan hanya untuk saya, tetapi juga untuk generasi petani selanjutnya. Tanpa saluran air yang baik, pertanian padi kita akan sulit bertahan,” pungkasnya. (Banjarmasinpost.co.id/ Mukhtar Wahid) 

 

 

 

 

 

© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.