Meletusnya Pemberontakan Trunojoyo dan Pembuktian Pangeran Puger
Moh. Habib Asyhad January 04, 2025 12:34 PM

Pemberontakan Trunojoyo benar-benar membuat Keraton Plered ibukota Mataram Islam porak-poranda. Pangeran Puger yang kelak dikenal sebagai Pakubuwono I mati-matian mempertahankannya.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Pemberontakan Trunojoyo menjadi salah satu fase paling buruk dalam sejarah Mataram Islam. Pemberontakan yang dilakukan pangeran asal Madura itu membuat keraton Mataram di Plered porak-poranda.

Tak hanya itu, gegara pemberontakan itu, penguasa Mataram saat itu, Amangkurat I, sampai melarikan diri ke arah barat. Belum sampai menangkap sang pemberontak, Amangkurat I keburu mangkat dalam pelariannya.

Pemberontakan ini didalangi oleh pangeran dari Madura bernama Raden Trunojoyo dan sekutunya, pasukan dari Makassar, terhadap Kesultanan Mataram di bawah Amangkurat I yang dibantu oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) di Jawa.

Pemberontakan ini memang pada akhirnya berhasil dipadamkan, tapi Mataram sampai harus meminta bantuan dari VOC, tentu saja dengan kesepakatan-kesepakatan yang menguntungkan Belanda, untuk menangkap Sang Pemberontak.

Menurut beberapa sumber, pemberontakan Trunojoyo dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pemerintahan Amangkurat I yang menggantikan Sultan Agung pada tahun 1646. Raja ini dikenal sebagai raja yang zalim, sewenang-wenang, dan bersekutu dengan VOC.

Dia disebut akan menghabisi siapa saja yang dianggap tidak patuh atau berusaha merongrong kekuasaannya. Termasuk para ulama dan santri, bahkan keluarganya sendiri.

Amangkurat I juga menandatangani perjanjian dengan VOC yang memberi izin kepada Belanda untuk berdagang di semua pelabuhan Mataram.

Trunojoyo sendiri adalah seorang bangsawan Madura yang masih punya "hubungan" dengan Sultan Agung. Ayahnya, Raden Demang Melayakusuma, dibunuh oleh Amangkurat I di istana Mataram pada 1656.

Trunojoyo kemudian melarikan diri ke Kajoran dan menikahi putri penguasa Kajoran yang merupakan ulama terpandang dan masih kerabat istana Mataram. Di Kajoran pula Trunojoyo bertemu dengan putra mahkota Mataram, Raden Mas Rahmat (kelak Amangkurat II), yang tidak senang dengan sikap ayahnya.

Mereka sepakat untuk bersekongkol melawan Amangkurat I dengan janji bahwa Raden Mas Rahmat akan menjadi raja baru sementara Trunojoyo akan mendapat kekuasaan atas Madura dan sebagian Jawa Timur.

Pada 1674, Trunojoyo berhasil merebut Madura dari Cakraningrat II, penguasa setempat yang diasingkan oleh Amangkurat I. Dia kemudian memproklamasikan dirinya sebagai Panembahan Maduretno dan mendirikan pemerintahan di Madura Barat.

Trunojoyo juga menjalin kerjasama dengan Karaeng Galesong dan Montemarano, pemimpin pasukan Makassar yang melarikan diri dari Sulawesi setelah dikalahkan oleh VOC.

Trunojoyo juga mendapat dukungan dari Panembahan Giri dari Surabaya yang tidak menyukai pemerintahan Mataram. Dengan pasukan gabungan Madura, Makassar, dan Surabaya itulah Trunojoyo melancarkan pemberontakan.

Pada 1677, dia berhasil menduduki ibu kota Mataram di Plered dan memaksa Amangkurat I yang sedang sakit melarikan diri ke arah Barat yang kemudian meminta bantuan kepada VOC. Dalam pelariannya, Amangkurat I meninggal dan digantikan oleh Raden Mas Rahmat sebagai Amangkurat II.

Amangkurat II kemudian meminta bantuan kepada VOC dengan menjanjikan pembayaran dalam bentuk uang dan wilayah. VOC menyanggupi permintaan itu karena ingin mengamankan kepentingannya di Jawa dan menghentikan pengaruh Makassar.

VOC juga mendapat bantuan dari Arung Palakka, pemimpin Bugis yang menjadi sekutu VOC setelah kalah dari Makassar. Keterlibatan VOC berhasil membalikkan situasi.

Pasukan VOC dan Mataram merebut kembali daerah-daerah Mataram yang diduduki oleh Trunojoyo di Kediri pada tahun 1678. Akibatnya, Trunojoyo melarikan diri ke arah timur dan terus melakukan perlawanan bersama pasukan Makassar.

Namun, pasukan Makassar mulai berkurang karena banyak yang meninggal atau menyerah. Karaeng Galesong sendiri tewas dalam pertempuran di Pasuruan pada tahun 1679.

Trunojoyo akhirnya ditangkap oleh VOC di daerah Roban (sekarang Kabupaten Tuban) pada akhir 1679. Dia dibawa ke Jepara dan ditahan di benteng VOC.

Amangkurat II kemudian mengunjungi Trunojoyo di penjara dan membunuhnya dengan cara yang kejam pada 1680. Dia memenggal kepala Trunojoyo dan menginjak-injak serta menumbuk tubuhnya dengan sadisnya.

---

Pangeran Trunojoyo lahir sekitar 1649. Dia adalah keponakan dari seorang pangeran Sampang, Cakraningrat II. Itu artinya, dia adalah keturunan dari raja terakhir Madura Barat yang dipaksa tinggal di Mataram setelah Madura dikuasai oleh Sultan Agung.

Dalam perjalanannya, Trunojoyo menaruh dendam pribadi kepada pengganti Sultan Agung, Amangkurat I. Ayahnya,Raden Demang Melayakusuma, dibunuh atas perintahnya pada 1656.

Trunojoyo kecil hidup di dalam lingkungan Keraton Plered. Karena intrik di dalam keraton, dia pergi dan pindah ke Kajoran, jaraknya sekitar 26 kilometer di timur laut keraton dan berada di kawasan suci Tembayat.

Di Kajoran, Trunajaya bertemu dengan Raden Kajoran, seorang bangsawan yang merupakan keturunan dari keluarga Sunan Bayat dan Wangsa Mataram, dan menikahi putri sulungnya. Dari Raden Kajoran-lah Trunojoyo kenal Raden Mas Rahmat, putra mahkota yang kelak bergelar Amangkurat II. Keduanya lalu bersekongkol untuk menyingkirkan Amangkurat I.

Trunojoyo masih memiliki hubungan darah dengan Kerajaan Mataram. Kakek Trunojoyo yaitu Pangeran Cakraningrat I alias Raden Praseno adalah adik ipar Sultan Agung. Dia diberi gelar Pangeran Cakraningrat I oleh Sultan Agung sewaktu diberi amanah menjadi penguasa Madura.

---

Pemberontakan Trunojoyo bisa dibilang sebagai pemberontakan paling besar terhadap Mataram Islam. Raja Mataram saat itu, Amangkurat I, bahkan sampai harus mengungsi jauh dari Keraton Pleret.

Untuk menumpas pemberontakan itu, Mataram Islam sampai harus membuat perjanjian dengan VOC. Perjanjian itu dikenal sebagai Perjanjian Jepara, kesepakatan antara Amangkurat II dan VOC pada 1677.

Raden Mas Rahmat alias Pangeran Adipati Anom, yang awalnya bersekutu dengan Trunojoyo, sekarang sebaliknya. Dia memilih berada di pihak ayahnya, Amangkurat I, melawan Sang Pemberontak.

Caranya, tak ada yang lain kecuali meminta bantuan dari Belanda. Pada 1677, Pangeran Adipati Anom yang sekarang sudah bergelar Amangkurat II, menandatangani perjanjian dengan VOC pada 1677, dikenal sebagai Perjanjian Jepara.

Apa isinya?

Dalam perjanjian ini, pihak VOC diwakili oleh Cornelis Janszoon Speelman, selaku utusan khusus Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Isinya: Amangkurat II harus membayar tinggi kepada VOC, Amangkurat II juga harus menyerahkan beberapa wilayahnya kepada VOC, dan yang terakhir, Amangkurat II harus menyerahkan daerah-daerah di pesisir utara Jawa, mulai Karawang sampai ujung timur kepada VOC sebagai jaminan biaya perang menumpas Trunojoyo.

Meski syarat yang diberikan VOC atas bantuannya sangat merugikan Mataram, Amangkurat II tetap menyetujuinya. Ya mau bagaimana lagi?

---

Selain Trunojoyo dan sekutunya, Amangkurat II juga menghadapi upaya-upaya lain untuk merebut tahta Mataram pasca-kematian Amangkurat I. Pesaing paling serius adalah adiknya sendiri, Pangeran Puger yang kelak bergelar Pakubuwono I.

Rival paling serius adalah adiknya, Pangeran Puger (kelak Pakubuwana I) yang merebut Keraton Plered setelah ditinggalkan pasukan Trunojoyo pada tahun 1677 dan baru menyerah pada tahun 1681.

Ketika Trunojoyo berhasil menduduki Keraton Plered, ternyata tidak semua anggota keluarga kerajaan ikut melarikan bersama Amangkurat I. Termasuk Pangeran Puger, putra Amangkurat I dari permaisuri keduanya, Ratu Wetan.

Pangeran Puger adalah putra mahkota sebelum gelar itu dicabut oleh ayahnya karena dugaan keterlibatan keluarga Kajoran, tempat asal Ratu Wetan, dalam pemberontakan Trunajaya.

Ketika ayah dan saudaranya melarikan diri, Pangeran Puger memilih tetap berada di Keraton Plered dan mempertahankannya dari serangan pemberontak. Hal ini dia lakukan untuk membuktikan bahwa dia tidak terlibat dalam pemberontakan dan masih setia kepada ayahnya.

Pangeran Puger juga ingin menunjukkan bahwa tidak semua keturunan Kajoran mendukung Trunajaya.

Pangeran Puger berhasil mempertahankan Keraton Plered selama beberapa bulan. Meskipun pasukan Trunojoyo akhirnya berhasil menguasai hampir seluruh pantai utara Jawa.

Setelah Trunojoyo dan pasukannya kembali ke markasnya di Kediri, Pangeran Puger menguasai Plered dan mengangkat dirinya sebagai penguasa baru dengan gelar Sunan Ngalaga.

Dia juga tidak mengakui kekuasaan kakak tirinya,Amangkurat II sebagai raja baru Mataram dan mengklaim dirinya sebagai raja sah. Tentu saja hal ini menimbulkan konflik antara dua bersaudara ini.

Sementara itu, pada 1680, gabungan pasukan VOC dan Mataram berhasil mengalahkan Trunojoyo. Karena Keraton Plered dikuasai adiknya, Amangkurat II membuat keraton baru, lokasinya di Kartasura.

Dia juga meminta Sunan Ngalaga untuk mengakui kekuasaannya tapi permintaan itu ditolak. Perang saudara pun terjadi.

Setahun berselang, Sunan Ngalaga alias Pangeran Puger akhirnya menyerah dan mau mengakui Amangkurat II sebagai penguasa baru Mataram Islam.

Tapi hubungan Pangeran Puger dan Mataram kembali memburuk setelah Amangkurat II mangkat dan digantikan oleh Raden Mas Sutikna yang bergelar Amangkurat III.

Hubungan itu semakin memburuk ketika putra Pangeran Puger, Raden Suryakusuma, memberontak. Pada Mei 1704, Amangkurat III mengirim pasukan menumpas keluarga pamannya itu.

Ternyata Amangkurat III salah mengirim utusan, karena yang memimpin pasukan itu adalah Jangrana II, bupati dari Surabaya. Jangrana II diam-diam mendukung Pangeran Puger sehingga pengejarannya tidak lebih dari sebuah drama.

Pada 1704, dengan dukungan dari VOC, Pangeran Puger diangkat sebagai penguasa baru Mataram Islam bergelar Pakubuwana I. Setahun kemudian, dengan dukungan dari pasukan Belanda, Semarang, Madura, Surabaya, dia menyerbu Keraton Kartasura dan Amangkurat III mengungsi ke timur hingga ditangkap di Surabaya dan diasingkan ke Sri Lanka hingga meninggal dunia.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.