TRIBUNNEWS.COM -- Kokohnya benteng buatan pasukan Ukraina justru membantu tentara Rusia untuk terus maju menguasai wilayah kota gudang logistik Pokrovsk, Donetsk, Ukraina timur.
Hal itu diberitakan oleh media Jerman,DW, yang menyebutkan upaya sia-sia Ukraina yang membangun benteng pertahanan, namun kini malah dihuni oleh prajurit Moskow.
"Tampaknya garis pertahanan dibangun bukan untuk kita, tetapi untuk musuh," seorang prajurit dari salah satu brigade yang bertempur di arah Pokrovsk memberi tahu DW.
Menurutnya, pada akhir musim panas, seluruh kompi Rusia turun ke parit yang seharusnya menahan serangan tank, berpindah dari satu pemukiman ke pemukiman lain, dan bebas mendudukinya.
Pos pengamatan di garis pertahanan kedua dibangun "setinggi dua meter, tepat di tengah ladang - bukan di belakang penanaman, tetapi di depannya, di sisi musuh," keluh prajurit itu.
Anggota parlemen Ukraina mengonfirmasi adanya masalah dengan benteng pertahanan.
"Anda tiba, Anda lihat, sebuah benteng yang kokoh. Setengah kilometer ke samping - benteng yang kokoh yang sama. 800 meter lagi benteng yang kokoh lainnya. Dan kemudian 5 kilometer dan tidak ada apa-apa. Musuh tidak akan maju langsung ke benteng, ia akan melewatinya, membuat celah dan mengepung benteng ini, dan tentara kita akan keluar dari sana," kata anggota parlemen Dmytro Razumkov.
Komisi Verkhovna Rada, di mana ia menjadi anggota, telah menetapkan bahwa pembangunan benteng tidak dikelola secara terpusat: uang yang dialokasikan didistribusikan ke berbagai departemen.
Selain di Donetsk, permasalahann pembangunan benteng juga terjadi di oblast (provinsi) lainnya yaitu Kharkiv.
Menurut anggota parlemen tersebut beberapa pembangunan benteng di wilayah Kharkiv tidak selesai, dan kayu untuk benteng tersebut mungkin dibeli dengan harga yang meningkat.
Razumkov secara pribadi melihat bagaimana penduduk setempat membuang "tumpukan sampah" ke dalam parit dan mencuri bahan-bahan yang dapat dijual.
Namun, beberapa benteng Angkatan Bersenjata Ukraina yang dibangun dengan baik dengan cepat direbut oleh Federasi Rusia, kata pejabat militer Ukraina. Di antara alasan utama, mereka menyebutkan kurangnya pejuang terlatih dan dukungan artileri.
Selama 24 jam Sabtu (28/12/2024) kemarin, menurut laporan Ukrainform, di sektor Pokrovsk, Angkatan Pertahanan Ukraina berhasil menghalau 54 serangan musuh.
Pasukan Rusia berupaya menyerang di dekat Zelenyi Hai, Kalynove, Uspenivka, Vovkove, Novoielyzavetivka, Vozdvyzhenka, Myroliubivka, Promin, Lysivka, Dachenske, Zelene, Pokrovsk, Novyi Trud, Pershe Travnia, dan Shevchenko.
Sebelumnya diberitakan, prajurit Ukraina tercerai berai di Pokrovsk, yang di sebelah barat mundur ke wilayah oblast (daerah setingkat provinsi) Dnipropetrovsk di bagian tengah Ukraina.
Para pejuang Kiev terpaksa mundur ke wilayah garis pertahanan terakhir yang melindungi Dnipropetrovsk karena terus terdesak dengan serangan Rusia yang unggul jumlah dan senjata.
Informasi publik Ukraina, Deep State seperti dikutip dari Strana mengungkapkan hal itu, pada Jumat (17/12/2024). Hal itu dikuatkan dengan informasi Rusia.
"Kami sekarang mulai mundur secara bertahap ke garis pertahanan utama di depan perbatasan wilayah Dnepropetrovsk. Pasukan Cossack kami terpaksa mundur ke barat ke wilayah Novooleksandrivka-Nadezhdinka. Selain itu, kami harus mundur dari Novovasilyevka, dan segera dari Uspenovka," kata prajurit Ukraina dengan panggilan Muchnoy.
Dalam unggahannya di media sosial, ia mengatakan, pejuang Ukraina tak mungkin mempertahankan benteng terakhir mereka di permukiman Novovasilevka, karena telah terkepung oleh pasukan Vladimir Putin.
"Musuh (Rusia) yakin bahwa Novovasilevka tidak akan bertahan lama, karena sudah dikepung dari kedua sisi. Jika mereka menguasainya, itu akan menyederhanakan operasi mereka di utara, ke arah Udachny dan Kotlino," tulisnya.
Sementara di selatan kota, menurut Mukhnoy, pasukan Rusia memulai serangan ke arah Yasenevo dan mendekatinya dari kedua sisi.
Yasenevo merupakan sasaran utama Rusia karena merupakan gudang logistik untuk wilayah Donetsk.
Pasukan Rusia memulai serangan dengan menyerbu wilayah Slavyanka dan Petrovpavlovka di selatan Pokrovsk.
Yasenevo menjadi penting karena merupakan perlintasan jalan raya dan rel kereta yang biasa digunakan untuk mendistribusikan kebutuhan militer dan rotasi pasukan ke semua wilayah di Donetsk, di Ukraina timur.
Jika tempat itu lepas, maka perjuangan Ukraina mempertahankan Donetsk yang telah diklaim oleh Rusia bakalan semakin sulit.
"Desa ini adalah pusat logistik, yang kehilangannya akan memperburuk komunikasi antara unit kami, dan juga menciptakan ancaman di selatan. Kami berhasil mempertahankan kedua permukiman (Slavyanka dan Petrovpavlovka) untuk saat ini dan tidak membiarkan musuh mendekat. Namun, hilangnya desa-desa ini, pada gilirannya, akan menyebabkan musuh semakin maju ke Andreyevka," lapornya. (Strana/Ukrinform/Pravda)