Terungkap Pengakuan Mahasiswa NTB Usai Dilecehkan Dosen Gay, Alasan Mau Ikut Ritual Tak Masuk Akal
Ficca Ayu Saraswaty January 01, 2025 01:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Inilah pengakuan para mahasiswa yang jadi korban pelecehan seksual dosen gay di Mataram, NTB.

Terungkap alasan mengapa mereka mau ikut ritual yang dinilai tak masuk akal.

Mahasiswa yang diduga jadi korban pelecehan seksual seorang dosen universitas negeri di Mataram, Nusa Tenggara Barat ( NTB) berinisial LR (28) mengurai pengakuan mengejutkan.

Belasan mahasiswa itu membongkar iming-iming yang diucapkan sang dosen gay saat melakukan aksi bejatnya.

Fakta tersebut terungkap setelah kasus dosen LR yang diduga penyuka sesama jenis melecehkan 15 mahasiswa viral di linimasa.

Kasus tersebut akhirnya diketahui publik setelah tiga mahasiswa melaporkan aksi keji sang dosen ke Polda NTB pada Kamis (26/12/2024).

Kepada penyidik, para korban mengungkap modus yang dilakukan sang dosen saat melecehkan mahasiswanya sejak lima bulan lalu.

Ketua DPD Sasaka Nusantara Lombok Barat, Sabri mengungkap pengakuan para korban soal taktik dosen LR diduga melakukan pelecehan dan kekerasan seksual kepada banyak mahasiswa.

"Pelaku tidak melakukan sodomi tapi melakukan pelecehan seksual. Di mana korbannya mengalami tindakan kontak fisik berupa alat kelaminnya dipegang. Ada yang beberapa yang paling parah sampai mengeluarkan sperma, ada yang mandi bareng," kata Sabri, dikutip dari tayangan YouTube jurnalekbis.

Salah satu modus yang dilakukan dosen LR saat beraksi diungkap korban adalah menjalani ritual tak masuk akal.

Dosen LR meminta mahasiswanya untuk melakukan ritual bernama zikir zakar atau zikir kemaluan.

Dalam ritual tersebut, dosen LR pun memegangi alat kelamin para korbannya dengan dalih untuk ritual.

"Dalam modusnya dia (pelaku) sering menjual nama agama. Di dalam peristiwa yang dialami korban, dia bahkan mengistilahkan ada zikir zakar. Dalam keterangan pelaku dia mengatakan bahwa manusia secara garis besar anggota tubuhnya berzikir, salah satunya juga alat vital kita berzikir. Tanda dia berzikir itu adalah dengan tegak lurus, atau bahasa vulgarnya ngac***," imbuh Sabri.

Iming-iming pelaku

Ketua Koalisi stop kekerasan seksual NTB Joko Jumadi (kanan) menceritakan pengakuan para mahasiswa yang jadi korban pelecehan seksual dosen gay (kiri) di Mataram, NTB. (YouTube)

Tak cuma itu, para korban juga menceritakan alasannya mau mengikuti ritual di luar nalar dari sang dosen.

Pertama, korban terjebak lantaran disebut oleh sang dosen dirinya punya penyakit misterius.

Karenanya korban pasrah saat dilecehkan oleh sang dosen.

"Modusnya setiap ada korban yang dia (pelaku) dekati, dia mengatakan (ke korban) 'kamu ada penyakit di tubuhmu, harus dikeluarkan'. Nah salah satu cara mengeluarkan penyakit itu dengan onani, dia (pelaku) yang pegang alat kelamin korban," cerita Sabri.

Korban lainnya menceritakan alasan kedua kenapa ia mau mengikuti perintah sang dosen LR untuk dilecehkan.

Ternyata alasannya karena sang dosen sengaja menyuruh korban untuk datang ke kosannya dengan modus menyerahkan tugas kuliah.

Fakta baru tersebut diungkap oleh Ketua Koalisi stop kekerasan seksual NTB, Joko Jumadi.

"Modusnya ada berbagai macam, karena ada yang dia (pelaku kenal korban) di kampus maka dia (pelaku) memberikan tugas, kemudian mengajak yang bersangkutan untuk mendatangi kos-kosnya kemudian terjadi pelecehan seksual," imbuh Joko Jumadi dilansir dari tayangan SCTV.

Pengakuan korban ketiga adalah dirinya bukanlah mahasiswa dari pelaku.

Korban tersebut bercerita bahwa ia kenal dengan sang dosen di komunitas.

Untuk diketahui, dosen LR belakangan disebut-sebut sebagai ketua komunitas gay di NTB.

"Ada juga korban yang di luar, yang di komunitas," akui Joko.

Lalu korban berikutnya mengungkap alasan mengejutkan soal dirinya yang turut jadi korban pelecehan sang dosen cabul.

Korban tersebut mengaku alasannya mau mengikuti ritual aneh sang dosen karena dijanjikan ilmu sakti.

"Ada yang dijanjikan mendapatkan ilmu tertentu. Tapi untuk mendapatkan ilmu itu harus melalui ritual pembersihan alat vital. Pelaku leluasa melakukan pelecehan seksual kepada korban," ujar Joko Jumadi.

Atas kebejatan dosen LR, Sabri selaku pendamping para korban pun mendesak pihak kepolisian segera bertindak.

Sebab Sabri cemas jika pelaku akan melarikan diri.

"Pelaku ini (dikhawatirkan) akan kabur. Kita takutnya nanti korban-korban kalau tidak ditindak pelaku ini, maka korban bisa jadi pelaku. Karena ini bukan hanya tindak pidana murni tapi juga penyakit," kata Sabri.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.