Amerika Serikat Membangun Pangkalan Militer Baru di Suriah Utara
TRIBUNNEWS.COM- Tentara AS mengerahkan sedikitnya 50 truk yang mengangkut benteng beton ke kota Kobani (Ain al-Arab) di pedesaan timur Aleppo pada tanggal 2 Januari sebagai persiapan untuk membangun pangkalan militer baru, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berpusat di Inggris.
Ketika bentrokan terus terjadi antara Washington dan proksi Ankara di Suriah utara, AS secara besar-besaran memperkuat kehadirannya di dekat perbatasan Turki.
Konvoi itu terlihat berjalan di sepanjang jalan raya Hasakah–Raqqah dalam perjalanan menuju kota yang mayoritas dihuni suku Kurdi di dekat perbatasan Turki. Konvoi itu disertai oleh kendaraan militer dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF), milisi proksi Washington di Suriah timur laut.
Pada hari Rabu, sumber-sumber lokal melaporkan bahwa konvoi besar AS lainnya mengirimkan bala bantuan logistik ke Kobani, termasuk ruangan-ruangan siap pakai, kamera pengintai, blok-blok semen, tangki bahan bakar, dan peralatan penggali.
Pembangunan pangkalan militer baru Washington dilaporkan akan dimulai pada hari Jumat. "Lebih banyak bala bantuan militer seperti tentara, senjata, kendaraan lapis baja, radar, dan senjata antipesawat akan didatangkan [nanti]," demikian pernyataan laporan SOHR.
AS secara ilegal mengerahkan pasukan di Suriah pada bulan November 2015 dengan tujuan untuk "mencegah kembalinya ISIS." Hal ini terjadi hanya dua bulan setelah Rusia menyetujui permintaan Damaskus untuk memberikan dukungan udara kepada tentara Suriah, pasukan khusus Iran, dan Hizbullah dalam pertempuran melawan pasukan ISIS yang mengancam akan menguasai ibu kota Suriah.
Sejak saat itu, Washington telah mempertahankan cengkeramannya di ladang minyak dan gandum terbesar Suriah di timur laut dengan bantuan SDF. AS juga mengendalikan zona seluas 55 kilometer di dekat wilayah perbatasan tiga negara dengan Irak dan Yordania.
Bulan lalu, Pentagon mengonfirmasi bahwa mereka memiliki sekitar 2.000 tentara yang dikerahkan di Suriah.
Meningkatnya kehadiran militer Washington di wilayah utara Suriah yang dikuasai Kurdi terjadi saat pasukan SDF menghadapi serangan gencar dari Tentara Nasional Suriah (SNA) dengan dukungan udara dan artileri dari Turki.
Pada Kamis pagi, tentara Turki dan SNA menyerang posisi SDF di pedesaan timur Ain Issa di Raqqah dengan tembakan artileri dan mortir. Hampir 200 orang tewas sejak bentrokan hebat meletus pada 8 Desember antara Washington dan proksi Ankara.
SNA terdiri dari mantan pejuang dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA), Al-Qaeda, dan ISIS. Ankara telah menggunakan kelompok tersebut selama bertahun-tahun sebagai alat untuk mencegah SDF membangun zona otonomi Kurdi yang bersebelahan dari Afrin di barat laut Suriah hingga Hasakah di timur laut.
Kelompok bersenjata ini juga bersekutu erat dengan Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Bekas afiliasi Al-Qaeda ini menguasai Suriah pada awal Desember setelah memimpin kudeta bersenjata yang berhasil terhadap mantan presiden Bashar al-Assad.
SUMBER: THE CRADLE