TRIBUNJABAR.ID - Berikut ini cara menyaksikan puncak hujan meteor Quadrantid di Indonesia.
Diketahui, puncak hujan meteor Quadrantid akan terjadi pada Jumat (3/1/2025) malam hingga Sabtu (4/1/2025) pagi sebelum matahari terbit.
Mengutip laman Royal Museums Greenwich, hujan meteor Quadrantid ini aktif dari 28 Desember 2024 sampai dengan 12 Januari 2025.
Pada fase puncaknya, kemungkinan akan ada 120 meteor yang terlihat 'menghujani' permukaan Bumi dalam sejam.
Lalu, apakah bisa disaksikan di Indonesia?
Penjelasan BRIN
Profesor Riset Astonomi dan Astrofisika di BRIN, Thomas Djamaluddin membenarkan puncak hujan meteor Quadranid akan terjadi pada 3-4 Januari 2025.
Thomas memastikan fenomena hujan meteor ini dapat disaksikan atau diamati di seluruh wilayah Indonesia.
“Iya, puncaknya 4 Januari 2024 dini hari. Bisa diamati di Indonesia dengan titik pancar di langit utara,” ucap dia Rabu (1/1/2025), dikutip dari Kompas.com.
Menurut Thomas, diperkirakan ada 1-2 meteor yang dapat disaksikan per menitnya.
Untuk menyaksikannya, masyarakat dianjurkan dari lokasi yang minim polusi cahaya atau penerangan lampu, agar tidak mengganggu pandangan ke arah langit.
Selain itu, masyarakat direkomendasikan untuk menyaksikan hujan meteor tersebut di lokasi yang tidak terhalang perbukitan, pepohonan, atau bangunan.
"Tapi semua itu tergantung dengan kondisi awan. Fenomena puncak hujan meteor ini bisa disaksikan dari permukaan Bumi ketika langit tidak tertutupi oleh awan," jelasnya.
Mengingat suhu pada malam hari cenderung bersuhu dingin, masyarakat disarankan pula untuk mengenakan pakaian yang sesuai.
Lebih lanjut, Thomas memastikan, puncak hujan meteor hujan meteor Quadrantid tidak berdampak bagi permukaan Bumi.
“Tidak ada dampak, hanya pemandangan langit yang diharapkan banyak meteor terang,” kata Thomas.
Proses terjadinya hujan meteor Quadrantid Lebih lanjut, Thomas menyampaikan bahwa hujan meteor ini terjadi ketika Bumi melintasi daerah ruang angkasa yang dipenuhi dengan sisa debu dari komet.
“Berasal dari debu komet yang sudah mati yang bersisa sebagai asteroid 2003 EH1,” ujar Thomas.
Ia menambahkan, Bumi melewati debu komet tersebut dalam evolusinya mengelilingi Matahari. Sehingga, hujan meteor adalah fenomena yang terjadi setiap tahun.
Ketika sisa debu tersebut memasuki atmosfer, akan terbakar dengan sendirinya yang kemudian terlihat seperti bintang jatuh.
Dengan jumlah sisa debu yang banyak, maka akan tampak “hujan meteor” ketika dilihat dari permukaan Bumi.