Azerbaijan Airlines Nyatakan Pesawatnya Jatuh karena Intervensi Eksternal, tapi Enggan Tuduh Rusia
GH News December 29, 2024 08:05 AM
BAKU - Pihak Azerbaijan Airlines mengatakan pesawatnya yang jatuh di Kazakhstan pada Hari Natal disebabkan oleh intervensi eksternal secara fisik dan teknis. Namun, maskapai tersebut masih enggan menuduh rudal Rusia sebagai biang keladinya.

Sebanyak 38 dari 67 orang di dalam pesawat tewas dalam kecelakaan itu, termasuk dua pilot dan seorang pramugari. Orang-orang dari Azerbaijan, Rusia, Kazakhstan, dan Kirgistan termasuk di antara mereka yang berada di dalam pesawat, menurut data awal dari Kementerian Transportasi Kazakhstan.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada CNN bahwa indikasi awal menunjukkan sistem rudal antipesawat Rusia mungkin telah menjatuhkan jet penumpang tersebut. Reuters juga melaporkan bahwa pesawat itu jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia, mengutip beberapa sumber yang tidak disebutkan namanya di Azerbaijan yang mengetahui penyelidikan tersebut.

Sistem pertahanan udara Rusia mungkin salah mengidentifikasi pesawat Azerbaijan Airlines sebagai pesawat serang jarak jauh Ukraina, kata seorang pejabat AS kepada CNN pada hari Jumat, menambahkan bahwa lubang di sisi pesawat juga sesuai dengan kerusakan akibat pecahan peluru dari ledakan.



"Jelas bahwa (pesawat) itu mengalami beberapa kerusakan," kata penumpang pesawat tersebut, Subhonkul Rakhimov, kepada Reuters.

Pihak Rusia mengatakan pada hari Jumat bahwa pesawat penumpang itu dialihkan dari tujuan awalnya di Grozny, Chechnya, karena ada drone Ukraina di daerah tersebut, serta kabut.

“Saat penerbangan J2-8243 itu mencoba mendarat di republik Rusia selatan, drone tempur Ukraina melakukan serangan teroris terhadap infrastruktur sipil di kota Grozny dan Vladikavkaz," kata Dmitry Yadrov, kepala Badan Transportasi Udara Federal Rusia.

Karena itu, kata Yadrov, langit di daerah itu ditutup, yang berarti bahwa pesawat di sekitarnya harus segera meninggalkan wilayah udara.

Pilot pesawat itu mencoba mendarat di Grozny dua kali, kata Yadrov, tetapi tidak berhasil. Pilot kemudian ditawari bandara lain untuk mendarat, lanjut pejabat itu.”Tetapi pilot itu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke bandara Aktau di seberang Laut Kaspia di Kazakhstan. Ada juga kabut tebal di area bandara Grozny,” katanya.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha mengatakan media Rusia telah berbohong tentang penyebab kecelakaan itu.

”Moskow memaksa jet yang rusak itu untuk menyeberangi laut, kemungkinan besar dalam upaya untuk menyembunyikan bukti kejahatan mereka,” katanya.

"Foto dan video dari kabin dan setelah kecelakaan adalah bukti kuat," kata Sybiha.

”Perlu investigasi yang adil dan tidak memihak untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban,” paparnya.

Andriy Kovalenko, kepala Pusat Penanggulangan Disinformasi Ukraina, bagian dari Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, sebelumnya mengeklaim bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Rusia.



Video dan gambar pesawat setelah jatuh memperlihatkan lubang-lubang di badannya yang tampak mirip dengan kerusakan akibat pecahan peluru. Penyebab lubang-lubang ini belum dikonfirmasi.

Miles O'Brien, analis kedirgantaraan CNN, mengatakan bahwa fakta bahwa logam di sekitar lubang-lubang itu tertekuk ke dalam menunjukkan bahwa ada ledakan di dekat ekor pesawat itu.

“Itu secara harfiah merupakan bukti kuat adanya rudal permukaan-ke-udara," kata O'Brien, seraya menambahkan bahwa pesawat itu terbang di atas Chechnya di tengah-tengah meningkatnya aktivitas militer.

"Anda mungkin menyimpulkan pendekatan pemicu yang halus terhadap berbagai hal," paparnya.

Kovalenko, dari Pusat Penanggulangan Disinformasi Ukraina, berspekulasi bahwa pihak berwenang akan mencoba menutupi alasan sebenarnya di balik kecelakaan tersebut, termasuk lubang-lubang di pesawat, karena akan tidak nyaman untuk menyalahkan Rusia.

Pada hari Kamis, Justin Crump, seorang pakar intelijen, keamanan, dan pertahanan serta CEO perusahaan penasihat risiko Sibylline, mengatakan kepada BBC Radio 4: ”Pesawat ditembaki oleh Rusia adalah teori terbaik yang sesuai dengan semua fakta yang tersedia yang kita ketahui."

Crump menambahkan bahwa pertahanan udara Rusia aktif di Grozny sekitar waktu pesawat itu rusak.

"Saya tidak berpikir ini disengaja sama sekali," katanya, sambil menunjukkan bahwa Rusia sangat khawatir tentang pesawat nirawak Ukraina aktif jarak jauh yang sangat sering tidak ditembak jatuh.

Ada yang Meledak


Para korban selamat mengatakan mereka mendengar beberapa ledakan keras dan mengalami kepanikan di dalam pesawat sebelum kecelakaan.

Pramugari Aidan Ragimli mengatakan kepada media Azerbaijan; Caliber.Az, bahwa dia membantu rekannya yang terluka Zulfugar ASadov mendengar suara-suara kepanikan. "Lengan kirinya terluka. Saya juga mencoba menolong," kata Ragimli.

"Saya duduk di sisi kiri, menolong, memberikan pertolongan pertama. Saat itu, kami mendengar suara, kepanikan pun terjadi."

Penumpang Vafa Shabanova memberi tahu Reuters tentang ledakan yang didengarnya. "Sekitar 20 atau 30 menit setelah lepas landas, kami merasakan dua ledakan. Pesawat seharusnya mendarat, tetapi tidak jadi. Sesuatu meledak di dalam dua kali. Tangan seorang pria terluka. Kami panik," kata Shabanova.

Rakhimov, seorang penumpang yang diwawancarai Reuters, menggambarkan dirinya terlempar ke atas dan ke bawah di dalam pesawat, meskipun sabuk pengamannya sudah diikat. "Tiba-tiba semuanya menjadi sunyi," katanya, dan dia menyadari bahwa pesawat telah mendarat.

Dia mencoba menolong seorang wanita keluar dari badan pesawat, tetapi tidak bisa menggerakkannya karena kakinya terjepit, katanya. Segera setelah itu, ambulans mulai berdatangan ke tempat kejadian, katanya.

Media pemerintah Rusia sebelumnya melaporkan bahwa pesawat itu dialihkan karena kabut tebal di Grozny. Badan Transportasi Udara Federal Rusia juga sebelumnya mengatakan pesawat itu jatuh setelah bertabrakan dengan burung.

Sementara penyelidikan terus berlanjut, Azerbaijan Airlines telah menangguhkan penerbangan dari Ibu Kota Azerbaijan, Baku, ke tujuh kota di Rusia karena alasan keselamatan.

Maskapai penerbangan itu juga mengumumkan bahwa mereka akan membayar 20.000 manat (sekitar USD11.800) sebagai kompensasi kepada korban yang terluka akibat kecelakaan itu dan 40.000 manat (sekitar USD23.500) kepada keluarga mereka yang meninggal dalam tragedi tersebut, menurut kantor berita Azerbaijan, AZERTAC.
© Copyright @2024 LIDEA. All Rights Reserved.