MINAHASA - Sepak terjang pasukan
hantu laut Minahasa, Sulawesi Utara sangat ditakuti tentara Belanda. Pasukan khusus Minahasa itu menghantui
pasukan Belanda yang hendak mengambil kora-kora karam.
Tentara Belanda yang dipimpin oleh Wendersteyd itu awalnya diperintahkan untuk mengangkat kembali kora-kora yang karam saat kalah berperang melawan pasukan Minahasa. Konon hantu-hantu laut Minahasa itu ditakuti betul oleh pasukan Belanda.
Pasukan hantu laut Minahasa biasanya menyerang di malam hari, secara tiba-tiba muncul dan menyergap pasukan Belanda. Kemunculan tiba-tiba itu mengejutkan pasukan Belanda.
Sontak serdadu Belanda panik dan kocar-kacir menghadapi lemparan tombak dan tembakan senapan prajurit Minahasa.
Sebagian serdadu Belanda yang lolos dari penyergapan itu menyingkir ke Tataaran, meninggalkan perahu dan tongkang mereka yang kemudian jatuh ke tangan pasukan Minahasa.
Kisah heroik itu ditulis dalam buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia". Kalangan serdadu Belanda diliputi ketakutan, khususnya terhadap hantu-hantu laut.
Pada bayangan mereka, pasukan danau itu terdiri atas makhluk berbadan besar dan berbulu lebat dengan pekik sorak mengerikan yang menggentarkan semangat.
Gambaran ini tidak seluruhnya benar. Memang pasukan hantu Minahasa memiliki keberanian dan semangat tempur yang tinggi.
Mereka menempatkan boneka-boneka berbentuk manusia yang terbuat dari kulit batang pohon sagu yang ditaburi lumut, di haluan perahunya sebagai perisai.
Ketika mendekati sasaran, perisai itu diambangkan di atas permukaan air, dan begitu mendekati jarak tembak diangkat bersamaan dengan teriakan perang.
Di kegelapan malam, cara demikian menimbulkan kesan yang menakutkan bagi musuh. Hal ini membuat moral pasukan Belanda menyusut.
Prediger, Pejabat Belanda di Minahasa memerlukan waktu untuk menyusun kembali pasukannya, hingga bala bantuan pasukan didatangkan bersamaan dengan perlengkapan militer